\

Selasa, 14 Mei 2013

Harapan Untuk David Moyes



Di saat David Moyes bersiap mengambil alih tugas superberat di dunia sepakbola, pasti banyak fans Manchester United di seantero dunia yang bertanya-tanya apakah ia memiliki kemampuan dan pengalaman yang dibutuhkan. Berikut ini tinjauan singkat pada sejumlah similaritas antara posisi terkininya di Everton dan peran baru yang akan diembannya mulai 1 Juli, yang menunjukkan bahwa ia mampu berjaya dalam beberapa situasi yang sangat mirip, meski pada skala yang lebih kecil.

Rival

Seperti halnya di Everton, di United Moyes juga akan mengambil alih kepemimpinan klub yang telah berdiri lebih lama, lebih senior di antara dua seteru lokal. Kecerdikan yang membuatnya langsung mampu memenangi hati sisi biru Merseyside, ketika ia secara akurat mengidentifikasi Everton sebagai "the people's club in Liverpool" hanya beberapa jam setelah kedatangannya, akan meletakkannya dalam posisi bagus ketika berurusan dengan fans United maupun rival lokal mereka yang punya dana belanja besar. Seperti biaya transfer Liverpool yang mengerdilkan bujet Everton (Liverpool telah menghabiskan 22 kali lebih besar ketimbang Everton untuk transfer dalam sepuluh tahun terakhir), Manchester City juga mempunyai kemampuan untuk mengalahkan United dalam belanja pemain, meski daya pikat untuk bermain buat klub tersukses di Inggris dapat membawa United mengungguli kekuatan finansial super City, seperti yang telah ditunjukkan dalam kasus Robin van Persie. Seperti juga di Merseyside, klub dengan bujet belanja lebih rendah saat ini justru menempati peringkat lebih tinggi di liga. Meski begitu, tak seperti Everton, Moyes kini akan mengambil alih klub di mana mayoritas fansnya tinggal di luar negeri dan jarang mendapatkan kesempatan untuk menghadiri laga.

Transfer

Di United, kemampuan untuk menghasilkan profit di bursa transfer barangkali tak sepenting seperti di Everton, tapi Moyes telah menunjukkan kapasitasnya untuk mendatangkan pemain-pemain murah dan mengubah mereka menjadi talenta kelas dunia. Ambil Seamus Coleman sebagai contoh. Dibeli seharga £60 ribu dari Sligo Rovers pada 2009 (itu 300 kali lebih murah ketimbang Glen Johnson saat digaet Liverpool!), Seamus kini telah menjelma menjadi pemain internasional Irlandia, dan merupakan salah satu full-back muda paling menjanjikan di Liga Primer. Setali tiga uang, Leighton Baines telah berkembang dari rekrutan seharga £5 juta menjadi salah satu bek kiri terbaik di dunia. Moyes meraup £39 juta dalam bentuk transfer fee dari Manchester City hanya untuk dua pemain, Jack Rodwell (dikenal sebagai Jack "ke samping dan belakang" oleh para fans di Goodison karena gaya operannya yang berhati-hati) dan Joleon Lescott, setelah mengeluarkan dana hanya £5 juta, dan pantas dikatakan bahwa ia sangat bijak untuk urusan belanja pemain dalam beberapa tahun terakhir. Pembelian termahalnya, Marouane Fellaini, dibeli seharga £15 juta pada 2008, sebelum mata publik sepakbola terbuka oleh banyaknya talenta yang diproduksi di Belgia. Winger Kevin Mirallas juga berlabuh di Goodison dengan biaya hanya £5 juta tahun lalu. Fans United boleh berharap dapat melihat kedatangan talenta muda yang dipantau dengan saksama dalam beberapa bulan ke depan, yang akan diikat dengan kontrak jangka panjang dan didukung dalam perkembangan mereka.

Pers

Moyes amat dihormati oleh kalangan pers karena analisis objektif pada performa timnya dan tim lawan, dan karena penilaian jujurnya yang konsisten terkait insiden yang terjadi di lapangan. Ketika Fellaini meninju dan meng-head-butt pemain Stoke Ryan Shawcross pada Desember, Moyes mengkritik sang gelandang dan menyatakan klub akan menerima segala bentuk hukuman yang diberikan FA. Di saat bersamaan, Moyes tak menerima begitu saja dan selalu siap merespons dengan lugas pertanyaan tanpa dasar atau komen tak akurat dari pers.

Taktik

Sebagai seorang mantan bek tengah, Moyes membangun timnya dari belakang dan secara umum memiliki mindset defensif.  Sekilas tinjauan ke tabel liga sejauh ini menunjukkan betapa efektif pendekatan ini, dengan Everton menjadi tim yang paling sedikit menelan kekalahan di luar duo Manchester. Fans bisa mengharapkan timnya bermain dengan setidaknya satu gelandang bertahan dalam formasi 4-5-1.

Walau terdengar kaku, keunggulan utama taktik ini adalah para bek sayap diberikan keleluasaan untuk merangsek maju sementara para bek tengah bergerak ke tepi lapangan untuk mengkover mereka dan seorang gelandang mundur ke garis pertahanan. Di waktu bersamaan, Moyes mengembangkan kerja sama di sisi sayap dengan Baines dan Steven Pienaar membentuk pemahaman yang nyaris seperti telepati di kiri, dan Coleman serta Mirallas membangun kemitraan ciamik di kanan untuk Everton. Ini membuat tim dapat menciptakan situasi "overload" 2 lawan 1 atau 3 lawan 2 di sisi sayap.

Di depan, Moyes mendapatkan kritik dari para loyalis Goodison karena memainkan para striker di luar posisi mereka; Jelavic, Anichebe, dan bahkan Wayne Rooney semuanya pernah bermain di sayap untuk Everton. Tapi ini kemungkinan besar merupakan konsekuensi skuat yang sangat kecil dan terbatasnya opsi penyerangan; sulit melihat seorang Van Persie bakal menyisir tepi lapangan di Old Trafford. Justru yang berpeluang besar terlihat adalah  lini belakang/tengah yang solid sebagai fondasi yang dapat memberikan kebebasan buat opsi penyerangan berkelas dunia di Manchester United untuk meneror tim lawan, sembari mencegah potensi serangan balik.

Kesimpulannya, fans Manchester United bisa berharap bakal melihat seorang manajer berpengalaman dan amat termotivasi yang mampu menangani pers, pemain, dan suporter dengan baik. Dia akan membuat Manchester United sangat sulit dikalahkan dan menjaga tradisi membanggakan untuk mengembangkan pemain-pemain muda dan memasukan mereka ke dalam first team. Dia akan sangat dirindukan di People's Club, tapi kontribusinya akan selalu dikenang. Seperti yang telah dinyanyikan para loyalis Goodison selama bertahun-tahun: "He's got red hair, but we don't care, Davey, Davey Moyes!"


Glory - Glory Man United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar