\

Senin, 01 Juli 2013

Mimpi Sang Manager


David Moyes melangkah dengan kepala tegak ke ruang bosnya. Itu adalah hari pertama dia menghadap para petinggi klub setelah ditunjuk menjadi manajer baru Manchester United.

Dia kemudian mengetuk pintu dan dipersilakan masuk. Moyes menyangka pertemuan itu tidak akan lama. Toh yang dibicarakan hanya sebatas seberapa besar dia akan mendapatkan dana transfer musim ini.

"Dengar, David. Kami tahu kamu bisa memanfaatkan dana transfer dengan sangat baik. Tapi kami tidak mau setengah-setengah."

"Saya tahu. Sudah ada rencana di kepala saya.. Ini tidak akan mengecewakan," sahut Moyes. Dia bisa mendengar kegugupan dari nada bicaranya.

"Well, kami senang mendengarnya. Sekarang dengarkan, kami berikan 50 juta poundsterling untuk dana transfer. Jumlahnya bisa lebih besar, tergantung pemasukan dari penjualan pemain."

"Wow, itu fantastis. Tapi, maaf, bukankah jumlahnya terlalu besar untuk waktu enam tahun?" jawab Moyes lagi, kali ini dia agak sedikit tercekat.

"Enam tahun? David, ini untuk musim ini."

Jawaban dari sang bos membuat David Moyes pingsan di tempat.

***

Cerita di atas --tentu saja-- hanya karangan. Sebuah lelucon yang dikarang-karang oleh pendukung Manchester United begitu Moyes ditunjuk menjadi suksesor Sir Alex Ferguson dan menandatangani kontrak selama enam tahun. Saya tak sengaja menemukan cerita itu ketika sedang iseng jalan-jalan di media sosial, dan tentu saja tertawa sekaligus merasa lelucon itu tepat sasaran.

Jumlah 50 juta poundsterling adalah jumlah yang dikabarkan oleh media-media Inggris menyoal berapa dana transfer yang akan didapat Moyes. Jumlah itu luar biasa, bahkan untuk Moyes sekalipun. Selama 11 tahun kariernya menangani Everton, belum pernah dia mendapatkan dana sebanyak itu. Sebesar-besarnya Moyes mengeluarkan uang untuk belanja pemain jumlahnya tidak pernah lebih dari kisaran 20 juta poundsterling.

Everton memang tidak pernah punya dana yang teramat besar. Bahkan soal dana transfer pun pernah jadi isu yang diperbincangkan jelang habisnya kontrak Moyes musim panas ini. Pria asal Skotlandia itu disebut-sebut Telegraph pikir-pikir dulu untuk memperpanjang kontraknya, tergantung berapa banyak nilai transfer yang akan dia terima nantinya. Bukan apa-apa, setelah sekian lama berstatus "tim relatif bagus, tapi tak pernah mendapatkan hasil", Moyes ingin mencapai hasil yang signifikan. Dia ingin memperkuat skuatnya dan setidaknya lolos ke Eropa musim depan.

"Saya sudah membicarakan soal dana transfer ini bersama chairman selama tiga atau empat bulan terakhir. Semuanya sedang berjalan sekarang," ucap Moyes ketika itu. Ketika dia sedang mempersiapkan segalanya, termasuk menyoal persiapan pramusim The Toffees, dia tidak tahu bahwa jarum takdir tengah menunjuknya ke arah lain. Semua kemudian tahu cerita lanjutannya dan Moyes tidak jadi melaksanakan segala rencananya itu bersama Everton.

Kini Moyes harus mengubah semuanya dan menaruh apa yang sudah direncanakan di benaknya kepada United. Bergerak di bursa transfer adalah salah satunya. Ada pendapat yang menyebut bahwa penilaian pertama untuk Moyes adalah tergantung dari siapa yang akan didatangkannya. Mendapatkan satu saja pemain bintang, maka nilainya di mata para pendukung bakal naik.

Dengan dana yang dikabarkan bakal didapatnya, Moyes setidaknya bisa memenuhi keinginannya dengan membeli pemain yang dia inginkan. Jika di Everton dia harus harap-harap cemas menunggu kepastian soal budget, maka di United dana itu langsung diguyur ke depan mukanya. Bagi pria berusia 50 tahun itu, ini seperti mimpi basah yang jadi kenyataan.

***

Dana transfer memang bukan satu-satunya faktor untuk membangun sebuah tim yang hebat, atau setidaknya faktor tersebut sungguh bisa diperdebatkan. Tapi, dengan melihat pada kenyataan, tidak bisa dibantah bahwa itu kadang jadi cara tersingkat untuk membangun kejayaan. Mimpi apa Manchester City dengan cepat bisa mendapatkan trofi Premier League. Mimpi apa AS Monaco bisa mendapatkan Falcao yang katanya diperebutkan klub-klub besar itu.

Di sisi lain, dana transfer juga menjadi pemercik rumor-rumor yang bermunculan selama jeda musim. Biasanya begitu musim habis, maka media-media pun jadi tak ubahnya ajang infotainment yang menggosipkan bahwa si fulan sedang digosipkan dekat dengan si anu. Pemain yang sebelumnya tidak dikenal jadi mencuat ke permukaan. Harga mereka melambung tidak masuk akal. Para agen pun bermain dengan umbar komentar di koran-koran atau situs berita.

Namun, di balik segala rumor, selalu menarik untuk menyaksikan bursa transfer, terutama oleh tim-tim yang ditukangi manajer baru. Menilik siapa saja pemain yang mereka incar, mengasyikkan membayangkan kira-kira seperti apa tim yang akan mereka bangun nantinya. Singkat cerita, sedikit banyak bursa transfer bisa menjadi petunjuk kecil bagaimana manajer itu mengaplikasikan ide mereka pada formasi dan taktik.

Bursa transfer jugalah yang bisa membuat seorang manajer mewujudkan mimpi terliarnya. Beberapa pekan silam, La Gazzetta dello Sport pernah melansir sebuah tim yang kira-kira akan dibangun oleh Rafael Benitez di Napoli. Tim itu berisikan Thomas Vermaelen, Lucas Leiva, hingga Edin Dzeko. Benitez adalah manajer yang doyan belanja --bahkan sempat didepak oleh Massimo Morratti karena ribut soal belanja pemain-- dan tim itu tak ubahnya sebuah mimpi basah yang ingin dia wujudkan.

Kewenangan manajer untuk membangun tim itu jugalah yang membuat Real Madrid menunda masuk bursa transfer. Mereka tidak mau membeli atau menjual sebelum ada manajer yang mengisi pos yang ditinggal Jose Mourinho. Maka, begitu Carlo Ancelotti resmi diperkenalkan, mereka mulai bergerak. Isco pun berhasil digaet.

Ancelotti ditinggalkan sebuah tim yang (katanya) sedang tidak harmonis. Maka, pekerjaan rumahnya tidak sekadar memperkuat tim itu, tetapi juga memperbaiki dan memugar kondisi di dalamnya. Sebagai seorang pelatih, Ancelotti disebut punya karakter yang easy going, berbeda dengan Mourinho yang tampak begitu ketus. Ini membuatnya dinilai bisa dengan mudah mencairkan suasana di ruang ganti.

Bagaimana Ancelotti bakal membangun formasi juga menarik, kini dengan adanya Isco di dalam tim. Beberapa pemain, seperti Jose Callejon dan Angel Di Maria, dikabarkan bakal terdepak. Sementara Gonzalo Higuain sudah lama disebutkan bakal dijual.

Dalam disertasi yang pernah dibuatnya, Il Futuro del Calcio: Piu Dinamicita (The Future of Football: More Dynamic), dan juga dalam pengaplikasian di lapangan seperti yang pernah kita lihat, Ancelotti cenderung menggunakan formasi 4-3-2-1. Tapi, di Madrid siapa yang tahu. Mungkin saja Kaka kini sedang tersenyum sembari berharap sesuatu yang magis dari atas terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar