\

Senin, 11 Maret 2013

Wayne Rooney dan Melankolia Real Madrid


Begitu Manchester United dan Real Madrid bermain seri 1-1 di leg pertama Liga Champions, radio, Koran, televisi dan twitter di Inggris ramai bersahutan membahas kualitas permainan bintang Inggris, Wayne Rooney.

Mereka yang mencibir Rooney diwakili oleh sebuah pernyataan di twitter ‘’Pertandingan Man United dan Real Madrid membuktikan, Rooney bukan pemain kelas dunia. Bukan striker hebat. Dibesar-besarkan. Ia biasa-biasa saja.’’ Atau pernyataan, ‘’Di pertandingan besar, ia hilang, tenggelam oleh pemain (hebat) lain.’’

Apa boleh dikata, data statistik dari pertandingan itu membenarkan. Selama 80 menit ia beraksi tak sekalipun ia melepas tembakan ke arah gawang. Sekali saja ia melepas umpan mematikan untuk Robin van Persie yang nyaris menghasilkan gol.

Rooney juga tidak menjadi bintang di lapangan bagi Man United. Kiper David de Gea dengan sekian banyak aksi penyelamatan gawangnya, dan Danny Welbeck yang terlibat dalam semua gerakan penyerangan yang membahayakan gawang Madrid yang menjadi dua bintang Man United malam itu.

Adalah benar bahwa Rooney malam itu lebih banyak diposisikan oleh Alex Ferguson di sisi tengah ketika bertahan dan sayap kanan ketika menyerang, sehingga kesempatan untuk mendobrak gawang relatif terbatas. Posisi ujung tombak diberikan kepada van Persie. Tetapi keputusan Ferguson itu ikut memperkuat pernyataan bahwa Rooney memang biasa-biasa saja. Kalau tidak, mengapa harus van Persie yang diberi kepercayaan itu.

Mereka yang membela Rooney tidak banyak berkutik dengan fakta-fakta itu. Pembelaan justru datang dari Spanyol, setidaknya apa yang tertulis oleh beberapa Koran besar di negara itu yang dikenal sebagai corong Madrid, Marca dan El Pais.

Pagi sebelum pertandingan terjadi, ketika Marca menyebut Rooney sebagai setan bertotol, merujuk pada kulitnya yang berbintik-bintik khas kulit orang bule yang seperti kurang sinar matahari dan kenyataan ia membela Man United yang berjuluk Setan Merah, sebetulnya mereka sedang memuji Rooney dengan penuh kekaguman. Bukan seperti yang kemudian diterjemahkan oleh Koran-koran kuning Inggris sebagai ejekan.

Rooney, lanjut Marca, adalah setan bertotol dengan tubuh layaknya gentong mesiu yang siap meledak, dengan semangat bulldog Inggris, dan siap beradu tulang dengan siapa saja yang menghalangi timnya. Itulah kualitas Rooney yang menempatkannya di jajaran pemain hebat dunia. Striker adalah posisi utamanya. Tetapi kualitas utama Rooney adalah kesediaannya dan kebisaannya untuk bermain dimanapun di lapangan demi tim yang dibelanya. Kalaulah itu membuat ia tidak menjadi bintang di dalam tim, ia akan dengan sukarela menjalani dengan energi dan antusiasme yang sama besarnya.

Bukan rahasia bahwa beberapa tahun sesudah Man United meraih treble tahun 1999 dan Ferguson berulangkali gagal memenangkan Liga Champions ia berubah menjadi manajer yang meniru para manajer Eropa daratan: pragmatis. Ia yang sebelumnya berfilosofi menyerang habis-habisan tanpa kendat baik di kandang lawan maupun di kandang sendiri menjadi memberatkan pertahanan bila bertandang dan menyerang bila bermain di kandang sendiri. Tetapi ia membutuhkan (seorang) pemain (bintang) yang siap diturunkan dalam dua situasi yang berbeda ini, dengan kemampuan yang sama bagusnya. Ia menemukannya pada Rooney. Rooney adalah faktor penting bagi cetak biru permainan Man United di Eropa.

Pertandingan melawan Real Madrid mempertontonkan hal ini dengan sempurna. Ferguson tentu saja tidak bisa meminta van Persie ataupun Wellbeck (atau Chicarito yang tidak diturunkan) untuk menjalankan peran Rooney. Walau hebat, keduanya tidak mempunyai instink menyerang dan bertahan yang sama kuatnya. Alasan yang sama berlaku ketika Cristiano Ronaldo dan Tevez masih bermain di Man United beberapa tahun silam.

Rooney dalam pertandingan melawan Real Madrid menjadi pemain yang dengan cepat membentengi kuartet belakang Man United bersama Phil Jones ketika diserang. Ia pemain pertama yang bergerak ke kanan melindungi Rafael. Iapun menjadi pemain pertama yang melapis Patrice Evra di kiri pertahanan. Statistik menunjukkan ia berlari hampir tanpa henti selama 80 menit di lapangan. Ia berlari hampir sejauh 10,5 kilometer dengan separuhnya berkecepatan tinggi (sprint).

Itulah sebabnya El Pais kemudian menurunkan sebuah artikel eulogi khusus untuk Rooney seusai pertandingan. Sebuah artikel berbau melankolia dengan emosi yang campur aduk: kekaguman sekaligus kesedihan. Rooney dikorbankan, judulnya. Publik sepakbola Madrid kehilangan kesempatan untuk secara langsung melihat bukti kehebatan seorang Rooney sebagai striker karena ia dikorbankan oleh tim untuk menjaga pertahanan. Namun mereka dipertontoni kehebatan lain dari seorang Rooney, bagaimana seorang bintang bekerja mempertaruhkan setiap tetes keringatnya untuk melindungi pertahanan. Kalau Real Madrid lebih banyak melepas tembakan jarak jauh yang tidak terlalu menyulitkan de Gea, salah satunya adalah karena faktor Rooney ini.

‘’Lima menit sebelum usai, Ferguson menariknya keluar, lunglai kehabisan tenaga,’’ tulis El Pais. Lalu harian itu menutup euloginya dengan: ‘’Rooney. Seorang superstar, seorang pekerja.’’

Apapun keputusan Rooney itulah yang terbaik untuknya.., kami fans setuju dengan Ferguson, "Tak ada pemain yang lebih besar dari tim.

Glory - Glory Man United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar