Tidak lama lagi tim yang pertama kali memberi Indonesia gelar juara AFF sepanjang sejarah, timnas U-19 asuhan Indra Sjafri, akan melakoni tantangan berikutnya: kualifikasi Piala Asia U-19.
Euforia sebagai juara AFF U-19 sudah harus dilupakan. Kerja belum selesai, belum apa-apa. Ada tangga lain yang lebih tinggi dan harus didaki yaitu kejuaraan di level Asia.
Ada harapan yang sangat besar pada tim ini. Semula disepelekan, tim yang dikapteni pemain klub Persebaya 1927, Evan Dimas, bukan hanya berhasil membuktikan diri sebagai kampiun di Asia Tenggara, tapi bahkan seperti menjadi asa baru. Asa itu bukan hanya untuk masyarakat pecinta sepakbola Indonesia, tapi juga untuk PSSI.
Di tengah gelombang pemberitaan yang tidak sedap terkait kisruh panjang PSSI, yang efeknya masih berlangsung sampai sekarang, Evan Dimas, dkk., seperti jadi juru selamat PSSI. Trofi yang mereka gondol di Sidoarjo kemarin itu, membuat muka para pejabat PSSI bisa sedikit mendongak.
Tak tanggung-tanggung, bahkan kualifikasi AFC Cup U-19 ini sampai harus dipindahkan tempat pertandingannya ke Jakarta. Bukan hanya dipindahkan tempatnya, tapi harga tiketnya pun menyamai tiket pertandingan timnas senior dan bahkan hampir sama mahalnya dengan tiket pertandingan klub-klub Eropa.
Siapa Timnas Indonesia U-19?
Orang-orang pun bertanya-tanya bagaimana latar belakang perjalanan timnas Indonesia U-19 hingga sukses meraih prestasi fenomenal tersebut. Lalu, siapakah "sebenarnya" timnas Indonesia U-19?
Timnas Indonesia U-19 merupakan timnas Indonesia junior yang saat ini diarsiteki Indra Sjafri. Pelatih kelahiran Padang, 2 Februari 1963, itu sendiri merupakan pelatih yang senang merangkak dari bawah dan tidak mau ujug-ujug menangani timnas senior. Di luar karier kepelatihannya, ia bisa disebut sebagai salah seorang one-club man di Indonesia karena selalu bermain untuk PSP Padang.
Dalam perjalanannya, April 2013, Indra Sjafri sempat dicopot dari jabatannya sebagai pelatih timnas Indonesia U-19. Maklumlah, saat itu masih masa-masanya pemulihan gonjang-ganjing PSSI. PSSI "terpaksa" menurunkan pangkat Luis Manuel Blanco dari timnas Indonesia (senior) ke timnas Indonesia U-19 karena BTN (Badan Tim Nasional) PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti sudah mengangkat Jacksen Fereira Tiago sebagai pelatih timnas Indonesia (senior).
Namun, tidak lama kemudian, akhirnya Indra didaulat kembali untuk menangani timnas Indonesia U-19 karena Blanco menolak dan pulang ke Argentina. Kala itu ia berdalih bahwa dirinya dikontrak selama dua tahun oleh BTN PSSI yang saat itu dipimpin Isran Noor untuk menangani timnas Indonesia (senior)
Aliran prestasi timnas Indonesia U-19 yang bergulir bak bola salju berawal dari timnas Indonesia U-17 ketika menjuarai HKFA International Youth Football Invitation Tournament di Hong Kong pada 2012. Saat itu, tim "Garuda Muda" yang juga diarsiteki Indra berhasil menjadi pemuncak klasemen akhir dalam turnamen yang digelar pada Januari 2012, setelah mencetak tiga kali kemenangan, yaitu 4-1 atas Makau, 1-0 atas Hong Kong, dan 3-1 atas Singapura. Pada masa itu, Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan dianggap membuat kejutan di tengah minimnya persiapan pembentukan tim. Tentu prestasi ini dijadikan propaganda PSSI-nya Djohar Arifin Husin yang tengah diterpa dualisme.
Setahun kemudian, tim ini berubah wujud dari U-17 ke U-18 dengan Indra tetap sebagai arsitek. Ada juga yang menyebutnya sebagai U-19. Di tangannya, timnas Indonesia U-18 berhasil mempertahankan gelarnya dalam HKFA International Youth Football Invitation Turnamen, yang kali itu berlangsung pada Februari 2013.
Setelah ditahan 2-2 oleh Singapura dan menang 2-0atas Hong Kong, Gavin Kwan Adsit cs pun berhasil menjadi pemuncak klasemen akhir usai bermain kaca mata dengan Malaysia. Meskipun memiliki nilai yang sama (5 poin), Indonesia berhasil mengatasi Malaysia dengan selisih gol memasukkan-kemasukan 4-2 berbanding 3-1. Bukan hanya gelar juara, Gavin dan Mariando didaulat sebagai pemain terbaik.
Keberhasilan itu pun masih dianggap sebagai kejutan, dalam arti mengingat waktu persiapan yang minim. Maklumlah, masa persiapan tim ini hanya sepekan menjelang keberangkatan ke Hong Kong. Lebih dari itu, tentu saja gaya blusukan ala Indra.
Blusukan Mencari Pemain
Waktu persiapan yang minim seolah menjadi "ciri khas" bagi pembentukan timnas Indonesia di level mana pun. Namun, masa-masa persiapan yang lebih baik pun muncul menjelang Piala AFF U-19 pada 2013 di Jawa Timur (baca: Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo). Terlepas dari itu, karena jangka waktu persiapan yang sudah lebih baik, PSSI langsung memberi target kepada anak-anak muda ini untuk meraih juara Piala AFF U-19, mengingat Indonesia sebagai tuan rumah dan semua tim ASEAN di level junior memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda.
Indra Sjafri pun blusukan untuk mencari pemain. Semula, 68 pemain sudah dihimpun untuk mengikuti pelatnas (pemusatan pelatihan nasional) di Jakarta pada Mei lalu dan direncanakan akan diciutkan menjadi 35 pemain untuk pelatnas di Timika di bulan Juni. Namun, secara mendadak, BTN PSSI menunda pelatnas karena sudah menugaskan Indra untuk memantau Indonesian Super League (ISL) U-21 tahun 2013.
Di bulan Juni, "menikmati" sambil berburu pemain di ISL U-21, Indra berhasil mendapatkan 105 pemain yang layak mengikuti Piala AFF U-19 dan babak kualifikasi Piala AFC U-19. Dari 105 pemain itu, sesuai kesepakatan dengan BTN PSSI, hanya 80 pemain yang akan mengikuti seleksi, termasuk para pemain seleksi "lulusan" turnamen HKFA.
Dalam perkembangannya, ke-80 pemain tadi diseleksi dalam dua gelombang pelatnas di Yogyakarta pada 23-26 Juni, dan 27-30 Juni. Hasilnya, pada 1 Juli BTN PSSI mengumumka 35 pemain yang akan mengikuti masa persiapan.
Masa persiapan umum diadakan pada 1-13 Juli 2013 dan masa persiapan khusus (teknik-taktik) pada 14 Juli hingga 4 Agustus. Selanjutnya adalah masa prakompetisi pada 5 Agustus sampai 8 September.
Dalam rencananya, saat itu, setelah masa persiapan akhir, timnas junior asuhan Indra hendak mencari 25 pemain yang menjadi skuad di Piala AFF U-19, termasuk 13 kali pertandingan uji coba, baik internal maupun eksternal. Dari 9 kali uji coba eksternal, mereka mencatat tujuh kemenangan dan dua kali imbang ketika ditahan Sleman United 1-1 (20/7) dan Uni Emirat Arab U-17 0-0 (22/8). Selebihnya, timnas mencatat kemenangan atas PPLP Jawa Tengah (Diklat Salatiga) 3-1 (18/7), Popnas DIY 5-0 (25/7), Protaba Bantul 3-0 (27/7), Putra Berlian 3-0 (3/8), PON Jawa Timur 1-0 (17/8), Persegres U-21 4-0 (26/8), dan Jember United 7-0 (30/8).
Sebagai catatan, sebetulnya timnas Indonesia U-19 ditargetkan untuk melakoni dua pertandingan internasional. Lalu, muncullah Iran U-19 dan Korea Selatan U-19 sebagai lawan tanding. Namun, hanya timnas UEA U-17 yang menjadi lawannya di Kuala Lumpur, Malaysia. Itu pun pada awalnya akan berhadapan dengan timnas Arab Saudi U-19, tetapi batal. Selain itu, karena timnas Indonesia U-19 baru saja meladeni timnas UEA U-17 pada 22 Agustus di Malaysia, tentu saja rencana pertandingan melawan timnas Timor Leste U-19 pada 23 atau 24 Agustus di Dili dibatalkan. Suatu alasan yang logis mengingat masa recovery selama 1-2 hari dari Malaysia ke Timor Leste.
Meskipun PSSI memberi kesempatan kepada timnas Timor Leste U-19 untuk menggelar uji coba pada 31 Agustus atau 1 September, federasi sepakbola Timor Leste (FFTL) belum menanggapinya. Apalagi timnas Indonesia U-19 memiliki jadwal yang padat dan belum pasti ketika mengadakan pelatnas di Jatim. Lebih dari itu, pada hari tersebut, stadion di Dili sedang diselenggarakan acara nasional Timor Leste.
Disodori Pilihan Menggunakan Pemain SAD
Setelah pertandingan uji coba melawan Popnas DIY (25/7), ketika pelatnas di Yogyakarta, sudah ada lima pemain yang dicoret, termasuk Gavin Kwan Adsit yang "mengundurkan diri" karena lebih memilih untuk mengikuti seleksi di salah satu klub Rumania.
Pada 31 Juli Indra pun mencoret dua pemain depan, yaitu Reza Pahlevi dan Rofanda Faria. Reza dipulangkan karena dinilai kalah bersaing, sedangkan Rofanda mengalami cedera engkel yang diprediksi untuk masa pemulihan selama 2-3 bulan. Lalu, setelah menjalani pertandingan uji coba melawan Putra Berlian (3/8), giliran Fiwi Dwipan yang dicoret.
Pencoretan yang dilakukan secara bertahap itu tidak lantas Indra mendapatkan skuat terbaik. Karenanya, muncullah wacana untuk memanggil pemain dari proyek Uruguay, SAD (Sociedad Anonima Deportiva).
Ini menjadi pilihan yang "sulit". Di satu sisi, Indra mengakui minimnya hasil kompetisi junior di Indonesia, di sisi lain ia ingin menghindari "dampak politik" dari pemanggilannya pada beberapa pemain SAD. Namun, dengan ketegasannya, dari belasan pemain SAD, M. Junda dan Bagas menjadi dua pemain pertama SAD yang dicoret.
Kelak, hanya empat pemain SAD yang masuk skuat (berjumlah 20 pemain) di Piala AFF U-19, yaitu Hansamu Yama Pranata, Mahdi Fahri Albaar, Maldini Pali, dan Angga F. Putra. Dari 4 pemain itu, Hansamu yang punya tempat tak tergantikan di tim utama. Maldini juga masuk tim utama, tapi tidak selalu dia menjadi starter karena pertimbangan taktikal Indra.
Pada 27 Agustus Indra menyerahkan 20 dari 32 nama pemain kepada BTN PSSI, yang kemudian mengumumkan 20 pemain untuk Piala AFF U-19. Tentu saja, 12 pemain "sisa" lainnya masih disimpan untuk mengantisipasi pemain yang cedera. Lagi pula, mereka masih dipakai untuk babak kualifikasi Piala AFC U-19 tahun 2014 yang babak kualifikasinya untuk Indonesia digelar pada 2-8 Oktober 2013.
Penyelenggaraan Piala AFF U-19 pun makin mendekat. Kegagalan timnas Indonesia U-16 dalam Piala AFF U-16 tahun 2013 di Myanmar menjadi pelecut semangat. Saat itu, timnas Indonesia U-16 asuhan pelatih Sutan Harhara gagal membuat sejarah setelah di final dikalahkan Malaysia U-16 2-3 melalui adu penalti (2/9).
Bagi Indonesia, perjalanan di Piala AFF U-19 tahun 2013 tidak mudah. Setelah mengalahkan Brunei Darussalam 5-0 (10/9) dan Myanmar 2-1 (12/9), Indonesia memimpin klasemen Grup B untuk sementara untuk kemudian akan berhadapan dengan Vietnam yang dianggap sebagai lawan sesungguhnya. Sayang, Indonesia menyerah 1-2 dari Vietnam (14/9) dan sekaligus menyerahkan pimpinan klasemen kepada Vietnam.
Akhirnya, setelah mengandaskan Timor Leste 2-0 di semifinal (20/9), Indonesia pun berhasil mengempaskan Vietnam 7-6 melalui adu penalti (22/9). Drama tos-tos-an benar-benar menjadi "prasasti" timnas Indonesia U-19 dalam Piala AFF U-19 tahun 2013. Indonesia pun kembali mencatatkan sejarah terbaiknya dalam dunia sepakbola.
Kini, euforia itu akan menempa mental juara persepakbolaan nasional ketika timnas Indonesia U-19 berjuang di babak kualifikasi Piala AFC U-19 pada 8-12 Oktober mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar