\

Selasa, 09 April 2013

Lini Tengah Mati, Setan Merah Redup



Manchester City memperkecil jarak dengan pimpinan klasemen sementara Liga Inggris menjadi 12 poin setelah menumbangkan Manchester United di Old Trafford. City pun berhasil jadi tim yang menghentikan rekor tak terkalahkan United di empat setengah bulan terakhir. Dua gol kemenangan City dicetak oleh James Milner dan Sergio Aguero.

Sebelum pertandingan, Roberto Mancini sendiri sempat berkomentar tentang tim-tim Inggris yang tampil seadanya saat melawan United. Menurutnya, banyak tim yang sudah takut terlebih dahulu sebelum bertanding dan berpikir bahwa mengalahkan mereka adalah suatu kemustahilan. Tapi, menurut pelatih asal Italia ini, hal ini tidak benar. Bahwa dengan mentalitas yang baik, United mungkin dikalahkan.

Mancini membuktikan ucapannya dengan dua kali mengalahkan United di kandangnya sendiri. Setelah menghancurkan Rio Ferdinand dkk. 1-6 di partai musim lalu, Mancini pun kembali mempersiapkan tim dengan baik pada pertandingan ini. Baik pemilihan pemain, taktik, maupun substitusi Mancini berhasil jadi faktor yang berhasil membuat City keluar sebagai pemenang di derby Manchester ini.

Bermain di kandang sendiri, Sir Alex Ferguson tampil menyerang dengan menempatkan empat pemain bertipe menyerang di lini depan: Robin Van Persie, Wayne Rooney, Danny Welbeck, dan Ashley Young. Keempatnya dalam pertandingan ini bermain di area pertahanan City dan jarang
menjemput bola ke area tengah lapangan. Bahkan Rooney pun lebih sering berada dekat dengan Van Persie dan berposisi menggantung tepat di sepertiga lapangan akhir.

Hal ini berbeda dengan saat MU mengalahkan Reading. Kala itu keempatnya juga dipasang berbarengan, namun dengan Van Persie dan Rooney yang lebih bermain lebih ke dalam. Selain di area tengah sepertiga lapangan akhir, Rooney sendiri lebih sering bergerak ke arah sayap kanan dan memainkan umpan satu-dua dengan Welbeck.

Sementara itu, Mancini juga tampil menyerang, namun dengan memperhatikan keseimbangan lini tengah. Double pivot Toure-Barry kembali berduet di lini tengah dengan Silva sebagai penghubung antara lini tengah dan lini depan.



Meminimalisir Peran Full-back

Salah satu catatan dalam pertandingan ini adalah kedua tim yang coba meminimalisir peran full-back lawan. Dengan menempatkan Welbeck, yang terkadang dibantu oleh Rooney, di sayap kanan, gerak Gael Clichy pun berhasil diminimalisir oleh United.

Sementara untuk City, Mancini lebih memilih untuk menempatkan Samir Nasri dibanding David Silva untuk menjaga pergerakan Rafael. Terbukti dalam pertandingan semalam, Nasri sendiri lebih sering bergerak menyusuri garis lapangan, tanpa memotong masuk atau memberikan crossing. Bahkan tak ada satu pun umpan silang yang dilakukan oleh pemain bernomor punggung 8 tersebut. Nasri lebih sering berduet dengan Barry untuk mengalirkan bola dengan melakukan umpan-umpan pendek.

Demikian pula dengan sisi lapangan lainnya. Dengan memainkan James Milner, yang memiliki kemampuan bertahan mumpuni, pergerakan Patrice Evra pun berhasil diredam. Sebagaimana Nasri, Milner pun kerap bergerak dekat dengan garis lapangan dan jarang menusuk ke dalam kotak penalti.

2 vs 3 di Lini Tengah

Dengan duel antara Nasri-Rafael, Milner–Evra, Welbeck-Clichy terjadi di bagian sayap lapangan, otomatis tercipta ruang luas di area tengah. Hal inilah yang berhasil dimanfaatkan oleh Man. City.

Duet Yaya Toure-Gareth Barry yang dibantu oleh Silva berhasil mengungguli Ryan Giggs-Michael Carrick sehingga penguasaan lini tengah berada di tangan City. Apalagi baik Giggs dan Carrick sendiri tidak ada yang memainkan peran sebagai hard defensive midfielder. Akibatnya Silva leluasa untuk bergerak di area sepertiga lapangan akhir untuk memberikan umpan pada Tevez. Tak hanya di tengah, Silva pun terkadang bergerak ke arah kiri lapangan untuk mengirimkan crossing, sementara Nasri menjaga Rafael. Total 4 key passes dilancarkan oleh Silva pada pertandingan ini, terbanyak di antara pemain lainnya.

Tak heran United kemudian kesulitan untuk mengembangkan permainan lewat tengah. Mereka lebih sering tertahan di area pertahanan sendiri karena City mampu menguasai lini tengah. Apalagi City dalam pertandingan semalam memang bergerak dengan cepat dan dengan intensitas tinggi. Keputusan Ferguson untuk tidak memainkan seorang gelandang bertahan berujung pada Giggs dan Carrick yang seolah selalu mengejar bayangan pemain City, terutama di babak pertama.

Akibatnya dalam membangun serangan duet Giggs-Carrick pun kemudian lebih sering mengalirkan bola lewat umpan-umpan panjang ke arah sayap lapangan untuk kemudian dikirimkan ke kotak penalti melalui umpan silang. Bahkan, dalam pertandingan ini United tercatat melakukan 33 kali crossing, dengan Van Persie sebagai pengirim umpan silang terbanyak, yaitu sebanyak 7 kali. Bandingkan dengan City yang hanya 20 kali melakukan crossing.
Grafik Area Aksi Manchester United di babak pertama. United lebih banyak tertahan di area pertahanan sendiri.


Menyerang Lewat Kiri

Selain lewat tengah, Man. City sendiri lebih sering melakukan serangan lewat sayap kanan lapangan, yaitu melalui duet Clichy-Barry-Nasri. Hal ini dikarenakan keroposnya lini tengah United serta adanya ruang kosong untuk Clichy bergerak naik karena Rafael tertahan oleh Barry.

Bahkan, dari sisi ini lah gol pertama Man. City lahir. Barry yang melakukan pressing pada Ryan Giggs berhasil merebut bola dan mengeksploitasi ruang kosong di sayap kiri. Nasri dengan cerdiknya kemudian bergerak ke tengah, menerima umpan, lalu memberikan assist pada Milner yang berdiri tanpa kawalan.

Delapan menit kemudian, United sempat menyamakan kedudukan melalui gol bunuh diri Vincent Kompany. Gol ini sendiri merupakan gol tipikal United yang memang acap kali menempatkan bola, biasanya dari umpan silang, di antara pemain bertahan lawan. Bola-bola seperti inilah yang sering membingungkan lawan sehingga bisa terjadi gol bunuh diri.

Masuknya Aguero

Walau relatif berhasil menahan Rafael untuk tidak bergerak naik, penampilan Nasri sebenarnya kurang efektif sebagai pemain sayap. Terhitung ia hanya berhasil melakukan 2 kali percobaan ke arah gawang dan 1 kali key passes. Di menit ke-71, Mancini lalu menggantinya dan memasukkan Aguero untuk menambah daya gedor City.

Silva kemudian beroperasi di sisi kiri, Tevez bermain sebagai second striker dan bergerak lebih dalam, sementara Aguero dipasang sebagai ujung tombak. Keputusan ini terbukti berhasil, karena Aguero tujuh menit kemudian dengan kecepatannya berhasil melewati empat pemain MU dan melesakkan tendangan ke atap gawang David De Gea.

Gol Aguero juga, lagi-lagi, membuktikan betapa leluasanya City menusuk masuk dari sisi kiri lapangan. Aguero yang mendribel dari sayap kiri hanya dijaga oleh Welbeck yang tidak mampu mengejarnya. Bahkan tidak ada satu pun pemain United pun yang coba untuk menghentikan gerak Aguero sehingga ia bisa sampai ke mulut gawang dengan cepat.

Kesimpulan

Keputusan Ferguson untuk total menyerang, dan tidak memasang satu pun gelandang bertahan murni, berbuah hasil City yang mampu menguasai lini tengah. Hal ini diperparah dengan kemampuan para penyerang dan gelandang City untuk menahan gerak full-back United sehingga serangan mereka direduksi hanya melalui umpan-umpan panjang dan bola crossing.

Meski menderita kekalahan, posisi United sendiri dapat dikatakan relatif aman di Liga Inggris. Dengan jarak 12 poin dan dengan sisa 7 pertandingan, akan sulit bagi United untuk melepaskan gelar ke-20-nya. Sementara bagi City, kemenangan ini bisa jadi catatan tersendiri bagi Mancini. Bahwa ia berhasil melakukan back-to-back menang di Old Trafford di Liga Inggris.


Glory - Glory Man United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar