\

Rabu, 22 Februari 2012

Seorang Teman Berkata : Daripada Gue Terus yang Dimainin Mending Gue Duluan

Social Phobia : Fobia Sosial; takut penolakan sosial dan penghinaan publik


Telah lama kita mengenal apa yang dimaksud dengan fobia serta mengetahui banyak sekali contohnya. Namun disini saya coba mempelajari salah satu jenis ketakutan  yang menurut saya sedikit aneh dan sukar dijelaskan, namun ternyata tidak sedikit yang menderitanya (mungkin). Secara umum fobia ini bisa diartikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan pada keadaan tertentu yang memalukan dan berpotensi menghina bagi si individu. Situasi yang mengakibatkan fobia ini beraneka ragam dan banyak situasi sosial yang memungkinkannya, diantaranya menghadiri pesta besar, bertemu atasan, orang penting, ataupun bisa juga hanya terfokus pada satu situasi tertentu misalnya berbicara di depan khalayak ramai. Namun belakangan juga muncul beberapa model psikologi dari fobia sosial ini. Ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa :
“ individu yang memiliki kecemasan sosial, memproses informasi dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kecemasan sosial “.

Mereka menganggap penting pada pembuatan kesan yang berbeda – beda terhadap orang lain, dan mereka menggunakan  sikap yang berbeda dengan sengaja demi melindungi diri mereka dalam situasi yang menakutkan. Sayangnya sikap tersebut bukanlah membantu menghilangkan fobia mereka, tapi justru memperburuk dan mempertahankan kecemasan berlebih yang mereka miliki. Sikap – sikap tersebut termasuk perhatian yang berlebihan terhadap diri sendiri, menunjukkan dirinya dengan menggunakan perspektif sendiri, dan berlebihan dalam perilaku pengamanan. Perilaku yang sesungguhnya menciptakan berbagai masalah baru seperti pembatasan interaksi sosial, memperburuk penyebab kecemasan, dan prasangka buruk atau berfikiran negatif kepada orang lain. Seorang "Social Phobia" pada umumnya cepat berpersepsi pada hal yang dirasakannya, tidak peduli apakah itu benar atau salah secara objektif. Orang – orang  ini hanya berfokus pada ancaman sosial dan sering salah mempersepsikannya. Persepsi tersebut akhirnya muncul untuk membesar – besarkan masalah dan menambah level kecemasan. Sebuah teori mengatakan :
“ kecemasan sosial akan tetap ada jika seseorang termotivasi untuk membuat kesan khusus  terhadap orang lain, tetapi ragu akan kemampuan mereka untuk melakukannya “.


Sebenarnya bagi sebagian orang mungkin fobia / kekhawatiran seperti ini bisa sangat mudah untuk dihindari ataupun disembuhkan. Namun bagi sebagian orang yang mengalaminya, mungkin saja sangatlah sulit, dikarenakan mereka sendiri tidak menyadari akan adanya fobia ini pada diri mereka. Hal yang dianggap wajar bisa dikatakan bila seseorang sangatlah takut atau malu menceritakan hal sesungguhnya tentang hidupnya. Mungkin dalam berbagai hal, misalnya seseorang tidak ingin diketahui keadaan ekonomi keluarganya yang kurang mampu. Dengan berbagai cara individu ini akan mencari jalan penyelesaiannya, misalnya ia akan selalu membeli barang mewah untuk digunakan agar tampak sejajar dengan lingkungan disekitar atau dalam rangka berusaha memasuki kelompok tertentu. Walau sebenarnya tidaklah diperlukan, tapi bagi yang bersangkutan hal tersebut sangatlah penting dan menjadi kewajiban pada akhirnya. Tentu saja bila tidak berhasil melakukannya, akan timbul ketakutan yang luar biasa. Bisa saja dirinya akan takut dikucilkan bahkan khawatir terpinggirkan oleh lingkungan sekitar.
Pada contoh lain, "Social Phobia" ini erat hubungannya dengan pengalaman masa lalu seseorang. Hal yang menyebabkan seseorang trauma akan suatu hal yang berkaitan dengan orang disekitar. Saat seorang remaja wanita yang pernah memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan dengan teman dekatnya. Tanpa disadari, bisa saja individu ini memperlakukan siapapun yang kelak coba mendekat dengan sangat tidak baik. Hal ini bisa disebabkan karena ketakutan akan terulangnya cerita masa lalu yang kurang menyenangkan pada dirinya. Orang ini bisa saja memperlakukan orang lain yang sudah bersikap baik sekalipun, dengan hal - hal yang tidak bisa diterima akal sehat. Sangat tidak adil tentunya apabila kebaikan seseorang dibalas dengan sikap yang tidak menyenangkan apalagi sampai menyakiti seseorang. Kemungkinan orang ini berpedoman bahwa daripada dia yang disakiti orang lain, lebih baik orang lain yang sakit karenanya. Tentu saja hal – hal seperti diatas sangat berdampak buruk bagi si penderita, dan juga bagi orang yang berinteraksi dengannya. Bisa sangat berakibat fatal karena justru menimbulkan penilaian negatif dari orang yang dekat bahkan lingkungan sekitar. Kedepannya justru ketakutan berlebihan ini menimbulkan masalah yang makin memperburuk situasi hubungan sosial yang bersangkutan.

Banyak cara dan metode yang bisa digunakan untuk membantu menghilangkan, setidaknya mengurangi secara perlahan fobia ini. Dari ilmu psikologi secara mendalam ataupun juga dari hal – hal kecil seperti dukungan dan nasehat dari seorang teman. Sangat tidak mudah pastinya, karena dibutuhkan juga kemauan dan kesadaran dari dalam diri orang yang memiliki fobia ini. Hal ini dikarenakan sangat bergandengan erat dengan rasa khawatir seseorang. Bisa dikatakan sangat manusiawi bila seseorang mencoba mempertahankan dirinya agar tidak dilecehkan dan mendapat penolakan dari lingkungan sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar