\

Jumat, 25 Oktober 2013

Manajemen

Tentang Manajemen

Manajemen adalah mendapatkan sesuatu hal yang dilakukan melalui orang lain.
Ilmu Manajemen : Ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien serta dengan menggunakan bantuan orang lain.
* Efektif : Kemampuan memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan.
* Efisien : Kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar.

Manajemen adalah sebagai :
1. Ilmu : - Bersifat universal
             - Mempunyai kerangka yang sistematis
             - Mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep yang cenderung benar
               dalam semua situasi
2. Seni : Dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
3. Suata proses (Stoner) : Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
                                         pengawasan atas usaha dan penggunaan sumber daya
                                         organisasi agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Aliran Ilmu Manajemen :
  1. Aliran Klasik  
  2. Aliran Perilaku
  3. Aliran Kwantitatif
Fungsi Manajemen :
   1. Planning (Perencanaan)
   2. Organizing ( Pengorganisasian)
   3. Directing ( Pengarahan)
   4. Coordinating (Pengkoordinasian)
   5. Controlling ( Pengendalian)

Manajemen disebut profesi karena memenuhi kriteria :
     a. Adanya pendidikan formal
     b. Mempunyai standar profesi
     c. Terorganisir dan mempunyai kode etik

Bidang-Bidang Manajemen :
A) Manajemen Produksi    = Yang merencanakan dan mengatur pelaksanaan produksi
                                             guna mencapai tujuan organisasi.
B) Manajemen Pemasaran = Yang melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan,
                                             dan pengendalian program yang dirancang untuk
                                             menciptakan, menbentuk,dan mempertahankan
                                             pertukaran dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
C) Manajemen Keuangan  = Merencanakan pengadaan dana dan penggunaannya
                                           untuk meningkatkan nilai perusahaan.
D) Manajemen Personalia  =
     1. Penarikan pegawai (recruitment)
     2. Pelatihan dan pengembangan (training and development)
     3. Pemberian upah (compensation)
     4. Perencanaan dan pengembangan karier ( planning and carier development)

Untuk mecapai tujuan, diperlukan alat-alat adanya sarana (tools) yaitu, 6 M :
  1. Man (SDM)
  2. Money (uang)
  3. Materials (bahan)
  4. Machines (mesin)
  5. Methods (metode)
  6. Market (pasar) 

Manajer adalah orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahannya dan sumberdaya organisasi lainnya.
*  Klasifikasi Manajer :
       1. Menurut tingkatannya.
       2. Menurut kegiatan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. 
*  Tingkatan Manajer :
     1. Manajer lini pertama : bertugas memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga
                                           operasional.
     2. Manajer menengah : bertugas membawahi dan mengarahkan kegiatan
                                         manajer-manajer lainnya.
     3. Manajer puncak : bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi
                                     perusahaan.


Kenapa saya memilih Jurusan Manajemen..??

hm, padahal notabene saya adalah murid jurusan IPA pada SMA lalu…

Timbul beragam pertanyaan dari orang” sekitar saya…

Orang Tua, Guru, Teman-teman, keluarga dan lain” mempertanyakan keputusan  saya tersebut, tapi pertanyaan tersebut saya jawab dengan cukup meyakinkan… hhe
hmm, pertama Manajemen…. sungguh saya buta sekali dengan informasi ekonomi, karena saya tidak pada juusan IPS pada SMA lalu…
namun, yang membuat saya ingin sekali memasuki jurusan manajemen adalah pertama, tenaga ekonomi dibutuhkan pada setiap ruang lingkup kehidupan..
mulai dari perusahaan-perusahaan besar milik BUMN mungkin, perusahaan kecil seperti toko kelontong juga, itu semua membutuhkan tenaga ekonomi yang mampu menghandle urusan-urusan tersebut…
oleh karena itu saya memilih jurusan tersebut karena peluang lapangan kerja yang cukup luas….

dan alasan saya yang kedua, yang paling membuat saya termotivasi adalah karena cita-cita saya semenjak dahulu yakni ingin menjadi Pengusaha Muda yang sukses….
hal itu saya pilih karena, menjadi pengusaha merupakan pekerjaan yang mulia… knapa mulia?
karena pasti pengusaha membutuhkan karyawan-karyawan dalam memajukan usahanya…
membantu setiap orang untuk bekerja adalah sangat baik karena membantu perekonomian mayarakat yang kurang mampu, mengurangi tingkat pengangguran, dll…
jadi kalian tentu pasti tahukan apa yang membuat saya memilih jurusan ini… hhe 


Kepribadian, Nilai dan Gaya Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang Masalah
            Nilai dan Gaya hidup dalam perilaku konsumen sangat berkaitan erat dalam kaidah-kaidah menganalisa Perilaku Konsumen serta relevansinya dengan strategi market dalam membentuk sebuah konsumen yang kuat dengan produsennya. Produsen tentu memiliki standar prosedur dalam menguasai pasar, tentunya apabila ingin memperoleh dan mendapatkan hati di para konsumen, hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu melakukan riset pemasaran, agar memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penjualan.

            Kepribadian dan gaya hidup adalah naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang berada pada sifat manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan sebagai sebuah objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga faktor pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme. Cara berfikir manusia adalah sebuah ideologi atau gagasan yang bersifat idealistis yang dimiliki setiap manusia secara alamiah untuk menentukan suatu pola terarah dan memiliki sikap dalam menentukan banyak hal, hal inilah yang menjadi indikator bagi para pemasar, bagaimana mereka menganalisa sebuah pemikiran masyarakat agar mau membeli produk mereka.

            Faktor-faktor lingkungan adalah suatu pola eksternal dalam mempengaruhi pola berfikir manusia dalam bersikap, yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perilaku seseorang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang akhirnya membentuk sebuah perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah perilaku konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam mengambil keputusan untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang dibutuhkan

1.2.            Rumusan Masalah
            Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, masalah dalam perumusan ini dirumuskan sebagai berikut :
1)     Kepribadian
2)     Nilai-nilai individu
3)     Konsep gaya hidup dan pengukurannya
4)     Pengukuran ganda perilaku individu

1.3.            Tujuan Pembahasan
            Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1)     Menjelaskan berbagai teori kepribadian
2)     Memprediksi perilaku konsumen lewat pengetahuan tentang kepribadiannya
3)     Memahami pengaruh kepribadian terhadap pengambilan keputusan konsumen
4)     Menjelaskan skala nilai konsumen
5)     Memahami dan menjelsakan pentingnya pengetahuan nilai dalam penentuan permintaan pasar
6)     Menjelaskan konsep gaya hidup konsumen dan pengarunya terhadap perilaku

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Kepribadian
            Kepribadian merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

            Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Idealnya seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh beda dengan leluhurnya atau orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri keperibadian keluarganya.

            Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu :
1.      Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,  memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2.      Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3.      Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4.      Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra.
5.      Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6.      Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7.      Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita.
8.      Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9.      Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.

2.2.      Nilai-nilai Individu
            Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi.
Contohnya adalah jika seseorang memandang bahwa jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah sesuatu yang mutlak dan penting, maka ia akan berusaha untuk memperoleh pendidikan yang layak, walaupun tentu ada uang yang harus ia keluarkan untuk hal tersebut. Dan sebaliknya, alau seseorang menmandang pendidikan sebagai sesuatu yang kurang begitu penting bagi dirinya, maka ia tidak akan berusaha untuk memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

            Nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian.
            Teori nilai juga terbagi menjadi dua teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. Yang termasuk teori nilai objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith, teori dari biaya produksi tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih dari Karl mark, teori nilai reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme dan Locke.

            Sementara teori nilai subjektif yang terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan Carl Menger. Menurut hukum Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang mengkonsumsinya berkurang jika semakin banyak barang tersebut dikonsumsi. Menurut hukum Gossen 2 manusia akan memuaskan kebutuhan yang beraneka ragam sampai mencapai tingkat intensitas yang sama. Menurut Menger nilai lebih ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan) dibandingkan faktor objektif (biaya produksi atau permintaan). Nilai berasal dari kepuasan manusia oleh karena kebutuhan menusia lebih banyak dari barang yang tersedia maka manusia akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia.

2.3.      Konsep Gaya Hidup dan Pengukurannya
            Pola yang dilihat dari gaya hidup seseorang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pola yang dilihat dari kepribadian maupun nilai. Tetapi yang membedakannya adalah dalam gaya hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan sekitar.
Contohnya adalah seseorang yang hidup di daerah perkotaan tentu sangat berbeda dengan seseorang yang hidup di pedesaan. Walaupun belum tentu pula orang yang hidup di perkotaan memiliki tingkat pendapatan yang lebih besar dari masyarakat pedesaan. Hal ini dikarenakan, seseorang yang hidup atau tinggal di perkotaan memiliki gaya hidup yang lebih moderen dan dinamis dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dimana di kota-kota besar dipenuhi dengan berbagai modernisasi, fasilitas dan perkembangan teknologi yang lebih maju dibandngkan dengan di pedesaan. Serta tingkat pergaulan masyarakat perkotaan yang sangat dinamis dan beragam. Dimana di perkotaan terdapat berbagai macam suku bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang, selain gaya hidup yang juga berhubungan erat dengan nilai dan kepribadian masing-masing individu.

            Gaya hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen sendiri.

            Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.

2.4.      Pengukuran Ganda Perilaku Individu
            Pengukuran ganda perilaku individu digunakan di dalam analisis perilaku konsumen.Kepribadian mempunyai efek atas pembelian, namun gaya hidup memiliki efek yang lebih besar.Tentu saja sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga memberikan efek yang penting. Ancangan elektrik terhadap gaya hidup adalah yang paling praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran.Tujuannya adalah mengerti konsumen sebaik mungkin

         Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen :
1.      Sikap orang lain
2.      Faktor situasi tak terduga
Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.

         Ada 5 tahap proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari :
1.      Pengenalan Kebutuhan
    Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
2.      Pencarian Informasi
       Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
3.      Pengevaluasian Alternatif
         Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4.      Keputusan Pembeli
      Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
5.      Perilaku Setelah Pembelian
        Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.

BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
            Kepribadian nilai dan gaya hidup adalah naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang berada pada sifat manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan sebagai sebuah objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga faktor pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme.

            Kepribadian dan gaya hidup merupakan satu Kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Dimana dalam Gaya Hidup seseorang terdapat kepribadian yang bermacam-macam bentuknya yang tanpa kita sadari, 2 hal tersebut memang saling berkaitan.

Kamis, 24 Oktober 2013

Sikap, Motivasi dan Konsep Diri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang Masalah
            Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek yang sama.
            Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro wijoyo (2005), Sikap adalah Mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di definisikan sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek. Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan individu berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap suatu obyek atau gejala. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1992), sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap dalam kamus marketing (1995) juga di definisikan sebagai kondisi mental atau akal budi tertentu yang mencerminkan suatu pandangan pribadi yang negatif atau positif mengenai suatu obyek atau konsep, atau suatu keadaan acuh tak acuh yang menunjukan titik tengah (mid point) diantara dua titik ataupun dua pokok yang saling berlawanan.
            Definisi di atas nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi, dan orang.

1.2.      Rumusan Masalah
            Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, masalah dalam perumusan ini dirumuskan sebagai berikut :
1)     Komponen sikap
2)     Sifat-sifat sikap
3)     Penggunaan Multiatribute Attitude Model untuk memahami sikap konsumen
4)     Pentingnya feeling dalam memamahami sikap konsumen
5)     Penggunaan sikap dan maksud untuk memperkirakan perilaku konsumen
6)     Dinamika proses motivasi
7)     Kegunaan dan stabilitas pola motivasi
8)     Memahami kebutuhan konsumen

1.3.    Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1)      Menjelaskan berbagai komponen dan sifat dari sikap
2)      Memahami Multiatribute Attitude Model dan penerapannya
3)      Menjelaskan pentingnya feeling dalam memahami sikap konsumen
4)   Menggunakan pengetahuan tentang sikap dan maksud konsumen untuk memperkirakan perilaku  konsumen
5)      Menjelaskan berbagai dinamika proses berbagai motivasi konsumen
6)      Memahami pola motivasi dan pengaruhnya terhadap sikap
7)      Memahami kebituhan konsumen dengan cara memperkirakan perilakunya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Komponen Sikap

            Sikap seseorang ditentukan oleh kepuaan yang dirasakan sesuai harapannya. Sikap (atitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempegaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Kemudian menurut tricomponent attitude model (schiffman dan kanuk,1994; dan Engel, blackwell dan Minardi ,1993) sikap terdiri atas tiga komponen :
a.      Kognitif (cognitive)
Pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu obyek-sikap dan informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi tersebut biasanya berbentuk kepercayaan (belief), artinya konsumen mempercayai bahwa suatu obyek sikap memiliki beberapa atribut dan perilaku yang spesifik mengarahkan kepada hasil yang spesifik.
            Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b.      Afektif (affective)
Menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu produk atau merek. Perasaan tersebut merupakan evaluasi menyeluruh terhadap objek sikap. Afek mengungkapkan penilaian konsumen kepada suatu produk apakah baik atau buruk, “disukai” atau “tidak disukai”.
            Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c.      Konatif (conative)
            Komponen yang menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Komponen konatif dalam riset konsumen biasanya mengungkapkan keinginan membeli dari seseorang konsumen (intention to buy).
            Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.

2.2.      Sifat-sifat Sikap

            Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara spontan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
            Definisi sikap konsumen terhadap merek adalah mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian, konsumen mengevaluasi merek tertentu secara keseluruhan dari yang paling jelek sampai yang paling baik.
            Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
1.      Arah
2.      Intensitas
3.      Keluasan
4.      Konsistensi dan spontanitas

2.3.      Penggunaan Multiatribute Attitude Model untuk Memahami Sikap Konsumen

            Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model multi atribut yang terdiri dari tiga model :
1.      The attittude toward-object model
            Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
2.      The attitude-toward-behavior model
            Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
3.      Theory of-reasoned-action model
            Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.

2.4.      Pentingnya Feeling dalam Memamahami Sikap Konsumen

            Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995).Loudon dan Bitta (1984) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok , pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan Handoko (1982) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut mempengaruhi pembentukan sikap. Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
a)      Pengalaman pribadi
            Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b)     Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik.
c)      Pengaruh kebudayaan
            Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikapindividuterhadapberbagaimasalah.
d)     Media massa
            Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e)      Lembaga pendidikan dan lembaga agama
            Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
f)      Faktor emosional
            Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk mekamisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

2.5.      Penggunaan Sikap dan Maksud untuk Memperkirakan Perilaku Konsumen

            Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut :
a.      Postulat Konsistensi
            Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung antara sikap danperilaku.
b.      Postulat Variasi Independen
            Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
c.      Postulat Konsistensi Kontigensi
            Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasikesituasilainnya.
            Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.

2.6.      Dinamika Proses Motivasi

            Kata motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara negatif atau positif untuk mencapai tujuannya.
            Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :
a.      Kebutuhan
            Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni a) kebutuhan fisiologis, b) kebutuhan akan rasa aman, c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan akan penghargaan diri, dan e) kebutuhan aktualisasi.
b.      Dorongan
            Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
c.      Tujuan
            Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.

2.7.      Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi

            Motivasi merupakan dorongan atau tenaga pendorong pada diri individu atau seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
            Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.

2.8.      Memahami Kebutuhan Konsumen

            Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Fisiologis
Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
2.      Keamanan
Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan
3.      Filiasi dan Pemilikan
Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
4.      Prestasi
Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
5.      Kekuasaaan
Keinginan untuk emndapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
6.      Ekspresi diri
Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.
7.      Urutan dan Pengertian.
Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi dan pembangunan system lain.
8.      Pencarian Variasi
Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan sebagai pencarian variasi
9.      Atribusi Sebab-Akibat
Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.

BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

Sumber Daya Konsumen dan Pengetahuan

SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN DALAM EKONOMI MAKRO

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar belakang
Konsumen yaitu beberapa orang yang menjadi pembeli atau pelanggan yang membutuhkan barang untuk mereka gunakan atau mereka konsumsi sebagai kebutuhan hidupnya.
Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdaganan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan infomatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang, ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang

dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen

Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan sumber daya ekonomi ?
Apa yang di maksud dengan sumberdaya sementara ?
Apa pengertian dari sumber daya Kognitif ?
Tujuan pembahasan
Untuk mengetahu apa yang di maksud dengan sumberdaya ekonomi
Mengetahui apa yang di maksud sumberdaya sementara
Mengetahui pengertian dari sumber daya Kognitif

BAB 2
PEMBAHASAN

1.Sumber Daya Ekonomi

a.pengertian sumber daya ekonomi

Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi sinar matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui. b. sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable or exhaustible resources). Jenis sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi seperti misalnya : tembaga, nikel,aluminium,dll.Sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses

penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya. sumberdaya alam yang potensial untuk diperbarui (potentially renewable resources).

Kategori sumberdaya alam ini tergolong sumberdaya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan, rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain Sumberdaya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah). Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.Disamping komponen sumberdaya alam, pada saat ini peranan sumberdaya manusia (human resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan ekonomi daerah (wilayah) semakin signifikan. Faktor sumberdaya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia (human resources development) dianggap

sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang sejak era 80-an. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.Dari pola pemikiran seperti diatas maka takaran peranan sumberdaya manusia dalam proses pembangunan ekonomi dalam konteks untuk mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat, akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Bagi kebayakan negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong lebih maju, produktivitas sumberdaya manusia secara teknis telah dijadikan sebagai instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural perekonomiannya. Dalam era globalisasi, kualitas sumberdaya manusia yang handal akan sangat membantu suatu negara untuk memenangkan

kompetisi atau persaingan dalam perekonomian global sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam percaturan dan dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.

Sumber Daya Sementara

 Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen.
Karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang.
Sumber daya kognitifProduk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut barang waktu (time goods).

a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)

b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food

Sumber Daya Kognitif

Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,

Periode sensorimotor

Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
Kandungan Pengetahuan :

Pengetahuan

Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian.

Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.

Pengetahuan Konsumen terbagi kedalam tiga macam :

1.      Pengetahuan Produk
2.      Pengetahuan Pembelian
3.      Pengetahuan Pemakaian

Keterangan:

Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produkdan kepercayaan mengenai produk.

Jenis Pengetahuan Produk:

(1)   Pengetahuan tentang karakteristik atau atribut produk
(2)   Pengetahuan tentang manfaat produk
(3)   Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen


2.   Pengetahuan Pembelian

Pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Konsumen cenderung lebih senang mengunjungi toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena telah mengetahui dimana letak produk di dalam toko tersebut.

Perilaku Membeli:

1.      Store Contact
Meliputi tindakan mencari outlet, pergi ke outlet dan memasuki outlet.

2.      Product Contact
Konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil produk tersebut dan membawanya ke kasir.

3.      Transaction
Konsumen akan membayar produk tersebut dengan tunai, kartu kredit, kartu debet atau alat pembayaran lainnya.

3.      Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang

maksimal dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar.Produsen berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan :

Studi perilaku konsumen muncul seiring dengan berkembangnya konsep pemasaran, yang merupakan cara pandang pemasar dalam menghadapi konsumen dan pesaingnya, di mana pemasar berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih efektif dari para pesaingnya. Tujuannya adalah memperoleh kepuasan pelanggan. Sehingga ilmu perilaku konsumen dibutuhkan untuk mengidentifikasi apa kebutuhan dan keinginan konsumen dan pelanggan tersebut sehingga pemasar mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang tepat untuk karakteristik konsumen yang menjadi target pasar.

Pemahaman tentang konsumen ini diperoleh pemasar melalui penelitian-penelitian perilaku konsumen sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenaran informasi yang terima dan digunakan dalam penyusunan strategi pemasaran.

Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.

Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.

Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.

Pembelian

SUMBER PEMBELIAN MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMBELIAN

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah

Pembelian yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari atribut-atribut produk dan perilaku pembeli konsumen itu sendiri. Fenomena yang dapat dilihat dari perilaku pembelian konsumen di Indonesia. Menunjukkan adanya kecenderungan tersebut. Konsumen lebih mempertimbangkan kesan yang diperoleh dari pembelian, kesesuaian dengan psikologis konsumen, maupun pertimbangan-pertimbangan lain dibandingkan dari manfaat produk yang diperoleh.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang yang ditawarkan. Menurut Kotler (1997:162) ada lima tahap proses pengambilan keputusan pembelian. Pertama analisis atau pengenalan kebutuhan. Kedua pencarian informasi. Ketiga evaluasi alternative. Keempat keputusan membeli, yaitu dalam tahap evaluasi konsumen memberi tingkatan merek dan menimbulkan niat untuk membeli.

Kelima perilaku pasca pembelian.

Pembeli merasa puas atau tidak puas dalam proses pembelian terletak pada hubungan antara penilaian suatu produk dan harapan konsumen. Apabila produk tidak sesuai harapan, konsumen merasa tidak puas. Bila produk memenuhi harapan konsumen, konsumen merasa puas. Dan apabila produk melebihi harapan konsumen, konsumen akan merasa sangat puas.

Faktor yang mempengaruhi pembelian dan proses keputusan membeli tidak terjadi dengan sendirinya, masalah kebudayaan, demografis, sosial, individu (karakteristik pribadi), dan psikologis.

Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :

1. Proses Keputusan Pembelian

2. Memilih alternative terbaik

3. Memilih sumber-sumber pembelian

Tujuan Penelitian

memahami proses keputusan pembelian oleh konsumen

membedakan antara keputusanmembeli yang direncanakan sepenuhnya, tidak direncanakan dan pembelian yang direncanakan sebagian

memahami dan menjelaskan berbagai sumber pembelian dan penentuan pilihannya


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Proses Keputusan Pembelian

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.

Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian, anatara lain:

1. Pengenalan Masalah

Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.

2. Pencarian informasi.

Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk membelinya. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, yaitu terdiri dari sumber pribadi, sumber komersial dan sumber pengalaman.

3. Evaluasi Alternatif

Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.

4. Keputusan Pembeli

Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa merek yang tersedia. Tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan membeli. Faktor tersebut antara lain : sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak diharapkan (Muslichah et al, 2005).

5. Perilaku Pasca pembelian

Artinya tahap dari Proses keputusan membeli. Konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan rasa puas atau tidak puas. Pembeli merasa puas atau tidak puas dalam proses pembelian terletak pada hubungan antara penilaian suatu produk dan harapan konsumen. Apabila produk tidak sesuai harapan, konsumen merasa tidak puas. Bila produk memenuhi harapan konsumen, konsumen merasa puas. Dan apabila produk melebihi harapan konsumen, konsumen akan merasa sangat puas.


2.2. Memilih Alternatif Terbaik

Terjadinya transaksi pembelian (dipandang dari sisi pemasaran) yaitu :

Pembelian yang direncanakan: biasanya terjadi berdasarkan kebutuhan, artinya si konsumen memang membutuhkan barang-barang tertentu.

Dalam hal pembelian yang telah direncanakan, biasanya konsumen telah memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk yang hendak mereka beli. Misalnya pengetahuan tentang merek, tentang harga, kemasan, keandalan, pelayanan dan lain sebagainya. Perhatian utamanya adalah pada barang-barang yang biasa atau terbiasa dia konsumsi/gunakan kecuali ada rangsangan-rangsangan tertentu dari produk substitusi sehingga si konsumen melihat manfaat lebih dari produk substitusi tersebut.

Pembelian yang tidak direncanakan : terjadi karena konsumen melihat atau merasakan manfaat lain dari manfaat utama produk yang mereka beli.

Lalu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian tidak direncanakan ?

Pertama adalah lingkungan fisik atau pengetahuan konsumen tentang toko, supermarket atau mall dimana si konsumen beraktifitas: mencakup pilihan lokasi , tata letak (layout) rak pajangan (rack display), tata ruang, warna interior, pengaturan udara, musik (suara) dan layout produk. Pemilihan lokasi yang tepat, lahan parkir yang luas, kemudahan akses dari dan ke toko/supermarket/mall, termasuk juga keamanan lokasi sangat menentukan apakah konsumen mau berkunjung ke toko Anda atau tidak. Lokasi yang “nylempit”, atau mau parkir saja mesti putar-putar tiga atau empat kali, atau tidak ada akses kendaraan umum dari dan ke lokasi, atau udara yang sumpek dan panas, tentu saja menjadikan toko Anda alternatif terakhir untuk dikunjungi. Kemudian pemilihan warna cat atau wallpaper juga cukup menentukan. Pilihlah warna yang sesuai dengan tema Anda (misi dan visi Anda), tapi sekaligus merangsang pembelian. Kemudian satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah pilihan suara atau musik. Pilihlah musik yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana toko/supermarket Anda berada. Pilihan jenis musik untuk waktu-waktu tertentu juga cukup menentukan, misalkan pagi hari memperdengarkan musik yang lembut-lembut, menjelang siang mungkin musik yang agak keras/cepat dan seterusnya, yang jelas pilihlah musik yang Anda yakini bisa merangsang pembelian.

Berikutnya (masih termasuk lingkungan fisik) adalah pengaturan (tataletak) rak display dan penempatan produk. Aturlah rak-rak display Anda sedemikian sehingga terkesan rapi sehingga konsumen akan merasa nyaman berjalan di lorong-lorong diantara rak. Demikian juga dengan barang-barang yang dipajang di rak. Pengelompokan produk sangat dianjurkan dan diatur sedemikian sehingga konsumen mudah untuk mencarinya, dan bila perlu, beri informasi-informasi yang lebih memudahkan konsumen seperti petunjuk letak barang. Sebisa mungkin hindari penempatan barang ditengah-tengah lorong yang memberi kesan semrawut. Ingat, kecuali membeli barang, konsumen juga sedang membeli kenyamanan lho.

Lingkungan fisik atau pengetahuan konsumen tentang toko/supermarket Anda adalah faktor yang paling krusial. Mengapa ? Karena dengan mempersiapkan lingkungan fisik toko/supermarket Anda sebaik mungkin, maka bukan hanya pembelian yang tidak direncanakan yang dapat Anda jaring, tetapi bahkan konsumen yang sudah merencanakan membeli produk tertentupun dengan senang hati akan berbelanja di toko/supermarket Anda.

Faktor kedua adalah masalah waktu. Ketersediaan waktu juga mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan melakukan pembelian. Jika mereka tidak mempunyai cukup banyak waktu, maka mereka akan mengurangi waktu untuk pencarian informasi.

Penggunaan informasi yang tersedia juga akan menurun, dan informasi negatif atau yang tidak menguntungkan turut pula dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan akibat adanya tekanan waktu, sehingga mereka hanya akan melakukan pembelian yang telah direncanakan saja. Sebaliknya bagi konsumen yang mempunyai waktu mencukupi akan melakukan pencarian informasi dan mengolahnya dengan baik sehingga diharapkan dapat memunculkan keinginan pembelian barang yang tidak direncanakannya. Namun pembelian yang tidak direncanakan yang dilakukan konsumen terlebih dahulu mempertimbangkan kebutuhan, nilai dan ketertarikannya pada produk yang akan dibeli.

Faktor ketiga adalah adanya rangsangan-rangsangan tertentu yang “sengaja” diciptakan oleh para pemasar sehingga konsumen melakukan pembelian yang tidak direncanakan, bahkan seringkali tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikannya pada barang yang dibeli. Rangsangan itu dapat berupa potongan pembelian, gift, gimmick, promo, launching produk baru (atau yang diperbarui), obral, dan seterusnya.

Belanja merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang, karena belanja bukan saja aktivitas jual beli saja, namun juga merupakan salah satu kegiatan rekreasi pada masyarakat dewasa ini.

Konsumen mempunyai berbagai motivasi atau alasan berbelanja, selain untuk mendapatkan produk, konsumen juga memandang berbelanja sebagai kegiatan menyenangkan yang disertai satu atau lebih aktivitas seperti yang diungkapkan pakar marketing Henry Assael bahwa berbelanja merupakan aktivitas menikmati lingkungan toko, menelusuri dan mengamati penawaran-penawaran toko, berbicara pada pramuniaga, serta membelanjakan uang.

Kegiatan belanja yang tampaknya sederhana ternyata melibatkan interaksi rumit antara berbagai aspek lingkungan dimana kegiatan belanja dilakukan sehingga strategi pemasaran dirancang untuk memahami perilaku berbelanja konsumen ini.


2.3 Memilih sumber-sumber pembelian

· Sumber-Sumber Pembelian Intern :

1. Motivasi

merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
Seperti yang diterangkan oleh teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar, haus), disusul kebutuhan-kebutuhan
keselamatan (perasaan aman, perlindungan), kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan dicintai), selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan mengkerucut ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).

2. Belajar
Proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Sewaktu orang berbuat, mereka belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman.
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap, menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa obyek atau gagasan.
3. Kepribadian
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, tahapan daur hidup,pekerjaan,situasi ekonomi,gaya hidup,serta kepribadian dan konsep diri pembeli.Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa ang dibelinya.Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk.
· Sumber-sumber Pembelian ekstern

1. Kebudayaan
faktor budaya adalah salah satu pengaruh yang paling berdampak luas dalam perilaku konsumen.
Contohnya saja seorang konsumen yang sudah sangat cinta dengan kebudayaan bangsanya,sehingga ia selalu menggunakan prodak dalam negeri dan tidak mau menggunakan prodak luar.memang tidak semua konsumen seperti itu,masih terdapat konsumen-konsumen yang tidak mempunyai jiwa kebudayaan yang melekat utuh
didalam dirinya,sehingga ia masih dengan mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing,dan menggunakan produk-produk dari luar.
2. Kelompok Sosial dan Refrensi
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli.
Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu :

- Kelompok acuan : semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi.

- Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen
yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari.
- Peran : meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.

3. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli. Kita dapat membedakan dua maaca keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama, keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orangtua. Kedua, keluarga sebagai sumber keturunan.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pembelian yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari atribut-atribut produk dan perilaku pembeli konsumen itu sendiri.

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.

Sumber-sumber pembelian terdiri dari sumber intern dan ekstern. Sumber intern berupa : motivasi, belajar dan kepribadian. Sedangkan sumber-sumber ekstern berupa: kebudayaan, kelompok sosial dan refrensi, keluarga.

Rabu, 23 Oktober 2013

Emas di Tengah Gulita Sepak Bola Indonesia

Pemain Indonesia berselebrasi setelah membobol gawang Korea Selatan pada pertandingan kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu(12/10/2013). Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia U-19 yang akan berlangsung di Myanmar tahun depan, setelah menang dengan skor 3-2.


GENERASI emas yang hilang itu telah datang kembali. Ibu Kota Jakarta bernyanyi-nyanyi, Indonesia kemudian tertawa sambil menari-nari. Begitu juga dengan hiruk pikuk suporter dan 22 anak bangsa yang larut dalam kesenangan di bawah atap Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Di berbagai pelosok Indonesia, waktu seakan berputar kembali menuju puluhan tahun lalu. Gambar-gambar Evan Dimas dan kawan-kawan muncul di mana-mana. Wajah mereka kemudian terpampang di seluruh halaman depan surat kabar nasional. Sama seperti ketika Indonesia sukses menjelma menjadi Macan Asia yang fenomenal.

"Sekarang kalian semua bisa menikmati kemenangan ini." Begitu kata pelatih Indra Sjafri seusai membawa timnas U-19 mengalahkan juara bertahan Korea Selatan 3-2 dalam lanjutan kualifikasi Grup G Piala Asia U-19 di SUGBK pada Sabtu (12/10/2013).

Kemenangan itu membawa Indonesia kembali berkesempatan untuk mendulang prestasi yang telah lama mati suri. Setelah sukses meraih gelar Piala AFF U-19 2013, Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia dengan status juara grup dan tidak terkalahkan dari tiga pertandingan yang dilakoninya.

Meskipun ketika itu lawannya adalah Korsel, yang berstatus salah satu raksasa Asia, timnas U-19 tidak gentar. Mereka tetap berusaha untuk berjuang sekuat tenaga dengan diiringi doa ratusan juta rakyat yang masih haus akan prestasi sepak bola. Di mata mereka, semua lawan sama. Di hati mereka, tertanam keinginan teguh untuk menghidupkan kembali gairah penikmat sepak bola Indonesia.
 
Emas

Pukul 19.15 malam, dengan hati berdebar, sorotan mata Evan Dimas dan kawan-kawan menatap tajam ke arah lapangan. Maklum, meski tuan rumah, Indonesia memang bukan lagi raksasa Asia. Namun, tapak kaki mereka satu per satu tetap melangkah gagah menyusuri lorong pemain dengan diiringi gegap gempita dukungan dari puluhan ribu suporter Indonesia yang sudah memadati SUGBK.

Dua tim kemudian berbaris di dalam lapangan. Lagu nasional Korsel menggema lebih dulu. Giliran Indonesia, seluruh suporter tampak bersemangat menyanyikan lagu "Indonesia Raya". Di tengah tribun, berkibar bendera Merah Putih raksasa. Para pemain pun dengan khidmat menyanyikan lagu sambil meletakkan tangan di dada.

Begitu peluit dibunyikan wasit Mohammad Amirul Izwan asal Malaysia, para pemain Indonesia seakan menunjukkan kemampuan tersembunyinya. Gebrakan para penggawa skuad Garuda Jaya membuat permainan Korsel sempat dilanda ketegangan, dan Indonesia terlihat sukses membuat sang juara bertahan turun satu kelas.

Menit ke-30, gol! Bukan ke gawang Indonesia, tapi kiper Lee Tae-hui-lah yang merana. Si pencetak gol, Evan Dimas, kemudian berlari gembira ke pojok lapangan sembari mengucapkan syukur di tengah derasnya hujan yang mengguyur Jakarta. Pertandingan semakin sengit di saat Korsel mampu menyamakan kedudukan lewat penalti Seol Tae-su satu menit setelahnya.

Guyuran hujan kemudian seakan membawa berkah bagi para pemain timnas U-19 ketika umpan tarik Maldini Pali diteruskan dengan aksi Evan Dimas yang menendang bola masuk ke gawang Korsel, 2-1 untuk Indonesia di menit ke-49. Euforia tercipta di 10 menit tersisa karena torehan ketiga Evan Dimas serta gol balasan dari Hu Meong-hwon membuat papan skor raksasa di SUGBK terpampang skor 3-2 untuk Indonesia.

Begitu peluit panjang wasit dibunyikan, para pemain Korsel terpana. Penggawa Garuda Jaya berpesta. Rasa haru pun pecah bersamaan dengan histeria puluhan ribu suporter dan jutaan penonton televisi nasional di seluruh pelosok negeri yang tumpah ruah setelah melihat perjuangan para talenta emas sepak bola Indonesia.

Gulita

Di malam itu, perjuangan timnas U-19 kembali membuktikan kepada kita bahwa jutaan anak bangsa dari Sabang hingga Merauke mempunyai potensi dan semangat besar dalam urusan mengangkat harkat martabat negara melalui sepak bola. Potensi yang selama ini terpendam karena berbagai masalah yang menerpa sepak bola Indonesia.

Pertanyaan besar kini, bagaimana nasib para pemain muda timnas U-19 setelah meraih kesuksesan itu? Jangan buru-buru terbuai jika pengurus sepak bola Indonesia berjanji untuk mengamankan talenta muda Indonesia. Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita melihat sistem kompetisi di negeri ini dulu yang mencerminkan ulah orang yang seharusnya mengurus sepak bola.

Maklum, berbicara nasib para pemain muda sejatinya tidak pernah lepas dari langkah para pengurus sepak bola itu merancang sistem kompetisi yang sehat dan mumpuni. Selain ukiran prestasi timnas U-19, sudah banyak juga bukti negeri ini telah diberkahi anugerah oleh Tuhan dengan talenta-talenta sepak bola berlimpah.

Teranyar, lihat saja, bagaimana wakil Indonesia di Danone Cup 2013 sukses menduduki peringkat ke delapan dari total 32 peserta. Belum lagi melihat anak-anak muda berjuang mengharumkan nama bangsa di Gothia Cup 2013 yang sukses menempati posisi kedua di level usia U-14.

Masalahnya, mengapa bibit-bibit unggul itu selalu seperti tenggelam jika sudah meninggalkan status kelompok umur untuk beralih ke jenjang senior yang hingga kini masih miskin prestasi?

Sejenak, mari kita tengok kesuksesan para pemain muda Indonesia ketika mampu meraih Piala Asia Yunior pada 1962 serta kegemilangan mereka meraih tiga gelar Piala Pelajar Asia berturut-turut pada 1984, 1985, dan 1986.

Prestasi itu kemudian mampu berlanjut ke tingkat senior. Lihat saja bagaimana kehebatan Indonesia diakui oleh lawan-lawannya dalam turnamen Sea Games era 1980 hingga 1990-an. Medali emas turnamen terbesar se-Asia Tenggara itu pada 1987 dan 1991 pun berhasil digenggam tangan.

Sederet nama-nama besar seperti Ramang, Maulwi Saelan, Sutjipto Suntoro, Ronny Paslah, Iswadi Idris, Ronny Pattinasarany, Hery Kiswanto, Ricky Yacobi, dan sebagainya adalah bukti lainnya bahwa sepak bola Indonesia di level senior pernah ditakuti sejak 1950-an sampai awal 1990-an.

Namun, setelah emas terakhir di Manila, anomali prestasi terus menjamah kondisi sepak bola dalam negeri. Belum lagi, dengan adanya peleburan Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia (Ligina) pada 1994 yang dianggap seperti jalan pintas, entah disadari atau tidak oleh para pengurus ketika itu, justru telah menimbulkan masalah besar bagi Indonesia.

Mau bukti? Tengoklah kondisi sepak bola Indonesia sejak digulirkannya liga tersebut. Bermula ketika klub-klub Galatama perlahan disingkirkan karena dianggap tidak profesional setelah dinilai gagal membangun basis suporter hingga ketergantungan klub-klub Perserikatan dengan APBD serta pemilihan pengurus-pengurus klub yang umumnya bersifat birokratis dan tidak profesional.

Setelah itu, kompetisi sepak bola Indonesia seakan bertransformasi menjadi ladang basah bagi pihak-pihak yang ingin mengincar keuntungan sesaat. Regulasi kompetisi diubah-ubah sedemikian rupa. Perencanaan keuangan menjadi tidak transparan. Sepak bola pun lebih sering menjadi komoditas politik untuk mendongkrak kepentingan para politisi ketimbang ajang pertarungan sehat di dalam lapangan demi secercah prestasi.

Alhasil, dari berbagai masalah tersebut, praktik pengaturan skor, pembinaan usia muda yang relatif tidak terjamah, pembangunan fasiltas sepak bola seadanya terus mencederai khitah olahraga yang dicintai oleh ratusan juta masyarakat Indonesia ini. Belum lagi, munculnya dugaan praktik korupsi para mafia sepak bola serta pengaruh kepentingan pengusaha-pengusaha besar dalam pusaran konflik para pengurus.

Aroma kepentingan non-sepak bola ini sebenarnya sudah tercium sejak lama. Ketika Indonesia masuk final Piala AFF 2010, misalnya, banyak pihak termasuk partai politik, saling mengklaim sebagai pihak yang berjasa. Ada yang mengundang tim makan bareng sebelum turnamen usai, entah dengan tujuan apa.

Di sisi lain, permasalahan kemudian tak jarang berimbas ke lapangan. Berkelahi, mengumpat wasit, hingga perkelahian antarsuporter adalah potret buram kondisi di kompetisi Indonesia. Secara tidak langsung hal itu pun pada akhirnya bermuara kepada mental para pesepak bola senior Indonesia, yang terkadang untuk latihan fisik saja sudah mengeluh dengan alasan yang mengada-ngada.

Doa

Melihat sejumlah fakta itu, rasanya pantas kita berpikir, di saat negara-negara Asia berlomba-lomba mengukir prestasi dengan kompetisi yang sehat dan mumpuni, Indonesia justru sempat mengalami sebuah kemunduran luar biasa karena ulah para pengurus sepak bola yang sudah mirip politisi ketimbang pamong olahraga sejati.

Prestasi sepak bola puluhan tahun lalu bisa berlanjut karena adanya kebesaran hati sejumlah pengurus yang mampu membangkitkan nasionalisme pemain yang juga membuat daya juang pemain meningkat. Pengurus rela hanya menerima honorarium selama pelatnas dan tidak menerima gaji tetap. Pengurus juga dapat merancang kompetisi sepak bola ke khitahnya sebagai tempat pengembangan sepak bola akar rumput.

Meskipun kini konflik antarpengurus sudah selesai. Itu belum berarti benang kusut sepak bola Indonesia sudah terurai. Perlu ada kebesaran hati dari para pengurus atau pemangku kepentingan sepak bola untuk membenahi sistem kompetisi yang dapat menjadi wadah para talenta-talenta muda Indonesia berkiprah. Kompetisi sehat yang tidak mengubah arti kata profesional menjadi salah kaprah.

Salah kaprah yang terjadi karena buruknya kualitas kompetisi. Salah kaprah yang tercermin dari masih banyaknya pemain dan pelatih yang tidak digaji. Salah kaprah karena tidak ada upaya memberantas adanya praktik mafia serta membenahi buruknya kinerja perangkat pertandingan PSSI.

Padahal, jika program pembinaan kompetisi mampu menyinergikan perbaikan sejumlah masalah itu dengan fasilitas memadai, pendidikan karakter, dan visi ke depan untuk membenahi level tingkat umur, kebangkitan sepak bola bisa terus diraih. Kebangkitan sejatinya dapat dicapai dengan pembinaan panjang usia muda, bukan dari strategi para pengurus untuk mencari keuntungan pribadi semata.

Kini, anggap saja kesuksesan Evan Dimas dan kawan-kawan adalah jawaban Tuhan atas doa ratusan juta masyarakat Indonesia yang sudah sangat lama merindukan prestasi sepak bola. Anggap saja kesuksesan itu juga berasal dari keikhlasan seorang Indra Sjafri yang rela blusukan mencari bakat-bakat terpendam di seluruh pelosok negeri meski terkadang harus merogoh kocek sendiri.

Seluruh pengurus dan pemangku kepentingan sepak bola di negeri ini harus sadar betul, sudah lama sekali rakyat Indonesia tidak merasakan kenikmatan menyaksikan permainan cantik timnas di lapangan. Sudah lama sekali masyarakat tidak merasakan bulu kuduk berdiri melihat anak negeri menegakkan kepala sembari mengibarkan Merah Putih di podium kemenangan sepak bola.

Kerinduan itu memang sudah sedikit terobati dengan hasil peluh keringat generasi emas sepak bola Indonesia yang jatuh dari setiap tubuh para pemain skuad Garuda Jaya. Akan tetapi, semoga saja jerih payah 22 anak bangsa itu dapat dihargai dengan semestinya sehingga kilauan talenta emas mereka tidak kembali meredup di tengah gelap gulitanya kompetisi sepak bola Indonesia.

"Berjayalah Garudaku"

Senin, 21 Oktober 2013

Siapa Berani Coret Manchester United ?

Dalam catatan sejarahnya, Manchester United bukanlah tim yang bisa dianggap remeh. Tapi, bagaimana dengan musim ini?

Mari kita bahas rekor Manchester United sejauh ini. Peringkat 'Setan Merah' di klasemen adalah posisi delapn, jumlah kemenangan hanya tiga dari delapan laga dan baru bisa melesakkan 11 gol dan kemasukan sepuluh. Jumlah poin mereka adalah 11 angka.

Perlu dicatat, rekor tersebut merupakan pencapaian terburuk Manchester United dalam 24 tahun terakhir. Ya, belum pernah United mencatat hasil seburuk itu dalam dua dekade terakhir.

Terlepas siapa yang harus bertanggung jawab atas hasil buruk ini, semua punggawa Manchester United sepakat untuk segera mengakhiri periode buruk ini. Caranya yaitu dengan memetik kemenangan secara beruntun sesegera mungkin.

Namun, skenario tersebut harus dihadapkan dengan tekanan besar yang sudah dirasakan di tengkuk para pemain dan ofisial United.

Michael Carrick juga sudah menyatakan situasi ini membuat para pemain frustrasi. Phil Jones mengamininya setelah laga imbang melawan Southampton kemarin.

Tak sedikit pula yang mulai pesimistis United bisa mempertahankan trofi juara Liga Primer Inggris mereka.

Bukan tanpa alasan jika ada yang bersikap demikian. Lihat saja rival-rival United sejauh ini, mulai dari Arsenal hingga Tottenham Hotspur.

Arsenal sejauh ini baru tersentuh satu kekalahan dan memetik enam kemenangan dari delapan laga. Chelsea dan Liverpool nyaris menyamai torehan tersebut Manchester City dan Tottenham juga terus berusaha menjaga jarak.

Manchester United? Meraih kemenangan secara beruntun saja susahnya bukan main. Tak salah jika kemudian ada jeda yang cukup lebar antara 'Setan Merah' dan raksasa Inggris lainnya itu. Kontra Arsenal, United tertinggal delapan poin. Fiuh!

Tapi, apakah tim-tim tersebut berani mencoret United dari bursa kandidat juara di musim ini?

"Anda tak bisa melakukannya. Mereka punya pemain besar, berpengalaman dan mereka juga tim besar," kata Arsene Wenger, pelatih Arsenal.

Jeda delapan poin kurang lebih bisa disamai hanya dalam tiga laga dan di Liga Primer Inggris, sambung Wenger, sangat mungkin jarak tersebut dipangkas dengan cepat.

"Keunggulan delapan angka hanyalah selisih angka yang kecil, tapi United pastinya tak bisa diabaikan dalam persaingan ke tangga juara. Semua masih terlalu dini membicarakan hal ini," jelas sang Profesor.

Memang benar. Kompetisi masih harus dijalani 30 laga lagi, dan banyak hal yang mungkin terjadi. Tim-tim kandidat juara tersebut juga masih harus bertemu dan berduel satu sama lain.

Arsenal misalnya, yang masih harus menghadapi United pada 10 November mendatang di Old Trafford. Bukan tidak mungkin di sini ada pemangkasan jarak tiga angka oleh tim tuan rumah.

Dan ingat pula, dalam sejarahnya, United adalah tim yang bisa bangkit dari masa kritis untuk balik menghantam dan mencuri keunggulan. Tanyakan kepada Manchester City, Chelsea dan Liverpool, yang sempat ditelikung Manchester United beberapa musim lalu.

Bedanya, sekarang adalah eranya David Moyes, bukan Sir Alex Ferguson. Tapi, siapa yang tahu, bukan begitu?


Glory - Glory Man. United