\

Senin, 11 November 2013

Matinya Skema Lini Tengah Arsenal dan MU yang Memanfaatkan Kesalahan


Satu-satunya gol dari Robin Van Persie berhasil mengantarkan Manchester Unted mengalahkan sang pemuncak klasemen, Arsenal. Kemenangan ini juga membuat rekor Arsenal yang 7 tahun tidak pernah menang di Old Trafford belum pecah.

Matinya Lini Tengah Arsenal

Berbeda dengan laga-laga sebelumnya, seperti saat berhasil menang tipis melawan Dortmund atau ketika secara dominan mengalahkan Liverpool, kali ini Arsenal seperti kehilangan ciri khas permainan mereka.

MU mendominasi permainan hampir di sepanjang babak pertama, terutama hingga terciptanya gol Van Persie di menit ke-27. Hal ini akibat tidak berjalanya skema permainan gelandang tengah Arsenal.

Di pertandingan sebelum-sebelumnya, Arsenal sebenarnya memang lebih banyak membangun serangan dari sayap. Namun, para gelandang tengah mereka tetap akan membentuk pola untuk menyerang. Taktik demikian yang tidak terjadi di pertandingan kali ini.

Kedua poros ganda Arsenal, Flamini dan Arteta, tidak terlalu membantu banyak dalam menyerang. Praktis hanya Mesut Ozil yang lebih banyak bergerak melebar mencari ruang. Ia bahkan bergerak melebar hingga ke kedua sayap.
Distrubusi passing Oezil (Sumber fourfourtwo.com/statszone)

Ini karena pertahanan MU memang bagus di tengah, namun buruk di sayap. Lebih lagi Valencia, dan terutama Kagawa, tidak banyak melakukan aksi bertahan. Keduanya hanya berusaha menutupi ruang gerak gelandang Arsenal agar The Gunners tidak banyak melakukan umpan di sayap. Akhirnya, taktik MU ini menjadi efektif karena tidak adanya tekanan dari gelandang tengah Arsenal yang bermain statis.

Pujian tersendiri patut disematkan ke duet Phil Jones dan Carrick. Berperan sebagai gelandang bertahan di babak pertama, keduanya berhasil mematikan para gelandang Arsenal melalui marking dan intersepsi yang dilakukan.

MU Mengandalkan Umpan Silang


Keberhasilan duet Jones dan Carrick menahan gempuran gelandang Arsenal ini dikarenakan keduanya diplot untuk bertahan. Jones dan Carrick tidak banyak melakukan gerakan di area sepertiga akhir.

MU lebih banyak melakukan serangan melalui kedua sayap mereka, Valencia dan Kagawa. Otomatis, saat menyerang, MU hanya menempatkan 4 pemain di depan. Dengan skema dasar 4-2-3-1 , Van Persie menjadi ujung tombak. Ia mendapat dukungan dari Rooney dan kedua sayap mereka, Kagawa dan Valencia.

Maka, hanya melalui umpan silang saja lah MU mampu menembus kotak penalti Arsenal. Meski begitu, umpan silang ini pun masih sering gagal. Dari 29 percobaan, hanya 4 yang berhasil.

Ada dua faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut. Pertama adalah keberhasilan Thomas Vermaelen, yang dibantu Laurent Koscielny, dalam intersepsi dan duel bola di belakang. Sementara faktor kegagalan lain dari praktek umpan silang MU adalah minimnya pemain United yang berada di sekitar kotak penalti.

Ketika bola berada di penguasaan Kagawa (kiri), hanya Rooney dan Van Persie yang siap menyambut umpan silang dari 4 pemain United yang berada di area depan. Valencia justru masih saja berkutat di pos areanya sendiri dan lebih banyak tetap berada di sayap kanan.
Berbeda dengan Valencia, Kagawa memang lebih aktif memasuki area kotak penalti. Namun buruknya kualitas umpan silang Valencia, dan Kagawa yang lebih sering kalah duel udara, membuat banyak serangan United menjadi mentah begitu saja.

[Umpan Silang United Sepanjang Pertandingan. Sumber fourfourtwo.com/statszone]

Dukungan dari sayap ini juga tidak banyak dilakukan kedua fullback. Hanya Evra yang sesekali ikut membantu Kagawa di depan. Sementara itu, Chris Smalling lebih banyak bertahan.

Jika Kagawa-Valencia terlambat untuk naik, maka duet Rooney dan Van Persie nyaris tanpa support. Cara bertahan Arsenal dengan zonal marking terbilang sukses meredam serangan United yang monoton dan mudah ditebak.

Namun satu-satunya kesalahan cara bertahan Arsenal justru terjadi pada gol tunggal MU saat terjadinya tendangan sudut. Van Persie yang adalah penyundul terbaik MU malah tak terkawal.

Whilshere Sebagai Faktor Pembeda

Seperti biasa, dalam bigmatch, MU lebih banyak bertahan dan jarang menguasai bola seusai unggul. Ini pun terjadi tadi malam. MU menarik kedua sayap untuk lebih turun, dan mengubah formasi dasar dari 4-2-3-1 ke 4-4-1-1. Kedua sayap pun berubah peran jadi defensive winger.

Di babak kedua ini, wilayah sepertiga lapangan MU terlalu penuh oleh pemain-pemainnya sendiri. MU seperti puas untuk memenangkan pertandingan dengan skor 1-0 saja. Serangan balik pun tidak berjalan, dan berakhir buntu di Vermelen atau Koscielny.

Situasi tersebut kemudian direspon oleh Wenger dengan memasukan Jack Whilshere menggantikan Flamini. Sadar akan duet Arteta dan Flamini yang tidak membantu banyak saat menyerang, masuknya Whilshere diharapkan dapat membuat lini tengah Arsenal menjadi lebih kreatif.

Dominasi dan penguasaan bola Arsenal memudahkan Whilshere dalam mengatur ritme permainan. Bersama Ozil dan Ramsey, Whilshere membuat sayap Arsenal kembali hidup.

Tidak hanya melalui umpan dan pergerakan tanpa bolanya, Whilshere juga aktif dalam melakukan aksi bertahan. Meski hanya bermain 30 menit, namun aksi permainannya berada di hampir seluruh area lapangan. Build up play melalui sayap yang menjadi ciri khas Arsenal kembali hidup. Dengan menggunakan pola umpan segitiga di sisi sayap.

[Aksi Permainan Whilshere. Sumber fourfourtwo.com/statszone]

Mengandalkan Phil Jones dan Serangan Balik

Terus ditekan dan berusaha bermain aman, setelah unggul MU otomatis hanya mengandalkan bola panjang dan serangan balik. Meski susah diandalkan, Valencia tetap jadi harapan MU dalam menyerang. Apalagi setelah ditariknya Kagawa dan Van Persie.

Benar saja. Meski tetap mengandalkan sektor sayap dan umpan silang dalam menyerang, tidak ada umpan silang berhasil yang dilakukan pemain MU sepanjang babak kedua.

Meski sempat tembus beberapa kali, terutama melalui kedua sayap, secara umum, pertahanan MU bisa dikatakan baik. Terutama dengan Jones yang bermain apik, meski harus berpindah posisi dari gelandang bertahan ke bek tengah di babak kedua.

Ditariknya Nemanja Vidic yang cedera untuk digantikan Cleverley membuat Moyes terpaksa menarik mundur Jones ke belakang. Namun, pergantian ini tidak membuat performa apik Jones menurun.

Justru di lini belakang performanya menjadi meningkat. Ia mampu menahan serangan Arsenal melalui blok tendangan dan kawalan ketat. Tercatat 3 blok tendangan krusial berhasil dilakukan oleh Jones.

Kesimpulan

Liga Inggris memang selalu susah untuk ditebak. Semua tim bisa saling mengalahkan. Termasuk kemenangan United atas Arsenal ini. Menurunnya performa gelandang Arsenal membuat MU mampu mencuri kesempatan, meski mereka sebenarnya tampil biasa saja.

Satu hal yang menarik dari pertandingan kali ini tentu saja duel pertarungan sayap kedua tim. MU dan Arsenal memang sama-sama mengandalkan sektor ini untuk melakukan serangan. Namun permainan apik lini pertahanan MU dan Arsenal membuat peluang tidak banyak tercipta. Sepanjang pertandingan, hanya 2 peluang tepat sasaran berhasil dilakukan kedua tim.


Glory - Glory Man. United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar