\

Kamis, 20 Maret 2014

Analisis : Man. United vs Olympiakos, Intimidasi Old Trafford


Robin van Persie membawa keajaiban dengan memimpin Manchester United keluar dari misi sulit di Old Trafford dini hari tadi. RVP membalikkan prediksi dengan mencetak hattrick ke gawang Olympiakos yang mengantarkan Setan Merah ke perempat final Liga Champions musim ini.

Mengawali laga dalam keadaan tertinggal 0-2 secara agregat, United butuh 3 gol tanpa balas melawan Olympiakos. Robin van Persie meretas jalan keajaiban untuk United dengan golnya di menit ke-25 dari titik putih.

Di akhir babak pertama, Van Persie menggandakan keunggulan United sebelum membawa United tiga gol tanpa balas lewat tendangan bebasnya di menit ke-51. Hasil ini membuat Olympiakos yang baru saja menjadi jawara Yunani gigit jari dan melupakan impian lolos dari 16 besar musim ini.

Berikut  ulasan singkat 90 menit laga menegangkan di Old Trafford. 

1. Statistik Laga
   
Manchester United

    Penguasaan Bola: 49%
    Shot: 10
    On Target: 5
    Umpan Sukses: 73%
    Pelanggaran: 14
    Sepak Pojok: 8
    Dribble: 17
    Tekel: 22
    Offside: 4
    Kartu Kuning: 3
    Kartu Merah: 0

Olympiakos

    Penguasaan Bola: 51%
    Shot: 13
    On Target: 3
    Umpan Sukses: 76%
    Pelanggaran: 17
    Sepak Pojok: 8
    Dribble: 11
    Tekel: 23
    Offside: 3
    Kartu Kuning: 3
    Kartu Merah: 0

Gol

    Robin van Persie (25')
    Robin van Persie (45')
    Robin van Persie (51')


2. Penampilan Manchester United

Manchester United mampu menjawab ekspektasi fan di laga ini. Kekalahan memalukan dari Liverpool di Old Trafford dijadikan cambuk untuk bisa bangkit dari keterpurukan.

Duet Wayne Rooney dan Robin van Persie tampil lebih baik di laga ini. Assist Rooney kepada RVP di laga ini seakan menampik kabar keduanya 'tidak akur' di lapangan. Ryan Giggs yang sudah berusia 40 tahun juga tampil tak kalah menawan dengan tetap prima mengomando lini tengah United.

United sempat rentan di lini belakang. Namun setiap kali Olympiakos berhasil lolos, mereka menemukan tangguhnya David de Gea di bawah mistar.

Namun yang menjadi catatan, kemenangan ini sejatinya bukan pencapaian besar bagi United. Publik Inggris sudah berharap United lolos dengan mudah sejak ditakdirkan bertemu dengan Olympiakos. Jadi lolos dengan agregat tipis adalah hasil minimum yang diharapkan dari tim sekelas United. Setan Merah perlu memanfaatkan momentum ini untuk terus bangkit di laga selanjutnya. 


3. Penampilan Olympiakos
   
Pelatih Olympiakos, Michel pasti heran mengapa anak asuhnya bisa kalah telak 3 gol tanpa balas. Olympiakos tampil meyakinkan dengan berbahaya di lini depan. Hanya saja hal itu memang tidak diimbangi dengan performa solid di lini belakang.

Unggul 2-0 secara agregat tak membuat Olympiakos bermain aman dan 'parkir bus' di Old Trafford. Mereka tetap keluar menyerang dan hampir mendapat gol tandang yang mereka inginkan di beberapa kesempatan. Hanya penampilan gemilang David de Gea yang mampu mencegah jawara Yunani itu mencetak gol dini hari tadi.

Secara keseluruhan Olympiakos mampu mengimbangi permainan Manchester United, bahkan dalam keadaan tertinggal 0-2. Namun komplikasi dari penampilan gemilang De Gea, buruknya penyelesaian striker serta rapuhnya lini belakang membuat Olympiakos harus melupakan impian lolos ke perempat final. 


4. Hasil Laga

Kalah 3-0 bukanlah hasil yang bisa dibilang fair untuk Olympiakos. Statistik laga menunjukkan jika kedua tim seimbang, baik di penguasaan bola dan jumlah peluang. Kuncinya ada pada lini belakang kedua tim.

Jika lini belakang United tampil solid, sebaliknya dengan barisan pertahanan Olympiakos. Error di lini belakang Olympiakos harus dibayar mahal dengan dua gol United.

Secara keseluruhan, Olympiakos mampu mengimbangi United di dua leg. Namun kegagalan jawara Yunani ini untuk mengkonversi peluang menjadi gol berakibat pupusnya impian mereka menembus perempat final Liga Champions musim ini. 


5. Man Of The Match

Robin van Persie

Ada banyak kandidat pemain Manchester United untuk menyandang predikat ini. Bisa saja jatuh kepada Wayne Rooney yang tampil menawan, Ryan Giggs yang tampil enerjik, David de Gea melakukan penyelamatan krusial hingga Robin van Persie yang menjadi pahlawan kemenangan.

Namun kali ini Robin van Persie patut merayakan predikat sebagai pemain terbaik di lapangan. Tiga golnya tak hanya menjawab kritik, tetapi juga mampu menyelamatkan muka timnya. 


6. Flop Of The Match

Jose Holebas

Dua kandidat untuk predikat ini menjadi milik pemain Olympiakos. yang pertama Jose Holebas yang melakukan pelanggaran berbuah penalti kepada United. Dan yang kedua Roberto Jimenez yang gagal mengantisipasi tendangan bebas Robin van Persie.

Roberto Jimenez seharusnya bisa bereaksi lebih bagus lagi untuk mengantisipasi tendangan bebas RVP. Namun Holebas predikat pas disandingkan kepada Holebas yang menjadi awal petaka bagi Olympiakos. Holebas melakukan pelanggaran yang tak perlu yang akhirnya berbuah penalti bagi United. Unggul cepat membuat United menjadi kesetanan dan mencetak 2 gol tambahan. 


Manchester United: Laga berikutnya David Moyes bakal melawat ke West Ham akhir pekan nanti.

Olympiakos: Olympiakos bakal menjajal kekuatan Ergotelis di Liga Yunani, tetapi laga ini tak lagi berpengaruh bagi mereka yang sudah dipastikan menjadi jawara. 

Senin, 17 Maret 2014

Penalaran Induktif

Pengertian Penalaran Induktif

Metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu : 

1.Generalisasi

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.

Contoh :
Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan ciri – ciri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dan bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi ( = generalisasi lagi ) mengenai kendaraan pengangkut.Generalisasi dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)


 Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna)
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.Misalnya, untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Hampir seluruh orang di Indonesia menderita sakit magh.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.


·Generalisasi Dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna)
Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.

2. Analogi

Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.

Tujuan Analogi
    - Meramalkan kesamaan
    - Menyingkap kekeliruan
    - Menyusun sebuah klasifikasi

Contoh :

Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada.Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.

3. Kausal

Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.

Contoh :
    Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

Tujuan Kausal
Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
a. Sebab ke akibat
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
b. Akibat ke sebab
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
c. Akibat ke akibat
    Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.

Contoh :
Pada sabtu sore terjadi badai salju, akibatnya jalanan ditutup karena dipenuhi oleh salju.


INDUKSI DALAM METODE EKSPOSIS

Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

SALAH NALAR


Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan



HIPOTESE DAN TEORI

Hipotese adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu dalam penuntuk dalam penelitian fakta lebih lanjut. Sebaliknya teori merupakan hipotese yang relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan dapat diterapkan pada fenomena yang relevan atau sejenis.
Untuk merumuskan hipotese yang baik perhatikan ketentuan berikut:

Memperhitungkan semua evidensi yang ada
 Bila tidak ada alasan lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotesa yang sederhanan daripada yang rumit.
Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia
Hipotese buka hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya,tetapi harus menjelaskan fakta faktasejenis yang belum diselidiki.

Sumber :
http://utlia.wordpress.com/2010/02/26/penalaran-induktif/
http://okkiprasetio.blogspot.com/2011/03/penalaran-induktif.html
http://yogatama-anggita.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
http://nabiyutiful.blogspot.com/2011/02/penalaran-induktif.html
http://irfananakgundar.wordpress.com/2012/04/
http://megafryanti.blogspot.com/2013/05/penalaran-induktif.html
http://zainal-muttaqin.blogspot.com/2010/03/penalaran-induktif.html

Senin, 03 Maret 2014

Mengintip Masa Depan The Chosen One


Sudah bukan rahasia lagi jika selama ini saya dikenal selalu mendukung David Moyes. Beberapa teman sampai berseloroh bahwa saya sudah seperti pengacara Moyes yang akan selalu vokal dalam membela kliennya, meski sebenarnya yang saya lakukan hanyalah coba untuk bersikap proporsional sambil menjalankan pesan Fergie untuk "stand by our new manager."

Ketika Moyes resmi didaulat menjadi bos baru di Old Trafford, kita tahu jika masa transisi yang sulit akan segera menghampiri klub dan juga fans. Menggantikan peran manajer yang sebelumnya cukup sukses bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi menggantikan salah satu manajer terhebat sepanjang masa.

Dalam artikel terdahulu saya sudah menyatakan dukungan terhadap Moyes jauh sebelum Fergie pensiun karena saya merasa sosok Moyes mirip dengan Fergie serta sesuai dengan etos dan karakter klub, satu hal yang diluar dugaan juga diamini fan City. Meskipun begitu saya sadar betul jika Moyes mempunyai satu kekurangan yang di mata sebagian besar fans tidak terampuni: nihil prestasi.

Cacat terbesar Moyes tersebut sepertinya tidak menjadi halangan bagi klub dan khususnya Fergie untuk menunjuk --bukan lagi menawarkan-- Moyes sebagai suksesornya. Kontrak jangka panjang berdurasi 6 tahun yang diberikan mengindikasikan kepercayaan penuh klub pada pria asal Bearsden Skotlandia itu untuk meneruskan kejayaan United.

Moyes pun mengawali tugasnya dengan baik, memberi gelar Community Shield ke-20 United serta memulai kompetisi di puncak klasemen setelah menghajar tuan rumah Swansea City 4-1. Nama David Moyes makin lantang dinyanyikan dan banner The Chosen One pun dibentangkan, fans mulai berpikir bahwa sepertinya masa transisi akan berjalan dengan mulus.


Sampai kemudian datanglah apa yang selama ini dikhawatirkan. Pekan demi pekan, pertandingan demi pertandingan, hasil buruk mulai terus ditorehkan. Tercecer dalam persaingan di Premier League, gugur di dua piala domestik, sampai yang terakhir kalah dari Olympiakos di Champions League. Semua itu diperburuk dengan gaya permainan monoton yang ditampilkan pria-pria linglung tanpa semangat juang serta diselingi pula oleh beberapa komentar konyol dan basi dari Moyes sendiri di depan media.


Lantas siapa yang salah? tak ada yang paling mudah jika terjadi masalah selain mencari kambing hitam, dan mayoritas fans pasti akan langsung menunjuk Moyes. Well, saya sepakat. Manajer adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap kinerja tim dan Moyes jelas punya peranan atas hasil negatif sejauh ini, entah lewat kesalahan strateginya atau dalam hal pemilihan pemain. Tapi tentu saja kesalahan tidak layak dibebankan sepenuhnya pada Moyes, para pemain jelas juga punya andil dan itu diakui sendiri oleh mereka.

Mengenai hal ini, saya ingin mengajak anda sejenak untuk melihat apa yang terjadi pada Liverpool 23 tahun yang lalu --tepatnya di musim 1990/91. Saat itu Liverpool yang dilatih Kenny Dalglish merupakan juara bertahan dan sampai awal paruh kedua musim masih memimpin klasemen dengan keunggulan 3 poin atas Arsenal. Bencana mulai datang saat Dalglish tiba-tiba memutuskan untuk mundur di bulan Februari karena alasan kesehatan. Liverpool kemudian menunjuk Graeme Souness untuk menggantikan Dalglish dan pada akhirnya mereka harus puas mengakhiri musim di posisi runner-up setelah tertinggal 7 poin dari sang juara Arsenal. Souness kemudian memimpin Liverpool selama 3 musim berikutnya dan hanya berhasil mempersembahkan 1 gelar FA Cup dengan tanpa sekalipun menyentuh posisi 4 besar di liga. Masa-masa dipegang Souness merupakan awal runtuhnya dominasi Liverpool di Inggris dan mereka belum bisa bangkit lagi sampai saat ini. (itulah kenapa fans Liverpool sekarang kerap mengejek fans United dengan berkata: "Moyes is your Souness, so welcome to your Souness era!")


Yang perlu kita cermati disini adalah sebelum ditunjuk Liverpool, Souness sudah sangat sukses sebagai player-manager di Celtic dengan 3 kali menjuarai liga Skotlandia dan 4 Scottish League Cup, tambahkan lagi bahwa dia adalah seorang legenda Liverpool yang pastinya sudah sangat paham dengan karakteristik klub, tapi toh dia tetap gagal mempertahankan kejayaan Liverpool.

Mengapa Souness gagal? bukankah dia diwarisi skuat juara oleh Dalglish dan dia sendiri juga telah berpengalaman menjadi juara? jawabannya sederhana, karena Souness diwarisi skuat juara yang sudah menua dan melewati puncak permainannya serta yang paling utama adalah karena para pemain terlihat seperti tidak ingin bermain untuk Souness.

Salah satu pemain Liverpool saat itu, John Barnes mengungkapkan pendapatnya, "Ketika Graeme Souness datang suasana menjadi berbeda, mental pemain seperti berubah dan mereka tidak lagi tampil all out. Para pemain tahu betul jika tim mendapat hasil buruk maka yang akan disalahkan adalah manajer sehingga mereka seperti merasa lepas dari tanggung jawab." Barnes kemudian mengaitkan kondisi Liverpool saat itu dengan kondisi United sekarang, "Apa yang terjadi di United saat ini mirip dengan kondisi kami dulu. Maka jika sekarang pemain United tidak tampil sebaik saat masih dipimpin Fergie, itu bukanlah cerminan total dari jeleknya manajer baru. Mereka seharusnya bertanya pada diri mereka sendiri: 'Jika dulu saya bisa tampil bagus mengapa sekarang harus berubah?' Ini adalah persoalan mental."

Saya tidak bisa lebih setuju lagi dengan Barnes. Dia telah merasakan sendiri berada dalam sebuah tim hebat yang kemudian hancur. Apa yang dikatakannya adalah benar. Bukankah sekarang kita melihat para pemain United terlihat begitu kikuk saat tampil di lapangan dan bermain nyaris tanpa semangat juang sehebat dulu? Semua terlihat jelas dari sikap dan gerak-gerik mereka.


Banyak fans begitu silau dengan pencapaian gelar juara yang diraih dengan keunggulan 11 angka di musim lalu sehingga mereka pikir seharusnya Moyes bisa dengan mudah menjalankan tugasnya. Mereka seperti lupa atau menutup mata bahwa skuat yang kita punya sebenarnya berisi kumpulan pemain yang masih jauh dari peak performance mereka atau malah sudah habis masanya, dengan sebagiannya lagi berkualitas biasa saja.

Dengan kejeniusannya, Fergie mungkin merasa cukup dengan skuat yang berisi pemain yang sudah habis seperti Evra atau Rio, pemain satu kaki seperti Valencia, pemain labil seperti Nani, pemain tambun seperti Anderson, pemain dengan skill standar seperti Cleverley, serta pemain dengan skill misterius seperti Young. Fergie bisa meracik semuanya menjadi sekumpulan juara. Tentu saja kita tidak bisa mengharapkan hal yang sama langsung bisa dilakukan Moyes di musim pertamanya, tambahkan lagi dengan faktor non-teknis seperti mental dan keengganan bermain optimal demi sang manajer baru seperti yang dialami Liverpool dulu.

Maka hal terbaik yang bisa dilakukan pihak klub dan juga fans adalah memberikan Moyes waktu untuk membuktikan kapasitasnya. Biarkan dia membangun kembali tim, membuang pemain yang sudah habis atau enggan bermain untuknya, membeli pemain yang dibutuhkan, dan mengembangkan skema permainan yang tepat.

Saya mengerti bahwa sepakbola modern tidak lagi menyediakan banyak waktu untuk membiarkan seorang manajer bekerja dengan tenang. Kita tidak bisa lagi berharap Moyes akan diberikan waktu selama yang Fergie rasakan dulu. Tapi tetap saja tidak adil jika kita memberikan waktu semusim atau bahkan kurang dari itu. We are not Chelsea and surely we don't want to be like them. Saya pikir setidaknya 2 musim adalah waktu yang cukup fair untuk diberikan pada Moyes meski tentu saja brigade Moyes out tidak akan setuju dan akan menentangnya habis-habisan.



Ada sebuah cerita dari seorang guru yang sedang mengajar, dia fans United dan dia bercerita kepada saya. Di sekolah tempat dia mengajar, dia mempunyai beberapa orang murid berprestasi yang juga menggemari United dan mereka termasuk ke dalam brigade Moyes out garis keras. Suatu hari dia memberi mereka 50 soal simulasi ujian masuk perguruan tinggi negeri yang sulit dan meminta mereka untuk menyelesaikannya dalam waktu 15 menit atau jika tidak dia akan menganggap mereka sebagai siswa yang payah dan tidak layak untuk kuliah di perguruan tinggi favorit. Spontan mereka langsung bereaksi dengan berkata, "Yang benar saja pak?! Masak kami harus menyelesaikan soal sebanyak dan sesulit itu dalam waktu 15 menit dan kalau gagal langsung dianggap payah? Gak fair itu namanya!" Sambil tergelak dia pun menanggapi mereka, "Hehe... See? Secerdas atau sehebat apapun kita, tetap saja kita membutuhkan waktu untuk mengerjakan dan menyelesaikan hal yang sulit... begitu juga Moyes, he definitely needs time." Menyadari sindiran dan arah pembicaraan dari guru tersebut, mereka pun hanya bisa cengar-cengir dan menggerutu.

Kita memang seringkali begitu, menuntut seseorang melakukan sesuatu seperti yang kita mau tanpa sadar bahwa kita pun belum tentu sanggup jika dituntut hal yang sama. Moyes tidak sejenius Mourinho atau segemilang Klopp, dia juga tidak sehebat Guardiola, tapi ini makin menunjukkan kalau Moyes harus diberikan waktu yang cukup untuk membuktikan kapasitasnya. Maka berhentilah berandai-andai dan tetaplah berdiri dibelakangnya. Tak ada yang salah dalam mendukung Moyes, jika dia sukses maka memang itulah yang kita inginkan, tapi jika dia gagal maka setidaknya kita sudah menjalankan tugas sebagai fans untuk selalu memberikan dukungan dalam suka maupun duka.

Ah, tapi sudahlah... menginginkan Moyes out saat ini adalah pilihan yang paling populer dan akan membuat anda terlihat cerdas ketimbang memberikan dukungan yang hanya akan membuat pelakunya terlihat bodoh meskipun itu dilakukan oleh Gary Neville, legenda klub yang juga menjadi seorang pundit paling brilian saat ini.

Bukankah dalam sepakbola fans memang selalu jadi yang paling pintar dan tahu segalanya?