\

Kamis, 15 Mei 2014

Sepenggal Mimpi Moyes Yang Getir


"Biarkanlah mimpi indah itu tetap menjadi mimpi. Jangan menjadi kenyataan," meminjam pernyataan Zlatan Ibrahimovic ketika impiannya bermain untuk Barcelona terpenuhi dan kemudian berakhir suram.

"Ia indah karena ia mimpi. Ketika ia menjadi kenyataan, mewujud dalam kehidupan, ada kemungkinan getir di dalamnya," ujar Zlatan memberi penjelasan.

Entah David Moyes mendengarkan atau tidak potongan wawancara yang disiarkan oleh Radio BBC Five Live, salah satu stasiun radio paling populer di Inggris itu. Moyes yang selalu menyebut menjadi manajer Manchester United sebagai dream job (pekerjaan impian para manajer di Inggris) saat itu sudah sekitar empat bulan di posisinya dan mulai memasuki masa-masa sulit.

Man United mulai menunai kekalahan dari klub-klub yang sebelumnya merupakan ladang panen nilai di bawah Sir Alex Ferguson. Permainan Man United dianggap membosankan, mudah ditebak dan takut berpetualang.

Orang menilai, di tangan Ferguson pemain medioker seperti menjadi pemain kelas dunia, sementara di tangan Moyes pemain kelas dunia malah menjadi pemain medioker. Orang mulai menyebut Moyes miskin ide, gegar budaya berada di klub besar, dan gugup di bawah tekanan.

Orang mulai menduga menjadi manajer Man United satu tingkat (atau beberapa tingkat malah) terlalu tinggi untuk Moyes. Seperti nahkoda kapal kapasitas 9 ton harus memegang tanker, kata rekan baik saya yang menjadi penggemar Jose Mourinho mengibaratkan.

Anda tahu, menjadi manajer Man United sesungguhnya bukanlah sekadar menjadi nahkoda kapal bernama Man United semata. Man United adalah kapal induk dari armada bernama Liga Primer. Atau kalau mau menggunakan analogi bangunan, maka Man United adalah pasak dari gedung raksasa Liga Primer.

Mengapa demikian?

Simak mundurlah bagaimana sebenarnya narasi cerita Liga Primer adalah tentang kebangkitan Man United untuk mendominasi persepakbolaan Inggris. (Pada awalnya) tentu saja bukan berdasar rancangan, tetapi sebuah proses kebetulan.

Liga Primer membutuhkan "sesuatu" yang bisa menangkap imajinasi khalayak dan layak jual. Di sinilah peran Alex Ferguson menjadi sentral. Upayanya yang pelan tapi pasti dengan didorong oleh ambisi, tenaga dan pikiran yang nyaris tak kenal surut untuk membangun sebuah imperium menjadi cerita yang menawan. Pergulatan dalam proporsi yang epik.

Keberuntungan menghampiri mereka yang mempunyai tekad dan berani mengambil risiko, demikian kata orang. Ferguson tergolong kelompok ini. Seorang control freak (gila kontrol) yang mendedikasikan hidupnya untuk membangunkan raksasa (Man United) yang tidur terlalu nyenyak.

Ia beruntung menemukan sekelompok remaja di tahun 1992 yang perjalanan hidup mereka menjadi imajinasi romantis penggemar bola: dari sebuah keantahberantahan menjadi ketermasyhuran, sekelompok supporter bola yang berhasil mewujudkan khayalan untuk menjadi pemain ternama dan sukses di klub yang mereka dukung.

Layaknya sebuah film kemudian muncullah tokoh utama, figuran, antagonis, protagonist, cerita sampingan dan lainnya, semua bersinergi untuk menghadirkan sebuah produk yang bisa dijual. Liga Primer mengeksploitir Alex Ferguson dan Man United ini habis-habisan. Liga Primer menemukan partner suka rela (a willing partner) untuk membangun sebuah produk yang layak jual.

Liga Primer karenanya berkepentingan agar cerita tentang Ferguson dan Man United berlangsung selama mungkin, formulasi produk yang terbukti sukses untuk dijual. Sampai-sampai sekian tahun silam Sky B yang menjadi pendukung dana Liga Primer sempat berkeinginan membeli Man United walau gagal karena ditentang habis-habisan pendukung Man United sendiri.

Ada yang membenci situasi ini, ada yang larut, ada yang mengintai kesempatan untuk mengubah keadaan, ada yang cukup senang untuk berbagi kue kemakmuran dan lain sebagainya. Tetapi semuanya hanya menambah narasi yang semakin menarik untuk dibungkus dan dijual oleh Liga Primer. Cerita sentralnya tetap Alex Ferguson dan Man United. Hanya kalau di awal narasi adalah upaya Ferguson mebangunkan Man United maka kelanjutannya adalah bagaimana ia mempertahankan dominasi di Liga Primer.

Orang sering menuduh Ferguson atau Man United diuntungkan oleh oleh wasit, FA, manajemen Liga Primer atau bahkan klub-klub lain yang sudah sepertinya sudah kalah sebelum bertanding bila bertemu Man United demi menjaga narasi Liga Primer yang menguntungkan.

Saya bisa mengerti munculnya tuduhan itu tetapi regulasi bisnis yang sangat ketat di Inggris sangat meyakinkan saya bahwa bukan itu yang terjadi. Kalaupun itu terjadi, maka kepada siapa kesalahan harus dialamatkan. Dalam dunia meritokrasi, privilese itu diraih bukan diberikan/warisan dan cair sifatnya. Artinya mereka di luar Ferguson dan Man United lah yang tidak mampu dan bukan sebaliknya. Jangan menyalahkan Ferguson dan Man Unitednya.

Sebagai ilustrasi saja, ada kewajiban bahwa seusai pertandingan setiap manajer harus meluangkan waktu untuk diwawancarai BBC. Ferguson pernah bertahun-tahun menolak melakukannya karena beberapa alasan. Tetapi ia nyaris tak mendapat hukuman.

Ia juga terkenal sering menolak menjawab pertanyaan wartawan yang ia tidak suka dalam konferensi pers. Bahkan konon juga melarang mereka untuk masuk ke ruang konferensi pers.

Mengapa wartawan menjadi begitu lemah berhadapan dengan dirinya? Salah Ferguson atau salah wartawannya?

Karenanya ketika Ferguson mundur, yang "goyah" bukan hanya Man United tetapi Liga Primer secara keseluruhan. Harus ada narasi baru untuk ditulis dan dijual. Apakah itu tetap terkait dengan Man United atau ada klub lain yang bisa mengambil alih?

Itu sebab pengganti Ferguson menjadi sangat penting bukan hanya untuk Man United tetapi juga Liga Primer. Itu sebab pengganti Ferguson memanggul beban yang sangat berat. Ia bukan hanya dipantau oleh Man United tetapi juga Liga Primer maupun klub-klub lain yang ingin menggantikan posisi privilese Man United selama dipegang Ferguson.

Berbicara atau berkomentar sesudah peristiwa terjadi tentu saja lebih mudah. Namun besarnya tugas yang harus dipanggul oleh Moyes sebenarnya sudah terisyaratkan ketika Ferguson dalam sebuah liburan ke Amerika Serikat meluangkan waktu untuk diwawancarai sebuah stasiun televisi di sana.

"Kalaulah bukan seorang gagah berani, ia pastilah seorang penjudi kelas berat," ujar sang pewancara kepada Sir Alex Ferguson mengenai David Moyes yang menggantikannya.

Wawancara dilakukan sekitar dua bulan setelah Ferguson mengundurkan diri. Dan dunia sepakbola masih meraba-raba dan belum benar-benar bisa menilai akan kemungkinan sukses tidaknya Moyes di Man United.

"Akan lebih mudah menggantikan orang yang mengganti Alex Ferguson ketimbang menggantikan Alex Ferguson," lanjut si pewancara seolah menebar ramalan apa yang akan terjadi di akhir cerita petualangan Moyes itu.

Ferguson yang tampak lebih riang dan segar wajahnya setelah mundur dari 26 tahun menjadi orang nomor satu di klub itu tersenyum membenarkan. Lalu ia menjawab, "Gagah berani saya setuju. Penjudi berat....? Saya kira orang pada titik tertentu dalam hidupnya harus berani mengambil langkah dengan menimbang risiko kalau ingin menemukan jati dirinya."

Kini kita semua sudah tahu akhir cerita dari "petualangan" Moyes di Man United. Mimpi indah untuk memegang salah satu klub terbesar di Inggris itu berakhir "bencana" bagi Moyes. Ia gagal. Reputasinya tercoreng. Dan proses untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya sedang berjalan. Bukan ketika ia mulai memegang Man United tetapi justru sesudahnya. Good luck.

Proposal Skripsi

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal skripsi dengan judul ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”.
Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi Program Studi Manajemen dan selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan kebentuk skripsi.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan demi hasil penelitian yang lebih baik.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan civitas akademika Universitas Gunadarma yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Depok, 21 April 2014
Penyusun,

Ahmad Muhajir S



DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................            1
Daftar Isi..........................................................................            2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah...................................................            4
Identifikasi Masalah.........................................................            6
Batasan Masalah..............................................................            7
Rumusan Masalah............................................................            7
Tujuan Penelitian.............................................................            8
Manfaat Penelitian...........................................................            8
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pengertian Perilaku Konsumen........................................            9
Periklanan........................................................................            11
Persepsi............................................................................            13
Sikap................................................................................            15
Penelitian Terdahulu........................................................            16
Hipotesis..........................................................................            17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian..............................................................            18
Metode Penelitian.............................................................            18
Instrumen Penelitian.........................................................            20
Teknik Analisis Data........................................................            21
Daftar Pustaka.................................................................            24








BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap mampu membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup Semakin lama pola pikir konsumen berubah seiring perkembangan telepon, kini mulai beralih menggunakan telepon seluler, sehingga perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi dapat mengambil peluang baru dari keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.
Pilihan-pilihan teknologi telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya telepon seluler yang berbasis teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang beroperasi menggunakan lisensi telepon saluran tetap (fixed wireless) memiliki tarif jauh lebih rendah (sama dengan tarif telepon tetap/ fixed line) dibanding dengan tarif telepon seluler yang berbasis GSM. Teknologi CDMA juga menyediakan kapasitas suara dan komunikasi data, memungkinkan lebih banyak pelanggan untuk terhubungkan pada waktu bersamaan serta memungkinkan untuk tugas-tugas multimedia. Teknologi CDMA mengkonsumsi tenaga listrik yang kecil sehingga memungkinkan untuk memperpanjang daya tahan baterai dan waktu bicara dapat lebih lama. Selain itu, rancangan teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan. Melihat kondisi konsumen seperti itu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan kartu Sim Card (isi dari telepon seluler) dengan jenis CDMA demi memuaskan konsumen. PT. Telekomunikasi Tbk, atau yang biasa dikenal dengan sebutan TELKOM merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. Produk dan layanan TELKOM menjadi dua yaitu produk dan layanan untuk korporat dan produk dan layanan untuk personal. Produk dari TELKOM yang berkaitan dengan CDMA adalah TELKOMFlexi (sering disebut Flexi). Flexi mulai diperkenalkan pada bulan Desember 2002 dan secara komersial mulai diluncurkan Mei 2003. Flexi beroperasi pada dua frekuensi yaitu 1,9 GHz untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya serta 800 MHz di daerah-daerah. Tantangan Flexi semakin besar ketika perusahaan pesaing mulai memunculkan teknologi-teknologi terbaru (misalnya 3G) dengan harga di bawah standart. Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan TELKOM untuk menawarkan produk FLEXY agar menarik minat konsumen terhadap produk tersebut adalah melalui iklan. Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan beli. Fungsi iklan selain sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000); menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun profit perusahaan dan sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Iklan mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakannya dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan perusahaan. Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti yang terlihat dari berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat eksposur iklan memberikan image tersendiri bagi konsumen (Lutz : 1995). Perusahaan berharap konsumen potensial akan berperilaku seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya. Iklan yang di tayangkan media televisi membentuk pernyataan sikap konsumen yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap terhadap iklan dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah Iklan. Sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen untuk menjawab dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu. Dalam penelitian ini selain dipengaruhi secara langsung oleh sikap terhadap iklan, minat beli konsumen dipengaruhi langsung oleh sikap terhadap merek. Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch (1986) dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap terhadap merek yaitu merupakan pernyataan mental Yang menilai positif atau negatif, bagus tidak bagus, suka tidak suka suatu produk.
Dari latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan dengan ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”. (Studi pada Masyarakat Depok, Jawa Barat).

1.2  Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
3. Apakah persepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
4. Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
5. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?

1.3 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan tidak meluasnya skripsi ini penulis membatasi permasalahan dan pembahasan hanya pada factor yang mempengaruhi minat  beli konsumen pada iklan flexy.
1.4 Rumusan Masalah
Inti masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu
1.      Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
2.      Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
1.5  Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh persepsi produk/pesan terhadap sikap terhadap merek.
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap merek.
3. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap iklan.
4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap iklan terhadap sikap terhadap iklan.
5. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap sikap terhadap merek.
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli.
7. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap minat beli.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi citra produk FLEXY melalui persepsi produk, persepsi terhadap sumber, persepsi terhadap iklan, sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan.
2. Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10). Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli.
2.1.1 Perilaku Konsumen
perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10) menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian.
2.1.2 Persepsi Konsumen
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan).
2.1.3 Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Hal ini disebabkan karena strategi pemasaran menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu : pemilihan pasar-pasar yang akan dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan menyusun suatu kombinasi yang dapat tepat dari bauran pemasaran, agar kebutuhan para konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
2.2  Periklanan
2.2.1  Definisi Periklanan
Periklanan pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996: 5) adalah: Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M ( kotler 1997: 236) Sebagai berikut:
a)      Mission (misi)
b)      Money (uang)
c)      Message (pesan)
d)     Media (media)
e)      Measuremen (pengukuran)
2.2.2 Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan menurut kotler (1997: 236) sebagai berikut:
a) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”informasi”. Biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif”
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merk tertentu.
c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat”
Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwamereka telah melakukan pilihan yang benar.
2.2.3 Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan tujuan periklanan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan untuk setiap produk.
2.2.4 Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut ”kreatif”, pesan atau isi iklan disebut ”pekerjaan kreatif ”. Iklan meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi.
2.2.5 Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat efektif mencapai dan diterima konsumen sasaran.
2.2  Persepsi
2.3.1         Pengertian Persepsi
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi ini juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
2.3.2   Persepsi Produk/pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung ( support argument ). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Persepsi mengenai pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yangakan mempengaruhi minat beli secara tidak langsung.
2.3.3.  Persepsi Sumber/Model Iklan
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan.
2.3.4   Persepsi Terhadap Iklan
Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung.
2.4  Sikap
2.4.1  Pengertian Sikap
Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Definisi sikap menurut Allport dalam setiadi (2003) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
2.4.2  Sikap terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan : sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut”Attitude toward the ad is the consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Respon kognitif yang positif (support arguments dan source bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negative (counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif. Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informatif. Mowen dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap terhadap iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu.
2.4.3   Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001: 282) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini di mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk, yaitu Assael (2001: 283):
a.       Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b.   Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang dipersepsikan oleh konsumen.
c.   Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
2.5  Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2010), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Persepsi produk/pesan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H2 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H3 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H4 : Persepsi terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H5 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H6 : Sikap terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
H7 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Lokasi Penelitian
Target populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Kramat Jati yang pernah melihat iklan televisi dari produk FLEXY. Karena baik merek produk maupun iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa jumlah populasi terbatas.

3.2 Metode Penelitian
3.2.1  Jenis Data Yang Digunakan Adalah :
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui responden.
3.2.2        Sumber Data Yang Didapat Adalah :
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari data dapat diperoleh.
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitan yang langsung dikumpulkan dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara). Data ini diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi (Djarwanto Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n=30).
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2011). Yaitu semua masyarakat yang pernah melihat iklan FLEXY di media televisi dan pernah menggunakannya.


3.3      Instrumen Penelitian
3.3.1 Uji validitas Dan Uji Reabilitas
3.3.1.1  Uji Validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Schindler, 2006: 318). Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indikator masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur maka dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam CFA kita juga harus melihat pada output dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secarasempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan Factor analisys harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.
3.1.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha denga bantuan SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable, apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
3.4      Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Eqation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis fktor untuk mengstimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.4.1 Uji Analisis
Dalam analisis ini SEM, tidak ada uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi :
a. Chi Square
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji apakah sebuah model yang sesuai dengan data. Chi Square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya. nilaiChi-squares merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29).
b. Goodness Of Fit Indeks (GFI)
Indeks yang mnggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI ≥ 0,90 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.
c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi ssquare menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model (Gozali dan Fuad, 2005: 24).
d. Adjusted Goodness Fit Of Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi berganda. Nilai yang direkomendasikan adalah AFGI ≥ 0,90, semakin besar nilai AFGI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.
e. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model (Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
f. Normed Fit Index (NFI) Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.
g. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90 (Ghozali dan Fuad, 2005: 34)
h. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan goodness of fit model dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima adalah CMIN/DF <>




DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen pemasaran, dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
Cooper, Donal R and Schindler, Pamela S, 2003, business research methods, the. MC Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
Kotler Philip, 2000, manajemen pemasaran edisi millennium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000, Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb, Hair Mc, Daniel, 2001 Manajemen pemasaran, erlangga, Jakarta