\

Kamis, 21 November 2013

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini merupakan hal yang sangat penting. Apalagi faktor lingkungan yang sangat berperan dalam menentukan perilaku konsumen. Seperti yang kita ketahui bahwa aspek fisik dan sosial lingkungan dapat mempengaruhi perilaku, tanggapan kognisi dan afeksi seorang konsumen. Bisnis yang menawarkan kualitas pelayanan konsumen yang baik memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untuk berhasil dan tumbuh dibandingkan bisnis yang tidak peduli dengan pelayanan konsumen. Konsumen adalah kebutuhan yang pasti dari semua kegiatan bisnis. Maka, konsumen merupakan titik sentral perhatian pemasaran.

Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau haus, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaiman dorongan ini akan memberi kepuasan. Budaya adalah hal yang diperoleh. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku. Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.

1.2 Tujuan

Mengetahui bagaimana budaya mempengaruhi konsumsi.
Mengetahui bagaimana pertimbangan nilai-nilai inti masyarakat Indonesia dapat mempengaruhi seorang pemasar produk-produk agribisnis.
Mengetahui nilai budaya dan etnis yang digambarkan pada tiga iklan yang berbeda.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Budaya, Nilai dan Etnis

Budaya

Dalam studi tentang budaya kita perlu memperhatikan karakteristik-karakteristik dari budaya itu sendiri, yaitu budaya itu ditemukan (invented), budaya dipelajari, budaya diyakini dan disebarluaskan secara sosial, budaya-budaya itu serupa tapi tidak sama, budaya itu memuaskan kebutuhan dan diulang-ulang secara konsisten (persistent), budaya bersifat adaptif, budaya itu terorganisasi dan terintegrasi, dan budaya itu dasar aturan (prescriptive).

Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dibagi menjadi 2 yaitu, makrobudaya dan mikrobudaya. Makrobudaya mengacu pada seperangat nilai dan simbol yang berlaku kepada keseluruhan masyarakat. Makrobudaya contohnya suatu bangsa, peradaban. Sedangkan mikrobudaya mengacu pada seperangkat nilai dan simbol yang berlaku lebih terbatas. Mikrobudaya contohnya kelompok agama, etnis.

Nilai

Nilai adalah kepercayaan bersama atau norma kelompok yang telah diserap oleh individu. Misalnya nilai kesopanan. Selain itu, nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.

Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang berlaku di Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya dan orang lain, dan karenanya mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya, budaya sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau berperilaku terhadap produk atau inovasi tertentu.

Etnis

Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnis menunjukkan pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Misalnya ras contohnya etnis jawa, etnis batak.

2.2 Budaya yang mempengaruhi konsumen dan contoh kasusnya

Contoh kasus 1 : Proses pengambilan keputusan oleh konsumen terhadap pembelian mie instan merk Indomie

Indonesia sebagai negara berpenduduk besar telah menempatkan industri pangan sebagai industri yang strategis baik dalam penyerapan pasar maupun penyediaan sumber daya. Keragaman budaya dari ratusan suku bangsa yang tersebar di luasan wilayah kepulauan Indonesia merupakan warisan leluhur yang sangat bernilai tinggi. Perilaku makan merupakan bagian penting pula dari adat istiadat di banyak suku Bahkan makanan telah menjadi simbol kebudayaan dan berpotensi menjadi bagian budaya nasional. Tuntutan akan kecepatan dan kepraktisan yang hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan dan kelompok masyarakat melahirkan budaya instan termasuk pada budaya makanan instan. Salah satu jenis makanan instan yang cukup popular adalah mi instan. Keberadaan mi instan di Indonesia dirasakan cukup fenomenal.

Indomie sebagai pemimpin pasar mi instant telah melakukan banyak terobosan dalam menjaga keutuhan pangsa pasar dan bahkan meningkatkannya. Salah satu produk Indomie yang diluncurkan adalah dalam program Lintas Budaya Nusantara adalah Indomie Selera Nusantara (ISN). ISN merupakan hasil dari pengembangan produk yang mengangkat cita rasa makanan khas daerah di Indonesia. Selain itu, harga yang cukup terjangkau dan variasi rasa yang beragam yang kemudian menyebabkan konsumen untuk memutuskan membeli produk mie instan merk indomie. Serta kualitas yang selalu terjaga sehingga konsumen tetap bertahan pada mie instan merk indomie tersebut.

Contoh kasus 2 : Pengaruh Kebudayaan terhadap Pembelian dan Konsumsi

Faktor budaya merupakan suatu yang paling memiliki pengaruh paling luas pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

Ritual budaya merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di berbagai daerah. Ritual menggambarkan prosedur budaya yang harus dilakukan oleh sekelompok masyarakat agar bisa memenuhi tingkat budayanya.  Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.

Misalnya saja pada sekelompok masyarakat di daerah Bali. Bali merupakan daerah yang dikenal dengan kebudayaan dan adat istiadatnya yang masih sangat kental.  Di Bali sering kita lihat pelaksanaan upacara-upacara keaagamaan seperti ngaben, upacara potong giginya dan lain sebagainya. Pada saat acara-acara ritual budaya seperti itu, tingkat pembeliaan dan konsumsi sekelompok masyarakat menjadi meningkat. Misalnya peningkatan pembeliaan buah-buahan sebagai pelengkap untuk sesaji atau persembahan pada acara tersebut. Itulah salah satu factor pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi.

2.3 Analisis nilai-nilai inti masyarakat indonesia dan pengaruhnya terhadap pemasar produk.

1. Nilai Kekeluargaan

Contoh : Terdapat seorang penjual jeruk menjual jeruknya sebesar Rp. 15000/kg. Lalu ada seorang calon pembeli yang ingin membeli jeruk tersebut dan ternyata pembeli itu merupakan kerabat dekat dari si penjual jeruk dan akhirnya si penjual memberikan harga khusus untuk kerabatnya itu.

Dari contoh kasus ini dapat kita simpulkan bahwa nilai kekeluargaan ini dapat mempengaruhi seseorang (terutama penjual) dalam memasarkan produk nya

2. Nilai Saling Menghargai

Contoh : Pada di daerah Jawa yang mayoritas penduduknya umat Muslim, sangat jarang ditemui pasar yang secara terang-terngan menjual daging babi. Meskipun ada beberapa penjual yang menjualnya, mereka tidak akan berani berjualan secara”terbuka” karena mereka menghargai konsumen yang beragama Islam. Sementara di pulau luar jawa seperti Manado yang mayoritas penduduknya umat non-Muslim, penjual daging babi dan sebagainya dapat dengan bebas berjualan karena mereka mengetahui bahwa hampir semua konsumennya itu bukan beragama Islam.

2.4 Iklan yang berdasarkan nilai budaya

a. Iklan Biskuat

http://www.youtube.com/watch?v=47SG-tmmtFA

Pada sebuah iklan biskuat, nilai budaya Indonesia yaitu saling bekerjasama. Nilai inti pada iklan tersebut digambarkan oleh 4 anak kecil yang ingin memperlihatkan sebuah bioskop hasil dari ide kreatif mereka di desanya. Keempat anak ini saling bekerjasama untuk mengayun/menggoes sepeda mereka agar film yang ditampilkan terlihat jelas. Pada iklan tersebut, digambarkan bahwa setelah mengkonsumsi biskuat maka anak-anak tersebut semakin kuat mengayun sepedanya. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat berjiwa social tinggi, sehingga masyarakat saling tolong menolong dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Iklan Pepsi

http://www.youtube.com/watch?v=ZRaTbZPEgdU

Pada iklan pepsi ini, menjelaskan bahwa orang Jepang sangat menghargai dan menghormati siapapun yang menghormati mereka dalam situasi apapun meskipun sedang bermain dalam pertandingan sepak bola. Dalam iklan seolah menjelaskan bahwa masyarakat jepang mempunyai sikap saling menghormati yang tinggi, dimana selalu menghargai dan menghormati orang yang juga menghargai mereka.

c. Iklan Sosro

http://www.youtube.com/watch?v=lQqjxOSWdsA

Dalam iklan ditampilkan bahwa indonesia memiliki banyak ragam suku bangsa dan budaya nya masing-masing. Sosro ingin menyampaikan bahwa dengan sosro bisa menyatukan berbagai suku bangsa dan budaya yang ada di indonesia. Tidak hanya itu, sosro juga menyatukan semua lapisan masyarakat dari anak kecil, anak muda, dewasa, dan juga orang tua.



BAB III
Kesimpulan

Konsumen adalah makhluk sosial yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan mempengaruhi lingkungan sosialnya. Dimana pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, nilai dan etnis. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Kebudayaan adalah faktor penentu yang paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Oleh karena itu budaya juga ikut mempengaruhi perilaku para konsumen.

Share this:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar