KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyusun proposal skripsi dengan judul ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”.
Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu
Syarat Penyusunan Skripsi Program Studi Manajemen dan selanjutnya proposal ini
sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan kebentuk skripsi.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini,
oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti
harapkan demi hasil penelitian yang lebih baik.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan civitas akademika
Universitas Gunadarma yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
umumnya bagi pembaca.
Depok, 21 April 2014
Penyusun,
Ahmad Muhajir S
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................. 1
Daftar Isi.......................................................................... 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah................................................... 4
Identifikasi Masalah......................................................... 6
Batasan Masalah.............................................................. 7
Rumusan Masalah............................................................ 7
Tujuan Penelitian............................................................. 8
Manfaat Penelitian........................................................... 8
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pengertian Perilaku Konsumen........................................ 9
Periklanan........................................................................ 11
Persepsi............................................................................ 13
Sikap................................................................................ 15
Penelitian Terdahulu........................................................ 16
Hipotesis.......................................................................... 17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian.............................................................. 18
Metode Penelitian............................................................. 18
Instrumen Penelitian......................................................... 20
Teknik Analisis Data........................................................ 21
Daftar Pustaka................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring
dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang
telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan
suatu hal yang penting yang dianggap mampu membantu hidup manusia. Sejak
ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup Semakin lama pola pikir konsumen
berubah seiring perkembangan telepon, kini mulai beralih menggunakan telepon
seluler, sehingga perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi dapat
mengambil peluang baru dari keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang
belum terpenuhi.
Pilihan-pilihan
teknologi telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya telepon seluler yang berbasis
teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang beroperasi menggunakan
lisensi telepon saluran tetap (fixed wireless) memiliki tarif jauh lebih rendah
(sama dengan tarif telepon tetap/ fixed line) dibanding dengan tarif telepon
seluler yang berbasis GSM. Teknologi CDMA juga menyediakan kapasitas suara dan
komunikasi data, memungkinkan lebih banyak pelanggan untuk terhubungkan pada waktu
bersamaan serta memungkinkan untuk tugas-tugas multimedia. Teknologi CDMA
mengkonsumsi tenaga listrik yang kecil sehingga memungkinkan untuk
memperpanjang daya tahan baterai dan waktu bicara dapat lebih lama. Selain itu,
rancangan teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan. Melihat
kondisi konsumen seperti itu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan kartu Sim Card (isi dari
telepon seluler) dengan jenis CDMA demi memuaskan konsumen. PT. Telekomunikasi
Tbk, atau yang biasa dikenal dengan sebutan TELKOM merupakan perusahaan
informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar
di Indonesia.
Produk dan layanan TELKOM menjadi dua yaitu produk dan layanan untuk korporat
dan produk dan layanan untuk personal. Produk dari TELKOM yang berkaitan dengan
CDMA adalah TELKOMFlexi (sering disebut Flexi). Flexi mulai diperkenalkan pada
bulan Desember 2002 dan secara komersial mulai diluncurkan Mei 2003. Flexi
beroperasi pada dua frekuensi yaitu 1,9 GHz untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya serta 800 MHz di
daerah-daerah. Tantangan Flexi semakin besar ketika perusahaan pesaing mulai
memunculkan teknologi-teknologi terbaru (misalnya 3G) dengan harga di bawah
standart. Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan TELKOM untuk
menawarkan produk FLEXY agar menarik minat konsumen terhadap produk tersebut
adalah melalui iklan. Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting
karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan
beli. Fungsi iklan selain sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000);
menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun profit perusahaan dan sebagai
media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Iklan
mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakannya dan keyakinannya akan merek
produk yang ditawarkan perusahaan. Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan
seperti yang terlihat dari berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat
eksposur iklan memberikan image tersendiri bagi konsumen (Lutz : 1995).
Perusahaan berharap konsumen potensial akan berperilaku seperti yang diharapkan
melalui iklan komersialnya. Iklan yang di tayangkan media televisi membentuk
pernyataan sikap konsumen yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan
sikap terhadap iklan dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap
terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah Iklan. Sikap
terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael
(2001: 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen
untuk menjawab dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu. Dalam
penelitian ini selain dipengaruhi secara langsung oleh sikap terhadap iklan,
minat beli konsumen dipengaruhi langsung oleh sikap terhadap merek. Pembentukan
sikap terhadap merek menurut Burke dan Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch
(1986) dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau
pesan. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap
rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang
ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap terhadap merek yaitu merupakan
pernyataan mental Yang menilai positif atau negatif, bagus tidak bagus, suka
tidak suka suatu produk.
Dari
latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk meneliti hal
tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan dengan ”ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”. (Studi
pada Masyarakat Depok, Jawa Barat).
1.2 Identifikasi
Masalah
Dari
latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh
pada sikap terhadap merek?
2.
Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
3.
Apakah persepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
4. Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh
pada sikap terhadap iklan?
5. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh
pada sikap terhadap merek?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh
pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh
pada minat beli?
1.3 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan tidak meluasnya skripsi ini
penulis membatasi permasalahan dan pembahasan hanya pada factor yang
mempengaruhi minat beli konsumen pada
iklan flexy.
1.4 Rumusan Masalah
Inti masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu
1. Apakah
sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
2. Apakah
sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
1.5 Tujuan
Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisis pengaruh persepsi produk/pesan terhadap sikap terhadap
merek.
2.
Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap
terhadap merek.
3.
Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap
terhadap iklan.
4.
Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap iklan terhadap sikap terhadap
iklan.
5.
Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap sikap terhadap merek.
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap
terhadap merek terhadap minat beli.
7. Untuk menganalisis pengaruh sikap
terhadap iklan terhadap minat beli.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktisi
Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
konsumen dalam mengevaluasi citra produk FLEXY melalui persepsi produk,
persepsi terhadap sumber, persepsi terhadap iklan, sikap terhadap merek dan
sikap terhadap iklan.
2. Bagi Akademisi
Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan
menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya
perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan
perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami
atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa,
konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan,
hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen
(consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa
tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10). Hubungannya
dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku
konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli,
dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam
keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli.
2.1.1 Perilaku
Konsumen
perilaku konsumen
yang dikemukakan Kotler (1997 : 10) menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam
pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi
oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi.
Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian
sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk,
pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian.
2.1.2 Persepsi
Konsumen
Menurut Kotler
(1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan
seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual
dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang
(Sodik, 2003). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi
terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya
(kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk
mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar
kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan
dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan).
2.1.3 Implikasi
Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran
terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang selalu berkembang sejalan
dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta
perubahan perilaku konsumen. Hal ini disebabkan karena strategi pemasaran
menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu : pemilihan pasar-pasar yang
akan dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan menyusun suatu kombinasi
yang dapat tepat dari bauran pemasaran, agar kebutuhan para konsumen dapat
dipenuhi secara memuaskan.
2.1.4 Keputusan
Pembelian
Dalam memahami
perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam
mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Rangsangan tersebut
kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya,
sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
2.2 Periklanan
2.2.1 Definisi
Periklanan
Periklanan pada
dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu
bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika
salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang
sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi
periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996:
5) adalah: Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive
yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236)
mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk
penyajian non-personal dan promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor
tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer
pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif
pembeli. Kemudian membuat lima
keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M ( kotler 1997:
236) Sebagai berikut:
a) Mission
(misi)
b) Money
(uang)
c) Message
(pesan)
d) Media
(media)
e) Measuremen
(pengukuran)
2.2.2 Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan menurut kotler (1997: 236) sebagai berikut:
a) Periklanan
menjalankan sebuah fungsi ”informasi”. Biasanya dilakukan secara besar-besaran
pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk permintaan
pertama.
b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif”
Penting dilakukan
dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk
suatu merk tertentu.
c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat”
Iklan pengingat
sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang berhubungan
dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement advertising) yang bertujuan
meyakinkan pembeli sekarang bahwamereka telah melakukan pilihan yang benar.
2.2.3 Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan
tujuan periklanan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan
untuk setiap produk.
2.2.4 Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk
memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat
dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut ”kreatif”, pesan atau
isi iklan disebut ”pekerjaan kreatif ”. Iklan meliputi latihan menulis dan
mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan kemampuan verbal maupun
kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan iklan
yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi.
2.2.5 Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media
iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat efektif
mencapai dan diterima konsumen sasaran.
2.2
Persepsi
2.3.1
Pengertian
Persepsi
Menurut Kotler
(1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan
seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual
dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang
(Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan
fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman
dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula
dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman.
Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang
berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang
berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas
pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi ini juga ada hubungannya antara
rangsangan dengan medan
yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh
dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap
suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek,
yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan
mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
2.3.2 Persepsi Produk/pesan
Persepsi
produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian
berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument)
dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter
argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam
iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan
terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga indikasi bahwa pemrosesan
informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang
mendukung ( support argument ). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa
persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan
komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan
untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar
kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan
dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Persepsi
mengenai pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan
penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yangakan
mempengaruhi minat beli secara tidak langsung.
2.3.3. Persepsi
Sumber/Model Iklan
Persepsi
sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan.
Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi
negatif terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan.
Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur
atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan.
2.3.4 Persepsi Terhadap Iklan
Persepsi terhadap
iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen
yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi
reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi
reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan
intonasi suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa
tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap
iklan dan juga merek secara langsung.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap disebut juga
sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial
kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan
pemasar untuk memahami konsumen. Definisi sikap menurut Allport dalam setiadi
(2003) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk
menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang
mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
2.4.2 Sikap terhadap
Iklan
Sikap terhadap iklan
adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan : sikap terhadap iklan (afektif)
merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368)
mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut”Attitude toward the ad is
the consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a
particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen
menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Respon kognitif yang positif
(support arguments dan source bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap
positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negative
(counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif.
Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam
afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka,
menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informatif. Mowen
dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap terhadap
iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap
mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau
ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu.
2.4.3 Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek
menurut Assael (2001: 282) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen
untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung
(negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini di mulai
dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada
skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. seperti
telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan
Konatif maka ketiga komponen sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen
terhadap produk, yaitu Assael (2001: 283):
a. Brand
believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b. Brand evaluation adalah komponen afektif
yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap
suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang
dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah
komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat
”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan
strategi pemasaran.
2.5
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding
Suryandari (2010), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi
terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap
terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah
penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi
dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan
bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap
terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh
hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan
Stoltman, 1991).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan
kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Persepsi
produk/pesan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H2 : Persepsi
terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H3 : Persepsi
terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H4 : Persepsi
terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H5 : Sikap terhadap
iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H6 : Sikap terhadap merek berpengaruh
signifikan terhadap minat beli.
H7 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan
terhadap minat beli.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Lokasi
Penelitian
Target populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Kramat Jati yang pernah
melihat iklan televisi dari produk FLEXY. Karena baik merek produk maupun
iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering dilihat dan
diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa jumlah populasi
terbatas.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Jenis Data Yang Digunakan Adalah :
data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung
dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban
responden yang disebar melalui responden.
3.2.2
Sumber Data
Yang Didapat Adalah :
Menurut
Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari data dapat
diperoleh.
Menurut
Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitan yang langsung
dikumpulkan dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh perorangan
(tidak melalui media perantara). Data ini diperoleh dari wawancara langsung
dengan responden dan menyebar kuesioner.
Sampel
Sampel adalah
sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi
(Djarwanto Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman ukuran
sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel
untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang
diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali
jumlah parameter yang diestimasi.
c.
Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.
d.
Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.
Dalam
penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan
bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam penelitian
(n=30).
3.2.3 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu
berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2011). Yaitu semua masyarakat yang
pernah melihat iklan FLEXY di media televisi dan pernah menggunakannya.
3.3
Instrumen
Penelitian
3.3.1 Uji validitas
Dan Uji Reabilitas
3.3.1.1 Uji Validitas
Pengujian
validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui apakah
item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam
penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan dipadukan
dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam
penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang
dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity)
yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan
representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Schindler,
2006: 318). Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM,
indikator masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan
terhadap konstruk yang diukur maka dalam penelitian ini pengujian validitas
instrument yang digunakan adalah Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan
bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus
mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam
CFA kita juga harus melihat pada output dari rotated component matrix yang
harus secara ekstrak secarasempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum
ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan Factor analisys
harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai
ganda.
3.1.1.2 Uji Reliabilitas
Uji
reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang
baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha denga bantuan SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang
dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable, apabila nilai Cronbach
Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran
reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas
dengan criteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang
baik
3.4
Teknik Analisis Data
Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Eqation
Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek
regresi berganda dan analisis fktor untuk mengstimasi serangkaian hubungan
ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk menganalisis hubungan
kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.4.1 Uji Analisis
Dalam
analisis ini SEM, tidak ada uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis
mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan
untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang
disajikan. Fit index yang digunakan meliputi :
a. Chi
Square
Tujuan
analisis ini adalah mengembangkan dan menguji apakah sebuah model yang sesuai
dengan data. Chi Square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu
kecil maupun yang terlalu besar. Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi
dengan alat uji lainnya. nilaiChi-squares merupakan ukuran mengenai buruknya
fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29).
b. Goodness Of Fit Indeks (GFI)
Indeks
yang mnggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung
dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang
sebenarnya. Nilai GFI ≥ 0,90 mengisyaratkan model yang diuji memiliki
kesesuaian yang baik.
c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi ssquare
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08
mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model (Gozali
dan Fuad, 2005: 24).
d. Adjusted Goodness
Fit Of Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of
Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali
dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi berganda. Nilai yang
direkomendasikan adalah AFGI ≥ 0,90, semakin besar nilai AFGI maka semakin baik
kesesuaian yang dimiliki model.
e. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan indeks
kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan baseline
model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat
kompleksitas model (Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang
direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang
dipengaruhi oleh ukuran sampel.
f. Normed Fit Index
(NFI) Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan
null model (Ghozali dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI
≥ 0,90.
g. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan
indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai
1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian
yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif
tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan
model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90 (Ghozali dan
Fuad, 2005: 34)
h. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah
ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of freedom.
Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan
goodness of fit model dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan
untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima
adalah CMIN/DF <>
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,
Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen pemasaran,
dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
Cooper,
Donal R and Schindler, Pamela S, 2003, business research methods, the. MC
Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
Kotler
Philip, 2000, manajemen pemasaran edisi millennium, terjemahan, edisi kelima,
jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee
Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000, Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb,
Hair Mc, Daniel, 2001 Manajemen pemasaran, erlangga, Jakarta