\

Senin, 18 Maret 2013

Tak Harus Dominan Untuk Menang


Manchester United semakin memantapkan posisinyadi puncak klasemen. Melalui gol tunggal Wayne Rooney, mereka berhasil mengalahkan Reading di pekan ke-30, Sabtu (16/3) malam.

Dengan kemenangan ini, plus kekalahan Manchester City dari Everton, "Setan Merah" memperlebar jarak dengan tetangga sekaligus rival utamanya itu menjadi 15 poin.

Kemenangan ini juga semakin menegaskan dominasi MU di Liga Inggris. Dalam 17 pertandingan terakhirnya mereka membukukan 15 kemenangan dan 2 hasil imbang. Di liga mereka sepert sudah lupa arti kalah, karena terakhir kali mengecapnya adalah 17 November lalu (0-1 dari Norwich City), alias hampir empat bulan silam.

Sementara untuk Reading, hasil ini seakan memperburuk peluang mereka untuk lolos dari zona degradasi. Dalam 5 pertandingan terakhirnya mereka selalu menelan pil pahit karena kalah dari lawan-lawannya.

Walau menang, MU tidak tampil dominan atau menguasai permainan. Reading tampil dengan pertahanan terorganisir sehingga para pemain MU jarang bisa menembus kotak penalti. Dari 16 peluang MU, hanya 5 yang dihasilkan di dalam kotak penalti Reading, dan semuanya off-target. Satu-satunya gol yang tercipta pun lahir dari defleksi tendangan Rooney.

Namun, menang tanpa bermain cantik seakan sudah jadi ciri khas MU musim ini. Berkali-kali mereka menunjukkan kepada para pecinta sepakbola bahwa DNA menang sudah kadung ada dalam diri mereka. Bagaimanapun caranya, saat peluit panjang dibunyikan di akhir pertandingan, mereka yang akan keluar lapangan dengan mengangkat kepala.

Utak-Atik Formasi Ferguson

Salah satu pujian yang bisa dialamatkan pada Alex Ferguson musim ini adalah bagaimana ia meracik tim yang berbeda dari pertandingan ke pertandingan, namun tetap bisa meraih kemenangan. Istilah "don't change the winning team" pun seakan tak berlaku untuk The Red Devils. Memang, Ferguson sendiri diuntungkan dengan kedalaman skuat yang mumpuni dan merata antarlini.

Hal ini jelas terlihat dari pemilihan dua orang pemain tengahnya. Dalam empat pertandingan terakhir, Ferguson memilih empat kombinasi yang berbeda untuk mengawal poros tengahnya, yaitu Giggs-Carrick (versus QPR), Anderson-Carrick (vs Norwich), Cleverley-Carrick-Giggs (vs Madrid), Cleverley-Carrick (vs Chelsea)

Dalam pertandingan semalam, pelatih asal Skotlandia ini pun kembali mengganti kombinasi terakhir dan memasangkan Anderson dan Giggs di lini tengah.

Uniknya, tidak ada pembagian peran yang signifikan dalam diri kedua pemain ini. Masing-masing akan bertahan juga mengalirkan bola melalui umpan pendek maupun panjang. Perbedaannya hanya terletak di posisi dan pergerakan. Giggs bermain lebih dekat ke lini depan yang dihuni oleh Rooney-Wellbeck-Van Persie, sementara Anderson ke lini bertahan.

Namun, dengan memainkan Giggs, MU diuntungkan dengan adanya pemain yang bisa mengisi sisi sayap lapangan jika terjadi kekosongan. Beberapa kali saat Welbeck menusuk masuk ke kotak penalti, Giggs akan bergerak naik ke sayap kanan dan mengisi ruang yang ditinggalkan. Tiga umpan silang yang dihasilkan oleh pemain gaek itu pun berasal dari sisi lapangan ini.

Merangseknya Welbeck, yang ditempatkan di sisi kanan lapangan, ke dalam kotak penalti acap kali disebabkan karena Van Persie yang bermain terlalu dalam. Bahkan dari 5 kali percobaan ke arah gawang yang dilakukan oleh Van Persie, 4 di antaranya dari luar kotak penalti. Tanpa gol lagi, itu berarti penyerang Belanda ini baru mencetak satu gol dalam 10 laga terakhirnya.

Selain Van Persie, Rooney pun bermain lebih dalam dari biasanya. Ia bahkan lebih efektif bermain di lini tengah, terutama saat Ryan Giggs bergerak naik.

Namun penempatan Van Persie dan Rooney ini berarti dua orang center-back Reading sering tertarik keluar untuk menjaga keduanya. Hal ini membuka ruang untuk Ashley Young dan Buttner menusuk masuk dalam kotak penalti.

Young dan Buttner yang mampu merangsek dari sayap juga terjadi karena Reading sering menyerang melalui kombinasi Hal-Robson Kanu dan bek kanan Stephen Kelly.

Terlepas dari hal tersebut, lini pertahanan Reading yang dikawal oleh duet Alex Pearce dan Adrian Mariappa bermain sangat rapih dan terorganisir. Tiap bola yang datang ke area pertahanan akan segera dihalau oleh kedua center-back, sementara Leigertwood, Karacan, dan Jobi McAnuff akan merebut bola dari kaki pemain MU. Leigertwood dan McAnuff akan berhadapan dengan Wellbeck dan Rooney, sementara Karacan berduel dengan Anderson.

Ketiga pemain tengah ini kerap melakukan tekel saat pemain MU baru saja memasuki daerah sepertiga lapangan terakhir Reading. Kerja ketiganya memudahkan Pearce untuk membuang bola. Nama terakhir tampil dominan dengan mencatatkan 11 kali clearance. Pearce mampu menjaga ruang kosong yang ditinggalkan Kelly yang beranjak naik untuk menyerang.

Permainan Berkutat di Lini Tengah

Satu hal yang menarik diamati dalam pertandingan ini adalah kedua tim yang jarang melakukan pressing di lini tengah. Baik Reading maupun MU membiarkan saja lawannya membawa bola dan melakukan passing-passing di poros tengah.

Saat bola memasuki sepertiga lapangan terakhir, barulah pemain tengah maupun bek menghalau bola untuk tidak memasuki kotak penalti. Hal ini menyebabkan bola banyak berputar di lini tengah.




Padunya Lini Belakang MU

Anderson, Giggs, ataupun Rooney yang jarang melakukan pressing di lini tengah berarti Reading leluasa untuk memasuki daerah sepertiga pertahanan MU.

Untuk menghadapi hal ini, lini belakang MU lebih sabar dalam mengundang pemain Reading masuk mendekati kotak penalti untuk kemudian melakukan clearance. Bahkan, seperti halnya lini tengahnya, keempat bek MU terlihat jarang sekali melakukan pressing untuk merebut bola dari kaki lawan.

Namun hal ini bukan berarti pemain Reading mudah mempenetrasi kotak penalti lawannya. Patut diakui, di pertandingan ini bek-bek MU menunjukkan kemampuan membaca aliran bola dan posisi lawan yang sangat baik. Mereka pun bisa menutup pergerakan sesama pemain belakang secara apik dan rapih. Total 54 kali clearance dihasilkan oleh MU semalam, dengan 38 di antaranya dilakukan oleh keempat bek.

Reading sendiri terhitung hanya memiliki satu peluang baik untuk menjebol gawang MU, yaitu saat Hal-Robson Kanu melancarkan tendangan dari luar kotak penalti.

Penampilan Sempurna Rio Ferdinand

Acungan jempol patut diberikan kepada bek berusia 34 tahun ini. Selain berhasil menjaga lini bertahan MU dengan baik, ia pun bisa menciptakan dua peluang emas bagi MU.

Di menit ke-14 tendangan Ashley Young yang mengarah ke tiang jauh berasal dari umpan lambung Ferdinand. Sementara itu, gol yang diciptakan Rooney pun berasal dari kemampuannya untuk berlari membawa bola dan memanfaatkan ruang kosong di antara lini tengah Reading.

Hal ini seakan mengingatkan suporter MU pada gaya bermainnya sebelum terkena cedera punggung. Juga untuk memberi sinyal kepada Roy Hodgson, yang sedang mempersiapkan skuat timnas Inggris, bahwa di lapangan hijau ia belum habis.


Glory - Glory Man. United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar