\

Senin, 25 Maret 2013

Umpan Silang Arab Saudi & Double-Pivot Indonesia Yang Hilang



Indonesia akhirnya kembali harus menelan kekalahan dari Arab Saudi, kali ini dengan skor tipis 1-2. Kekalahan tetap saja kekalahan, dan ini memperpanjang rekor buruk Indonesia yang tidak pernah menang atas Arab Saudi. Kendati demikian, Indonesia bukannya tak memberikan perlawanan. Skor tipis sudah menjelaskan betapa laga ini berjalan tidak mudah bagi Arab.

Apa saja hal-hal menarik yang membuat laga ini bisa dikatakan berjalan ketat? Apa yang membuat Indonesia bisalah dikatakan sanggup memberi perlawanan yang berarti? Lalu apa yang menjadi kunci kemenangan Arab? Berikut 10 catatan dari Pandit Football Indonesia.

1. Mikro Taktik RD

Rahmad Darmawan (RD) mengklaim dirinya menggunakan formasi dasar 4-2-3-1 dengan Ponaryo dan Immanuel Wanggai menjadi double-pivot di lini tengah. Dengan Boaz Solossa berada di depan, maka duo Ian Kabes di kiri dan M. Ridwan di kanan bahu-membahu dengan Sergio van Dijk di belakang Boaz. Tapi pada praktiknya di lapangan, Indonesia sebenarnya cenderung bermain dengan formasi 4-3-3 yang tidak simetris.

Selain Ponaryo-Wanggai yang berperan melindungi back-four, Ridwan yang menempati posisi sayap kanan juga cenderung menjadi defensive-winger yang ditugaskan mula-mula untuk meng-cover Zulkifli Syukur di posisi full-back kanan. Dalam konferensi pers setelah pertandingan, RD pun mengakui bahwa Ridwan dipilih untuk mengantisipasi serangan lawan.

Sementara di pos menyerang, duet Boaz-SvD di depan banyak ditopang oleh Ian Kabes di sayap kiri. Berbeda dengan Ridwan yang dipilih dengan orientasi lebih condong bertahan, Kabes di sisi kiri dibiarkan untuk lebih aktif menyerang. Situasi ini membuat area yang ditempati Supardi di sisi kiri pertahanan Indonesia lebih rentan diserang. Immanuel Wanggai terpaksa harus banyak mengisi celah-celah di area kerjanya Supardi ini.

2. Garis Pertahanan yang Dalam

Duet Hamka Hamzah dan Victor Igbonefo jarang sekali naik sampai duapertiga lapangan. Keduanya cenderung konstan di sepertiga lapangan sendiri. Dengan Ponaryo dan Wanggai juga jarang sekali naik ke depan dan sibuk membendung serangan Arab, jelas sekali Indonesia bermain dengan garis pertahanan yang dalam.

Skema bertahan ini terbukti efektif untuk menjinakkan serbuan Arab yang dikirim langsung ke jantung pertahanan. Jarang sekali lawan mampu melakukan percobaan mencetak gol lewat skema through-pass dari lini kedua. Hamka dan Igbonefo cenderung mampu mengantisipasi umpan-umpan terobosan Arab. Di babak I, tercatat hanya sekali Arab mempu memproduksi shot on target melalui umpan terobosan.

Inilah yang menjadi faktor utama kenapa Arab Saudi tak berhasil mencetak gol melalui skema serangan yang menyerang langsung jantung pertahanan Indonesia dari tengah. Aspek inilah yang menjadi nilai lebih skema dan taktik yang dipakai RD dan Jacksen F. Tiago.

3. Instabilitas Hamka

Sempat dihebohkan karena ucapannya hendak "nampol" para pemain naturalisasi, Hamka Hamzah di laga ini malah dua kali "ditampol" sundulan pemain Arab Saudi. Dua gol yang bersarang di gawang Indonesia selalu melibatkan kekalahan Hamka berduel bola udara.

Di luar dua gol itu, Hamka bermain solid di jantung pertahanan Indonesia. Antisipasinya dalam memotong umpan-umpan terobosan Arab Saudi nyaris sempurna. Garis pertahanan yang dalam memungkinkan Hamka dan Igbonefo lebih sering menunggu bola-bola Arab Saudi di posisi yang tak perlu memaksa mereka membalikkan badan 180 derajat.

Dalam duel bola-bola atas Hamka juga sering menang. Dominasi Hamka dalam duel bola-bola atas seringnya terjadi saat pemain lawan sedang membelakangi gawang Indonesia atau saat Hamka berada di belakang pemain yang dijaganya. Tapi, saat lawan yang dijaganya berdiri sejajar atau bahkan di belakang Hamka, seperti dalam insiden dua gol Arab itu, Hamka kalah berduel.

4. Minimnya Peranan Ponaryo

Dengan Wanggai menjadi ball-winning, maka tandem Wanggai sebagai double-pivot mesti bisa lebih menahan bola, punya passing bagus, dan cenderung mampu menjaga zonal saat bertahan. Secara taktik, pilihan pada Ponaryo sebenarnya masih dapat dipahami karena Ponaryo dan Bustomi sama-sama punya gaya main yang memenuhi syarat seperti itu. Ditambah pertimbangan jam terbang (sebagaimana diuraikan RD setelah pertandingan), maka pilihan jatuh pada Ponaryo.

Menjadi kendala ketika Ponaryo ternyata tak mampu mengemban tugas itu. Popon, demikian panggilan akrab Ponaryo, tak maksimal menyuplai bola ke depan, juga kelimpungan mengisi celah-celah yang ditinggalkan Wanggai yang sepanjang laga sibuk berduel dengan para pemain tengah Arab dan juga cukup repot membantu Supardi yang terus menerus dicecar oleh pemain Arab.

Ponaryo praktis makin "hilang" di babak II. Kontribusi Ponaryo terasa kian menurun setelah turun minum. Ini menyisakan lubang besar di jantung lini tengah Indonesia. Ini dimanfaatkan oleh Arab Saudi dengan meningkatkan frekuensi percobaan mencetak gol dari lini kedua, kebanyakan dari pos yang ditempati oleh Ponaryo.

Jika memilih Ponaryo sebagai starter masih bisa dipahami secara taktikal, maka pilihan untuk terus mempertahankan Ponaryo sampai menit 89 agak sukar dimengerti dan itu sebabnya banyak dipertanyakan.

5. Umpan Silang dari Arab Saudi

Sejak awal, Arab Saudi terlihat mengeksploitasi sisi sayap pertahanan Indonesia, baik dari kanan yang dijaga Zulkifli maupun sisi kiri yang dikawal Supardi. Arab Saudi secara rutin mengirim ancaman melalui umpan-umpan silang dari kedua sisi ini. Dua gol Arab yang semuanya berasal dari umpan silang menjelaskan betapa efektifnya pilihan taktik ini.

20 menit pertama pertandingan, Arab sudah melakukan tiga umpan silang dari daerah Supardi. Dari total 7 percobaan mencetak gol yang dilakukan Arab sampai menit ke-20, 5 di antaranya dilakukan dari sisi kiri pertahanan Indonesia. Sisanya dari sisi kanan pertahanan Indonesia.

Usai menit 20, Arab Saudi beralih haluan memfokuskan serangan dari tengah dan kiri. Hanya saja, kesulitan menembus garis pertahanan Indonesia membuat Arab Saudi kerap melakukan percobaan mencetak gol dari luar kotak penalti. Tercatat ada 4 attempt yang mereka lakukan, 2 di antaranya on target yang mampu diblok Kurnia Meiga.

Memasuki babak II, Arab Saudi melakukan perubahan serangan. Mereka makin intensif mencoba mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Indonesia yang dijaga Zulkifli. Dari 10 umpan ke dalam kotak pinalti Indonesia sepanjang babak II, 4 di antaranya berasal dari sisi kiri pertahanan Indonesia dan 6 sisanya dari sisi kanan yang dijaga Zulkifli.

6. Faktor Supardi

Dua gol yang bersarang di gawang Kurnia Meiga semuanya berasal dari umpan silang yang dikirimkan dengan leluasa dari area yang dijaga Supardi. Dalam dua momen mematikan itu, lawan dengan bebas dan tanpa pressing mengirimkan umpan silang.

Sebenarnya Supardi tak buruk-buruk amat di pertandingan ini. "Kebocoran" di area yang dijaganya ini bisa dibaca sebagai risiko taktikal. Dengan membiarkan Ian Kabes aktif membantu serangan, praktis Supardi tak cukup mendapat bantuan dalam melindungi areanya. Berbeda dengan Zulkifli di kanan yang sering dibantu Ridwan.

Gol kedua Arab menjelaskan betapa area Supardi jadi rentan karena faktor itu. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini, Ian Kabes yang sebenarnya sudah berada di posisi bertahan, dengan mudah sekali dilewati oleh pemain lawan. Dan begitu Kabes dilewati, sialnya posisi Supardi juga jauh. Lawan dengan mudah mengirim umpan silang mematikan persis di antara Kabes dan Supardi.


Jika pun harus dipersoalkan barangkali pilihan RD menempatkan Supardi sebagai full-back kiri. Di klubnya sekarang, Persib Bandung, Supardi selalu bermain sebagai full-back kanan. Begitu juga saat Supardi bermain di klub sebelumnya, Sriwijaya FC. Supardi dan Ridwan adalah "satu paket" di sisi kanan. Entah kapan terakhir kalinya Supardi bermain sebagai full-back kiri.

7. Peran Sentral Van Dijk

Saat menghadapi tim-tim kuat, Indonesia biasanya menyerang secara cepat lewat serangan balik yang dibangun oleh kedua flank. Hal ini berbeda dengan pertandingan semalam. Dengan menempatkan Boaz dan Van Dijk, pelatih Rahmad Darmawan terlihat mengubah pola serangan melalui poros tengah. Namun, dengan menempatkan Ridwan sebagai defensive winger dan Ponaryo-Wanggai sebagai double-pivot yang lebih banyak tertahan di wilayah sendiri, praktis pasokan bola ke lini depan lebih banyak dialirkan melalui umpan lambung atau lewat Ian Kabes yang diberi keleluasan untuk aktif menyerang.

Dengan skema serangan seperti ini, keberadaan Van Dijk jadi sentral bagi Indonesia. Striker ini berperan untuk menerima bola-bola lambung dari Hamka atau Zulkilfi dan mendistribusikannya pada Boaz atau Ian Kabes. Hal ini jelas terlihat terutama pada zona waktu menit 45-60. Dari 9 kali Indonesia memasuki area pertahanan Arab Saudi, 7 kalinya selalu melalui Van Dijk.


Grafik Distribusi Bola Indonesia di Sepertiga Lapangan Akhir (menit 45-60)


Namun, dengan mengambil peran sebagai second-striker, bukan berarti Van Dijk tidak melakukan percobaan ke arah gawang. Bahkan, dari 12 kali attempts yang dilakukan Indonesia, 7 di antaranya dilakukan Van Dijk.

Grafik Percobaan Ke Arah Gawang Timnas Indonesia


8. Menyerang di 15 Menit Akhir

Satu pola penyerangan yang terlihat dalam pertandingan kali ini adalah Indonesia yang baru bisa memasuki daerah pertahanan Arab Saudi di 15 menit terakhir setiap babaknya. Di babak pertama, total 31 kali Indonesia mengalirkan bola ke area sepertiga lapangan akhir, dan 15 di antaranya (48%) terjadi pada menit 30-45. Hal yang sama terjadi di babak dua. Dari 24 kali memasuki area pertahanan Arab Saudi, 13 kali (54%) baru dilakukan pada menit 75-90.

Namun, walau bisa mengalirkan bola ke sepertiga lapangan akhir, Indonesia sendiri selama 70 menit kesulitan untuk membongkar pertahanan Arab Saudi. Hal ini disebabkan oleh duet lini tengah Ponaryo-Wanggai yang kesulitan mendistribusi bola lewat umpan-umpan pendek. Bola kemudian dialirkan melalui umpan lambung, dan dipantulkan melalui Sergio Van Dijk, atau melalui Ian Kabes. Lini pertahanan Arab Saudi dengan baik bisa melakukan intercept atau clearance bola-bola yang dipantulkan Van Dijk atau merebut bola dari kaki Kabes.

Akibatnya serangan Indonesia di 15 menit akhir ini tidak berjalan efektif. Bahkan di menit 75-90, dua percobaan ke arah gawang yang dilakukan oleh Indonesia sendiri berasal dari bola mati. Pertama datang dari tendangan bebas Ian Kabes dari pinggir kiri kotak penalti, sementara kedua adalah dari tendangan Igbonefo yang berasal dari tendangan penjuru Ian Kabes. Di zona waktu ini (menit 75-90), sama sekali tidak ada serangan dari permainan terbuka yang berujung pada percobaan ke arah gawang.


9. Kombinasi Greg-Van Dijk

Skema serangan berubah saat Rahmad Darmawan memasukkan Greg Nwokolo untuk menggantikan Ian Kabes. Sebelumnya serangan Indonesia lebih sering dilakukan di sisi kiri, yaitu melalui Ian Kabes yang bergerak menyusuri flank kiri tanpa menusuk ke kotak penalti Arab Saudi.

Setelah Greg masuk, Indonesia kemudian melakukan serangan dari poros tengah maupun sayap kanan dan kiri. Greg berkali-kali menguasai bola baik di sisi kanan maupun kiri pertahanan Arab (lihat chalkboard). Greg juga mampu membangun kombinasi dengan van Dijk dan sering terlibat dalam umpan satu-dua di daerah pertahanan Arab Saudi.

Karena perkembangan baru itu pula maka van Dijk juga tak lagi berfungsi sebagai penerima umpan lambung. Van Dijk jadi lebih konstan berada di dalam kotak penalti. Tak mengherankan jika pada 15 menit terakhir babak II, 3 percobaan mencetak gol Indonesia semuanya dilakukan oleh Van Dijk dari dalam kotak penalti.


Grafik Distribusi Bola Indonesia di Sepertiga Lapangan Akhir (menit 30-45). Terlihat bahwa area kanan lapangan jarang digunakan untuk menyerang.

Grafik Distribusi Bola Indonesia di Sepertiga Lapangan Akhir (menit 75-90). Terlihat bahwa setelah Greg Masuk, serangan Indonesia semakin merata dari sayap kanan, kiri, maupun dari poros tengah.


10. Menurunnya Performa Boaz

Kehadiran Greg meningkatkan kemampuan Indonesia untuk menguasai bola di area pertahanan Arab Saudi. Pemain Indonesia pun mampu menekan lini pertahanan Arab Saudi untuk bertahan lebih dalam.

Namun, ada efek negatifnya: Boaz tidak cukup punya ruang bergerak. Kekuatan Boaz terletak pada kemampuannya mengeksploitasi ruang kosong di belakang bek lawan saat diberi umpan-umpan terobosan. Dengan ruang yang semakin sempit di area kotak penalti Arab Saudi, maka striker ini kesulitan untuk memaksimalkan kelebihannya.

Semenjak Greg masuk ke lapangan, Boaz lebih sering terlihat turun ke lini tengah. Bahkan ia sempat dua kali berada sejajar dengan Van Dijk di area lingkaran tengah lapangan, saat Van Dijk turun menjemput bola. Di 15 menit akhir, Boaz pun hanya mampu satu kali menembus kotak penalti Arab Saudi saat tendangannya diblok center-back Arab Saudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar