Gunung kemukus sangat terkenal
sekali dengan wisata ziarah dan seks. Suatu daerah yang berada di wilayah
Sragen ini sangat terkenal dikalangan masyarakar kita. Orang yang datang ke
Gunung Kemukus umumnya hendak berziarah kemakam Pangeran Samodro untuk mengikuti
ritual ngalab berkah. Boleh dikatakan daya pikat "utama" ritual di
Gunung Kemukus ialah kegiatan ritual yang sering dikaitkan dengan adanya
hubungan "seks bebas" yang dilakukan sebagian pengunjung disekitar
makam Pangeran Samodro. Hubungan seks tersebut dipercaya sebagai suatu
keharusan jika niat mereka ingin terkabul. Kepercayaan itu sendiri didasari
oleh adanya mitos yang hidup di dalam masyarakat sekitar Gunung Kemukus tentang tuah dari kekeramatan makam
Pangeran Samodro.
Pada setiap hari Kamis Pahing (malam
Jum’at Pon), suasana di sekitar makam Pangeran Samodro sangat ramai didatangi
pengunjung dari berbagai jenis kalangan, profesi, tua, muda, dengan latar
belakang status sosial dan budaya serta tempat tinggal. Mereka bercampur-baur
sehingga sulit pula sebenarnya bila hendak membedakan pengunjung mana yang
benar-benar akan berziarah dengan pengunjung yang mempunyai ‘maksud lain’.
Berdasarkan penelitian, motif para peziarah datang ke Gunung Kemukus dapat
diklasifikasikan bermotivasi ekonomi, kedudukan, mencari jodoh, ketenangan
batin, pengobatan dan ingin lulus ujian. Dari berbagai motivasi tersebut,
motivasi ekonomi selalu menjadi alasan utama, terutama bagi para pedagang yang
umumnya tidak hanya sekali datang berziarah ke tempat itu.
Adapun pusat ritualnya sendiri
adalah di sekitar makam Pangeran Samodro yang terletak dalam suatu bangunan di
puncak bukit Gunung Kemukus. Secara keseluruhan, makam Pangeran Samodro terbagi
dalam lima bagian yang mempunyai nilai kesakralan tersendiri, yaitu bagian teras
luar, bagian dalam, bagian dalam
berteras, bagian ruangan berdinding
kayu, dan bagian dalam yang terdapat makam Pangeran Samodro yang sekelilingnya
ditutupi atau disekat kelambu. Di sebelah utara ruangan makam tersebut terdapat
pula bangunan yang digunakan untuk tempat beristirahat para peziarah.
Di kaki bukit sebelah timur makam,
terdapat sendang Ontrowulan yang merupakan sumber air yang dipakai para
peziarah untuk membersihkan diri. Sendang ini merupakan tempat kesayangan R.A.
Ontrowulan dan dianggap keramat pula sehingga menjadi salah satu syarat penting
untuk memperoleh berkah. Oleh penduduk setempat sendang ini digunakan pula
untuk keperluan sehari-hari karena selalu berair sekalipun pada musim kemarau.
Hal itu dianggap penduduk dan peziarah sebagai kesaktian dari R.A. Ontrowulan
yang dipercaya bahwa arwahnya tetap berada di sendang tersebut.
Kegiatan seksual di Gunung Kemukus
selalu berkaitan dengan kepercayaan yang berhubungan dengan mitos Pangeran
Samodro yang ada dalam masyarakat sekitar gunung tersebut. Ada beberapa versi
tentang mitos Pangeran Samodro ini yang masing-masing mempunyai kepentingan
sebagai alasan pembenar dalam mencapai tujuan, yaitu versi pemerintah daerah
setempat, versi peziarah dan versi penduduk setempat. Berdasarkan pertimbangan
bahwa versi pemerintah daerah setempat ‘sering dimuati unsur politis’, maka
hanya akan dikemukakan secara ringkas versi peziarah dan versi penduduk
setempat saja.
Mitos
versi peziarah
Ketika kerajaan Majapahit runtuh
pada tahun 1478, berdirilah kerajaan Demak dengan seorang raja bernama Raden
Patah. Raden Patah mempunyai putra bernama Pangeran Samodro yang berperilaku
tidak terhormat karena dia jatuh cinta kepada ibunya, yaitu R.A. Ontrowulan.
Ternyata cintanya itu diterima oleh ibunya. Ketika Raden Patah mengetahui
hubungan mereka, Pangeran Samodro dicari dan diburu sampai di Gunung Kemukus.
Sementara itu, R.A. Ontrowulan
menjadi gila kepada anaknya sendiri, karenanya ia meninggalkan Demak untuk
mencari anaknya itu. Kemudian terjadilah suatu pertemuan yang menyedihkan, dan
mereka melakukan hubungan badan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
seorang ibu dengan anaknya. Selanjutnya datanglah utusan Raden Patah yang
hendak membunuh Pangeran Samodro. Lalu dibunuhnyalah Pangeran Samodro itu.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Pangeran Samodro berucap : “Bagi siapa
saja yang mempunyai keinginan atau citacita, untuk mendapatkannya harus dengan sungguh-sungguh,
mantap, teguh pendirian, dan dengan hati yang suci. Jangan tergoda apa pun,
harus terpusat pada yang dituju atau yang diinginkan. Dekatkan dengan apa yang
menjadi kesenangannya, seperti akan mengunjungi yang diidamkan.
Mitos
versi penduduk asli
Pangeran Samodro adalah putra tertua
istri resmi Prabu Brawijoyo dari kerajaan Majapahit. Ketika menginjak dewasa,
untuk mengumpulkan pengalaman yang akan berguna di kemudian hari, ia dilepas ke
dunia luar. Beberapa tahun kemudian, Pangeran Samodro kembali ke istana dan ia
jatuh cinta kepada salah seorang selir ayahnya yang bernama R.A. Ontrowulan.
Cintanya itu diterima. Ketika Prabu Brawijoyo mengetahuinya, beliau sangat
marah dan mengusir mereka berdua. Kemudian menetaplah mereka di Gunung Kemukus
sebagai suami-istri dengan bahagia.
Sebelum menetap di Gunung Kemukus,
mereka mengembara ke daerah yang kini menjadi Kecamatan Sumber Lawang. Suatu
tempat perhentian yang sangat disenangi oleh R.A. Ontrowulan adalah sebuah
sumber air di kaki gunung yang saat ini dikenal sebagai Sendang Ontrowulan. Di
sendang itu pula ia sering duduk dekat pohon jati dan bermeditasi sepanjang
hari. Konon, sendang itu dibuatnya dengan menancapkan sebatang tongkat ke dalam
tanah. Dan pohon-pohon besar yang menjadi hutan lebat di sekelingnya berasal
dari bunga-bunga pengikat rambut yang jatuh ketika R.A. Ontrowulan
menggoyangkan rambutnya yang panjang.
Pada suatu waktu, ketika R.A.
Ontrowulan pergi bermeditasi di sebuah tempat yang jauh dan untuk waktu yang lama,
Pangeran Samodro jatuh sakit dan meninggal dunia. Oleh penduduk desa Blorong,
jenazahnya dimandikan di Sendang dan dimakamkan. R.A. Ontrowulan tidak
mengetahui kejadian itu. Ketika kembali, ia mandi di Sendang dan langsung pergi
ke puncak Gunung Kemukus untuk bertemu dengan suami tercinta. Namun yang
dijumpainya adalah orang-orang desa yang baru saja menguburkan suaminya. Sangat
sedihlah ia, dan ia pun meninggal di tempat itu. Kemudian walaupun sudah larut
malam dibuatnyalah makam untuknya.
Pada suatu hari, beberapa tahun
setelah meninggalnya Pangeran Samodro dan R.A. Ontrowulan, Pangeran Samodro
menampakkan diri dalam penglihatan orang tertua di desa. Pangeran Samodro
berpesan pada orang tua itu bahwa ia akan memenuhi keinginan setiap orang yang
datang ke makamnya dengan membawa bunga, dengan syarat bahwa orang yang datang
itu harus memberi kesan telah mempunyai pasangan.
Demikianlah mitos Pangeran Samodro
dari dua versi yang berbeda, yang rupanya ditafsirkan secara berbeda pula.
Menurut keyakinan para peziarah, Pangeran Samodro adalah orang yang sering
bertapa dan mempunyai kekuatan sangat besar. Untuk memperoleh hasil yang
memuaskan, Pangeran Samodro menginginkan agar para peziarah datang sebanyak
tujuh kali dalam waktu peziarahan dan melakukan hubungan seks dengan orang yang
bukan pasangan resmi. Jumlah tujuh kali didasarkan pada pengalaman bahwa jumlah
tersebut membawa hasil atau rejeki tersendiri. Sedangkan hubungan seks dengan
‘orang yang bukan pasangan resmi’ adalah penafsiran dari kata dhemenane yang
ditafsirkan oleh peziarah sebagai kata dhemenan yang berarti ‘pacar gelap’,
yaitu laki-laki atau perempuan lain yang bukan suami atau istri.
Adapun dalam penafsiran versi
penduduk setempat, walaupun ada persamaan namun sangat berbeda dalam bagian
akhir dari cerita mitos tersebut. Pangeran Samodro memang memberi syarat harus
adanya pasangan, tetapi tidak mensyaratkan adanya hubungan seks. Hal tersebut
dianggap tidak begitu penting dan dapat dilakukan dengan aman di rumah saja.
Penduduk setempat yang datang berziarah umumnya membawa pasangan resminya
sendiri. Jadi bagi yang berminat mengikuti ritual di Gunung Kemukus tinggal
pilih saja, mau mengikuti versi yang mana.
Referensi : Kumpulan Cerita Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar