\

Selasa, 02 Juli 2013

The New Boss : David Moyes dan Era Baru Itu



Pagi 1 Juli 2013, kalimat dari lagu milik Semisonic itu mulai membentuk jadi kenyataan. "Closing Time.. Every new beginning comes from some other beginning's end."

Bait dari 'Closing Time' itu menyiratkan sebuah jalan hidup, sebuah alur; kadang yang lama memang harus berakhir untuk memberi jalan bagi sesuatu yang baru. Yang tua digantikan yang muda. Sir Alex Ferguson digantikan oleh David Moyes.

Hari terakhir Sir Alex memimpin Manchester United bertanding di Old Trafford adalah pesta perpisahan yang tampak seperti family gathering kantor, dan Anda boleh membawa keluarga Anda. Anda bisa berpose bersama pasangan dan anak, atau mungkin foto bareng dengan bos Anda yang akan segera pensiun. Lihat saja Alexander Buttner, yang membawa serta sang ayah, Christian, dan berpose bareng dengan Sir Alex.

Ada keriangan, ada pula kata-kata bijak. Salah satu kata bijak yang terlontar, dan tentu saja itu keluar dari kakek asal Skotlandia itu, adalah sebagai berikut: "I'd also like to remind you that when we had bad times here, the club stood by me, all my staff stood by me, the players stood by me. Your job now is to stand by our new manager."

Your job now is to stand by our new manager. Tugas kalian sekarang adalah mendukung manajer baru kita.

Sir Alex masih menggunakan kata "kita", menunjukkan bahwa apapun statusnya sekarang, meski sudah pensiun sekalipun, dia tetaplah bagian dari United. Memisahkan Sir Alex dengan United memang sulit. Ada anggapan bahwa United yang sekarang adalah perwujudan ego dari pria 71 tahun itu. Para pendukung United sebelumnya tidak bisa membayangkan klubnya tanpa dia, dan begitulah yang terjadi selama lebih dari 26 tahun terakhir.

Tapi bahkan Sir Alex tahu bahwa dia tidak punya seluruh waktu di dunia. Ada yang lebih besar dari sepakbola itu sendiri, yaitu keluarganya, istrinya, Cathy. Dia merasa berutang waktu kepada wanita yang sudah menemaninya puluhan tahun itu. Maka ditinggalkannya jabatan itu dan memberikan jalan pada alur waktu, yang akhirnya membawa Moyes ke Old Trafford.

Lewat ucapannya kepada para pendukung United itu, Sir Alex seperti mengatakan, "Percayalah, semuanya akan baik-baik saja dengan manajer baru kita." Dia tahu bahwa masa-masa sulit pasti ada dan, setelah tahun-tahun yang dilaluinya sebagai seorang manajer, Sir Alex tahu Moyes tidak akan selamanya enak. Sir Alex berharap Moyes diberikan kesempatan yang sama seperti dirinya. Diberikan waktu dan dibiarkan melalui proses. Sebab, untuk alasan itu jugalah Moyes diberikan kontrak relatif panjang: enam tahun.

Pertanyaannya, akankah Moyes mendapatkan toleransi andai dia kesulitan menghidupkan ekspektasi? Perlu diingat, Sir Alex telah membangun reputasi United menjadi sedemikian besar. Mereka adalah raja di era Premier League, pengoleksi terbanyak gelar juara Liga Inggris, dan tim asal Inggris yang paling sering menjuarai -- dan paling sering ke final -- Eropa dalam dua dekade terakhir. Mungkinkah, seandainya dia gagal, dia dimaafkan dengan dalih "masih proses"?

Hanya Moyes, dan lagi-lagi, alur waktu itu yang bakal menjawabnya. Sama-sama berasal dari Skotlandia, Moyes disebut-sebut merupakan pilihan langsung dari Sir Alex. Kita tidak tahu apa yang dilihat Sir Alex dari pria 50 tahun itu. Selama kariernya di Everton, orang-orang hanya melihatnya sebagai manajer menjanjikan, tapi tanpa hasil (baca: trofi) yang benar-benar nyata. Namun, begitu dia ditunjuk menjadi manajer baru United, maka orang-orang ramai memburu cerita mengenai seperti apa kepribadian Moyes, apa yang dia lakukan ketika melatih anak buahnya, bagaimana metode latihannya, dll.

Pada satu kesempatan, Phil Neville, mantan kapten Everton yang juga pernah jadi anak didik Sir Alex, membeberkan seperti apa Moyes. Dia bercerita bahwa pada suatu hari dirinya dan Mikel Arteta baru tiba dan langsung disuruh menggeber latihan fisik. Hasilnya, setelah latihan itu Neville kehabisan tenaga di ruang ganti. Dia mengutuk Moyes sebagai manajer terburuk yang pernah ada. Sementara, tak jauh dari dirinya, Arteta tergeletak tak berdaya di lantai.

"Metodenya adalah menekan Anda sampai batas pada saat latihan. Selanjutnya, pertandingan menjadi lebih mudah," kata Neville.

The Sun kemudian mempublikasikan sebuah foto dari kamp latihan Everton beberapa tahun silam. Tampak pada foto tersebut para pemain Everton --salah satunya adalah Marouane Fellaini, karena Anda bisa mengenalinya dari rambutnya-- sedang berdiri diam di tengah sungai yang tingginya sepaha orang dewasa. Katanya, mereka sedang melakukan pendinginan.

Entah apa yang akan dilakukan Moyes di United. Bisa jadi latihan fisik nan keras seperti itu bakal kembali diaplikasikannya. Tapi pekerjaan rumahnya bukanlah hanya menggodok fisik pemain semata. Ada masalah lain seperti halnya taktik hingga pemain yang minta hengkang seperti Wayne Rooney. Belum lagi menyoal ekspektasi sebagai suksesor Sir Alex itu sendiri.

Lini tengah United memang tidak istimewa dalam beberapa musim terakhir, kendatipun mereka sukses keluar sebagai juara musim lalu. Satu-satunya gelandang tengah mereka yang layak mendapatkan label istimewa hanyalah Michael Carrick. Sementara Tom Cleverley masih butuh untuk membuktikan diri lagi dan Anderson tampak makin kesulitan memenuhi potensi dirinya. Wajar kalau kemudian United gencar dikait-kaitkan dengan gelandang Barcelona, Thiago Alcantara.

Moyes yang sebelumnya dikenal pragmatis itu juga disuguhi tim yang benar-benar baru kini. Kalau dulu dia bermain pragmatis lantaran disebut-sebut skuatnya, kini dia punya penyerang dengan jumlah gol terbanyak selama dua musim terakhir di Premier League, seorang pemain Asia yang kata Sir Alex punya visi mumpuni, plus sejumlah pemain-pemain internasional lainnya. Menarik untuk dinantikan bagaimana Moyes meletakkan ide yang ada di benaknya kepada tim barunya ini.

Toh, di balik sosoknya yang terlihat kalem, Moyes bukannya berkepala kosong. Telegraph pernah melansir cerita di mana salah satu asisten Moyes, Alan Irvine, menyaksikan laga antara Juventus dan Chelsea. Pada laga itu, Fabio Quagliarella mencetak gol setelah berlari masuk melalui blind-side, yang berada di tengah-tengah pertahanan Chelsea. Irvine kemudian melaporkannya pada Moyes dan Moyes pun langsung menerapkannya pada sesi latihan, di mana Nikica Jelavic diminta berlari diagonal di antara dua bek tengah. Tak beberapa lama, Jelavic mencetak gol dengan cara yang nyaris sama seperti Quagliarella.

Ide di kepala Moyes-lah yang kemudian dinilai tinggi. Tanpa ide dan pengamatan detil akan lawan, mustahil dia bisa menerapkan taktik pragmatis. Mustahil juga musim kemarin dia beberapa kali mematikan Manchester City. Oleh mantan anak-anak asuhnya, Moyes disebut begitu perfeksionis dengan sesi latihan. Dia akan mempersiapkannya sama seperti apa yang akan dilakukan pada pertandingan sesungguhnya. Uniknya, ini pun mirip sepeti yang dilakukan oleh Sir Alex dan pelatih tim utamanya dulu, Rene Meulensteen.

"Saya suka cara Sir Alex dan Rene Meulensteen mempersiapkan kami untuk pertandingan. Mereka akan mendesain sesi latihan supaya cocok dengan tim dan pemain-pemain secara individu. Rasanya seperti menjadi musisi dalam sebuah orkestra. Kami seperti punya konduktor dan ketika setiap pemain melakukan tugasnya masing-masing dengan baik, maka hasilnya bakal fantastis," kata Robin van Persie.

Meulensteen kini sudah tidak berada di Old Trafford. Dia memilih untuk hengkang ke Anzhi Makhachkala, kendati Moyes disebut sudah menawarkan posisi asisten manajer padanya. Berkurang lagi satu keuntungan buat Moyes. Sebab, Meulensteen banyak mengetahui sisi-sisi terbaik United, sekaligus melatih dan mengangkut pemain muda ke tim utama. Cleverley dan Danny Welbeck adalah produk binaannya di akademi dulu.

Tapi, selalu ada sisi baik dari setiap kekurangan. Tanpa adanya orang-orang lama seperti Meulensteen, Moyes bakal diuji untuk mengaplikasikan egonya sepuas hati. Dan bukankah ego pula yang telah membawa Sir Alex sukses di klub tersebut?

"Tunjukkan pada saya satu saja pelatih yang tidak punya ego. Saya tidak percaya ada pelatih yang tidak punya ego. Itu hanya masalah bagaimana mereka menggunakannya. David memang pria yang rendah hati, tapi... yeah, dia juga punya ego," kata Jim Fleeting, direktur pembinaan federasi sepakbola Skotlandia, yang juga merupakan teman Moyes.

Pagi 1 Juli 2013, adalah pagi pertama David Moyes menginjakkan kaki di Carrington dengan status baru. Pada hari itu, dimulailah para pemain United memanggilnya dengan satu kata: Boss.

Glory - Glory Man United

Tidak ada komentar:

Posting Komentar