Saat Barcelona tumbang secara telak dari Bayern Munich beberapa waktu yang lalu, banyak yang meneriakkan bahwa ini adalah akhir dari sebuah era. Tidak banyak yang menyangka, justru dari tanah Inggris lah ada era yang benar-benar sudah usai.
Sir Alex Ferguson dan Manchester United adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sampai dua hari yang lalu. Saat Fergie mengumumkan dirinya akan pensiun di akhir musim nanti. Dan dengan ini, era luar biasa selama 26 tahun pun berakhir.
Di luar segala kekurangan yang kerap muncul, tidak ada satupun yang bisa menyangkal kemampuan luar biasa pria berusia 71 tahun ini sebagai seorang manajer. Ia membawa United dari tim yang ‘biasa-biasa saja’ menjadi tim tersukses di tanah Inggris. Ia menemukan pemain-pemain hebat dan mengasuhnya hingga menjadi bintang. Ia mendapatkan berbagai gelar, sambil tidak lupa memberikan berbagai kontroversi yang menjadi makanan empuk media di seluruh dunia. Lengkap.
And that’s, the end of an era. Jutaan fans United meraung meratapi keputusan ini. Hashtag #ThankYouSirAlex di twitter berjalan kencang dan memenuhi timeline di seluruh dunia. Mengalahkan momen ketika Obama terpilih menjadi presiden Amerika Serikat dulu. Berbagai media menulis tribute tentang Fergie. Pujian dan ucapan selamat jalan datang dari berbagai pihak. Dan pertanyaan yang tidak bisa dihindari pun langsung muncul: Siapa yang akan menggantikan Fergie di bangku manajer Manchester United?
United tidak membiarkan dunia dan fans mereka menunggu lama. Hanya berselang satu hari, nama itupun muncul. Bukan Jose Mourinho. Bukan Jurgen Klopp. Bukan Rafael Beni.. Ups. It’s David Moyes.
6 tahun adalah durasi kontrak yang dihadiahi manajemen United untuk (mantan) manajer Everton ini. Sebuah jangka waktu yang panjang. Kabarnya, Sir Alex sendiri yang memilih Moyes sebagai penggantinya. Dan keputusan inipun diambil secara cepat tanpa ada yang bisa membantah.
Moyes tidak bisa dibilang memiliki catatan gemerlap. Menghabiskan lebih dari 10 tahun di Everton, tidak ada satu trofi pun yang berhasil ia sumbangkan. Merseyside Biru ini mentok sebagai salah satu tim pengganggu dominasi empat besar setiap tahunnya. Hanya itu saja. Pengalamannya di Eropa pun amat sangat minim. Jangankan Liga Champions, di kompetisi semacam Europa League sekalipun Everton jarang melangkah jauh.
Manchester Merah seolah ingin memulai segalanya dari nol lagi. Sebuah era yang benar-benar baru. Tanpa terganggu latar belakang hebat sang manajer baru sebelumnya –sesuatu yang mereka dapatkan jika, let’s say, mengontrak Mourinho.
Lalu, apa yang istimewa dari manajer yang bahkan tidak pernah menang di Anfield ini? Salah satunya adalah kemampuannya untuk menciptakan tim yang sangat baik dalam kondisi yang terbatas.
Banyak yang menyebut kemampuan besar Moyes selalu terhambat masalah biaya. Everton adalah tim pas-pasan. Terkadang, tim ini bahkan tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli pemain. Sebuah kualitas yang jika jatuh di tangan yang salah berpotensi besar untuk berkutat di papan bawah.
Tidak dengan Everton di bawah Moyes. Meski tetap ada masa-masa suram saat tim ini hampir terlempar ke divisi Championship, namun konsistensi untuk bersaing di papan atas kerap kali muncul. Mereka jarang –nyaris tidak pernah- membeli bintang. Instead, they created them.
Moyes punya kemampuan melihat bakat hebat dari pemain muda dan mengembangkannya menjadi luar biasa di tim utama. Salah satunya berhasil membuat Manchester United mengeluarkan dana besar sekitar 10 tahun silam. Namanya: Wayne Rooney. Setelah itu, aliran bakat di Everton seolah tidak berhenti muncul. Dengan dana yang terbatas, kemampuan Moyes ini menjadi sangat berharga.
Kemampuan ini akan sangat dihargai di United. Tim yang punya tradisi memberikan kesempatan bagi bakat-bakat muda untuk bersinar. Ditambah lagi, akan ada aliran dana untuk berbelanja. Sesuatu yang absen nyaris sepanjang masa bakti-nya di Everton.
Orang ini juga dikenal mampu ‘memaksa’ timnya tampil kolektif dalam kondisi apapun. Tipe permainan yang membuat Everton menjadi tim yang sulit untuk dikalahkan siapapun -meski tanpa bintang. Kerja sama tim, aksi pantang menyerah, dan tidak kenal takut menjadi trademark tim yang dilatihnya.
Mungkin nyaris tidak ada orang yang melabeli Moyes sebagai ‘jenius’ atau ‘special one’. Justru ia lebih dekat ke sisi manajer yang humble, jarang bermasalah, dan tidak banyak berkoar-koar. Sisi tenang ini kemungkinan menjadi keunggulan yang membuatnya dipilih.
PR Moyes akan sangat banyak. Ekspektasi yang luar biasa besar akan menyambutnya dari detik pertama ia melangkah ke Old Trafford. Apapun yang ia lakukan akan menjadi sasaran empuk media dan fans. Tekanan akan menjadi makanan sehari-hari. Dan kemampuannya untuk menerima ini semua akan menjadi ujian terbesar.
Manchester United bukanlah Everton yang bisa baik-baik saja jika mengakhiri musim tanpa gelar apapun. Beban untuk memulai segalanya dengan sangat baik di musim perdana sudah menanti. Entah bagaimana reaksi para fans dan manajemen United jika musim depan berjalan (dan berakhir) dengan berantakan.
Belum lagi masalah dengan para pemain. Sambutan macam apa yang akan diberikan bintang-bintang United masih menjadi misteri. Hubungan buruknya dengan Rooney-pasca-Everton menjadi salah satu highlight besar yang harus diperbaiki (jika ingin Roo bertahan). Tidak ada satupun pemain United yang pernah melihat manajer baru di sepanjang karir mereka di Old Trafford. Bahkan Ryan Giggs sekalipun hanya punya satu manajer: Fergie. Perubahan sebesar ini tidak akan mudah diterima.
Saat ini, kita sebagai penikmat sepakbola sedang menyaksikan sebuah sejarah baru. Bergantinya satu era ke era yang lain. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi ke depannya. Ada yang mencap ini sebagai sebuah perjudian besar. Ada yang percaya ini adalah sebuah keputusan brilian untuk memulai sesuatu yang benar-benar baru.
Yang pasti, sekitar 26 tahun silam Manchester United memutuskan untuk memberikan kesempatan pada satu orang Skotlandia untuk memulai era baru di klub mereka. Dan kita semua sudah menyaksikan hasilnya.
Apakah sejarah akan terulang kembali?
Glory - Gory Man United
Tidak ada komentar:
Posting Komentar