\

Selasa, 09 Juli 2013

Persipura Tetap Yang Terbaik Di LSI


Persipura Jayapura akhirnya harus menelan kekalahan perdana di musim ini. Setelah mengarungi 25 pertandingan tanpa terkalahkan. Persipura dikandaskan Barito Putra 1-0 di stadion Demang Lehman Martapura, Selasa (25/6) lalu. Otavio Dutra, bek Persipura, mencetak gol bunuh diri di menit 88 untuk memberi kemenangan pada klub kebanggaan warga Banjarmasin itu.

Lantas, apakah ini sinyal bahwa Persipura sudah mulai kelelahan dan bisa dijegal dalam persaingan memperebutkan gelar juara Liga Super Indonesia musim 2010/2013? Rasanya tidak. 

Kekalahan ini justru akan mempertebal motivasi pemain Persipura untuk bisa memperbaiki penampilannya. Kini, mereka akan sadar bahwa apa yang sudah mereka capai belum sempurna dan terlalu dini untuk mengklaim sudah juara karena liga belum usai dan masih menyisakan delapan pertandingan lagi.

Absennya Gerald Pangkali dan Lim Jun Sik dituding sebagai biang kekalahan Persipura. Immanuel Wanggai dan Zah Rahan kesulitan mengalirkan bola tanpa kehadiran Lim Jun Sik yang merupakan gelandang bertahan terbaik di LSI sejauh ini. Lim tercatat sebagai gelandang dengan tekel sukses per pertandingan terbanyak kedua (3,75 tekel per pertandingan) dan umpan sukses per pertandingan terbanyak di LSI dengan 56,43 umpan per pertandingan.

Ketidakhadiran Lim jelas membuat aliran bola tidak lancar dan juga tidak ada pemain yang handal menyaring serangan lawan sebelum memasuki jantung pertahanan.

Lini tengah akan jadi pekerjaan rumah utama untuk Jacksen F. Thiago. Kalau Gerald Pangkali dan Lim Jun Sik bisa bermain tidak jadi soal, tapi ketika mereka harus absen jelas Jacksen perlu memutar otak. Jacksen bisa mulai mencoba memberi latihan tambahan dan kesempatan bermain lebih untuk Alom, pemain muda Persipura, guna menjadi pelapis pemain utama sekaligus bisa mengurangi beban Immanuel Wanggai sebagai punggawa lini tengah Persipura. Soal membina pemain muda, Jacksen adalah salah satu yang terbaik di Indonesia.

Aktor Berpengaruh di Persipura  


Tidak bisa dipungkiri bahwa Jacksen merupakan aktor paling berpengaruh yang bisa membuat Persipura menjadi tim paling superior di LSI. Tidak hanya musim ini, tapi sejak LSI bergulir Persipura selalu berada dalam barisan depan untuk mengejar gelar LSI.

Jacksen mulai melatih Persipura sejak lima tahun lalu. Dia sudah hapal betul dengan karakter timnya serta pemainnya. Ini membantunya untuk membangun kedekatan dengan pemain. Persipura yang dihuni sebagian besar bakat Papua yang biasa dikenal “sulit diatur” bisa menjadi “anak baik” di bawah asuhannya. Pelatih asal Brasil ini tidak hanya bisa jadi sosok pelatih yang berwibawa tapi sekaligus sebagai ayah dan motivator ulung bagi timnya.

Pelatih yang pernah membela Persebaya Surabaya dan Petrokimia Gresik ini juga handal dalam meracik strategi. Jacksen lah yang mengubah secara perlahan gaya main Persipura yang akrab dengan pola 3-5-2 dan 4-4-2 ketika diasuh oleh Rahmad Darmawan menjadi skema lebih ofensif dalam pola 4-3-3 atau 3-4-3. Persipura bisa mendikte jalannya permainan dan bisa mencetak banyak gol. Di musim ini, selain memimpin klasemen, Persipura menjadi klub tersubur dengan 72 gol.

Jacksen tentu tidak bekerja sendirian, dia ditunjang oleh materi pemain mumpuni. Skuat Persipura rata-rata dihuni pemain dengan teknik di atas rata-rata pemain Indonesia. Tidak ada pemain jelek di tim inti Persipura. Mereka juga punya pemain cadangan yang punya kualitas setara. Di lini depan misalnya, mereka punya Boaz Solossa, Patrich Wanggai, Ferinando Pahabol, hingga Lukas Mandowen. Empat pemain depan yang punya standar kelayakan untuk memperkuat timnas. Pemain di tim ini mayoritas sudah bersama lebih dari satu musim sehingga kekompakan pun sudah terjalin.

Boaz Solossa yang kini sudah berusia 27 tahun semakin tajam dan dewasa. Bochi, sapaan akrab Boaz, kini menjadi pemain paling subur di klub maupun di LSI dengan 23 gol. Boaz seakan terlahir kembali setelah musim lalu absen panjang lantaran mengalami cedera parah di lutut kakinya.

Nama Boaz yang melejit pertama kali ketika dipanggil masuk timnas untuk Piala AFF 2004 oleh Peter White ini dua kali mengalami cedera parah. Dan hebatnya, kedua momen itu tak menghancurkan karir Boaz. Setelah sembuh, Bochi langsung memberi penampilan brilian.

Dialah pemain paling penting di skuat Persipura. Tidak hanya dalam mencetak gol, peran Boaz nyata dalam memimpin rekan-rekannya. Boaz mampu menjadi pemimpin dan motivator bagi rekan setimnya dengan ban kapten melingkar di lengan kirinya. Sejak ditinggal Eduard Ivakdalam tiga tahun lalu, Boaz memang pemain yang paling bisa menggantikan sosok pemimpin di Persipura. Wajar jika kemudian Boaz pun jadi kapten di timnas setelah Bambang Pamungkas mengundurkan diri.

Pemain Asing dengan Kualitas Terbaik


Mayoritas skuat Persipura merupakan anak-anak Papua. Mereka ini lantas dikombinasikan dengan pemain asing yang punya kualitas bagus. Ada lima pemain asing. Zah Rahan dan Lim Jun Sik di sektor tengah. Duet Octavio Dutra dan Bio Paulin di jantung pertahanan, serta kiper asal Korea Selatan, Yoo Jae-hoon. Mereka ini pemain asing dengan kualitas tidak diragukan lagi.

Zah Rahan merupakan anggota skuat timnas Liberia. Zah pun dipanggil untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014. Tidak banyak pemain asing yang berlaga di Indonesia yang bisa menembus skuat timnas negaranya. Zah datang pertama kali di musim 2010/2011 dari Sriwijaya FC. Kontraknya mencapai angka Rp 1,2 miliar setiap musimnya. Zah memang didatangkan untuk mengisi bagian penting tim sebagai playmaker menggantikan peran Eduard Ivakdalam. Harga mahal memang layak untuknya yang mampu memberi umpan akurat sekaligus mengatur tempo permainan. Beberapa kali Zah juga jadi pemain yang bisa memecah kebuntuan Persipura. Kombinasinya dengan Lim Jun Sik jadi salah satu duet gelandang terbaik di Indonesia saat ini.

Trio pemain asing di lini belakang, Dutra, Bio Paulin, dan Yoo Jae-hoo, sudah tak perlu diragukan lagi perannya. Hanya kebobolan 17 gol dari 29 pertandingan membuat tim ini menjadi yang paling sedikit dibobol lawan. Hanya Arema yang bisa menyaingi dengan kebobolan 25 gol. Klub lain sudah kebobolan lebih dari 30 gol di musim ini.

Konsistensi permainan dan kerja keras dari seluruh elemen tim di musim ini jelas akan membawa Persipura menjadi juara LSI untuk keempat kalinya. Di sisi lain, klub pesaingnya juga mulai kedodoran. Arema yang berada di peringkat kedua baru mengoleksi 56 poin, 14 poin tertinggal (Persipura 70 poin). Persib dan Sriwijaya FC masing-masing 54 poin dan 52 poin.

Di dua pertandingan terakhir, Persipura menunjukkan superioritasnya dengan selalu menang dengan skor besar, mengalahkan Persidafon 8-1 dan menundukkan Persiram 3-0. Mungkin, hanya keajaiban yang bisa menggagalkan Persipura meraih gelar ketiganya di LSI (juara musim 2008/2009 dan 2010/2011, di tahun 2005 Persipura juara tetapi saat itu belum bernama LSI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar